Browse By

ENAM TIPS MENJALANKAN RS SECARA EFEKTIF

Pendahuluan

Efektivitas merupaka upaya pemanfaatan sumber daya dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat waktu, yang sebelumnya telah ditetapkan. Efektivitas juga bisa diartikan sebagai suatu ukuran tentang target yang telah dicapai baik secara kuantitas, kualitas, dan waktu. Efektifitas dalam mencapai target output, dapat diukur dengan cara membandingkan output anggaran dengan output realisasinya. Sedangkan manajemen adalah cara mengelola semua sumberdaya untuk mencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas manajemen di RS seringkali dikaitkan dengan indikator kepuasan atas pelayanan kesehatan yang diberikan. Konsep pelayanan prima menjadi salahsatu upaya dalam mencapai efektivitas pelayanan di RS. Melalui pelayanan prima, RS diharapkan akan menghasilkan keunggulan kompetitif dengan pelayanan bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ada.

Tips menjalankan RS secara efektif

Menjalankan RS secara efektif merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pelayanan RS menjadi lebih baik. Ada 6 tips yang disarankan oleh Dyrda (2014)[1] untuk menjalankan RS yang efektif.

  1. Pastikan tidak mencatat depresiasi yang tidak perlu. Apabila terdapat peralatan atau aktiva lainnya yang sudah sudah tidak lagi digunakan, secara fisik harus dibuang dan dikeluarkan dari catatan. Misalnya, jika RS pernah memiliki bangunan dan tidak dihapus dari catatan saat diganti atau dijual, maka RS akan akan merasakan tekanan pada keuangannya karena menjadikan akumulasi penyusutan pada neraca terlihat lebih tua dari sebelumnya. Besarnya akumulasi beban dan akumulasi penyusutan berpengaruh atas laporan keuangan RS. Untuk tujuan audit, penting agar proses dan prosedur serta catatan aset yang akurat dengan baik, tetap terjaga.
  2. Minimalkan ”staff turnover”. Sering melakukan pergantian staf berdampak buruk bagi bisnis, karena memerlukan waktu dan tenaga untuk melatih karyawan baru. Kehilangan karyawan ahli artinya kelihangan sumber daya RS, kata Alex Rintoul, CEO Medical Center of Elizabeth Place di Dayton. Ada beberapa alasan mengapa RS bedah memiliki tingkat turnover yang tinggi, termasuk rendahnya kepuasan kerja karyawan dan kenaikan upah di fasilitas yang bersaing. Untuk itu, CEO RS harus memiliki SDM yang profesional dan mampu bekerja dengan karyawan serta eksekutif agar tingkat turnover tetap rendah. 
  3. Kembangkan managed care team yang kuat. Kegagalan untuk mengembangkan dan memanfaatkan managed care team dengan baik akan berpengaruh pada efisiensi ruang operasi, kata Steven M. Gottlieb, MD, CEO TeamHealth Anesthesia. Jika tim bedah terlambat memulai kasus berikutnya karena ahli anestesi masih menyelesaikan satu pasien atau pasien berikutnya tidak siap untuk dioperasi, maka akan menimbulkan hambatan dan dapat merusak jadwal operasi yang sudah ditentukan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan pada pasien maupun pada ahli bedahnya. Konsep managed care team harus diperluas agar terjadi kerjasama yang baik dengan pimpinan kamar operasi dan penyedia pelayanan. 
  4. ​Kendalikan elemen pesaing yang dapat mempengaruhi. Ada faktor tertentu yang tidak dapat diawasi oleh RS, yaitu persaingan geografi, demografi dan payor, namun dapat mempengaruhi hubungan antara RS, pembayar gaji dan dokter. RS dapat memperluas atau bekerjasama dengan berbagai pihak dalam menyediakan rangkaian pelayanan yang baik. Manajemen RS dapat mengarahkan bagaimana cara mengembangkan berbagai unit. Banyak unit yang dimodernisasi saat pihak RS berkerjasama dengan ahli bedah untuk melakukan prosedur baru, seperti membeli teknologi baru dan memperbarui kemampuan pengumpulan data. 
  5. Lakukan evaluasi departemen sebelum melakukan PHK. Salah satu kesalahan terbesar yang dapat dilakukan RS saat melakukan PHK adalah membuat potongan persentase tetap di setiap departemen, menurut Sherilynn Quist, pemimpin praktik efisiensi tenaga kerja di perusahaan manajemen dan konsultasi Quorum Health Resources. Hal ini dapat memperburuk masalah kepegawaian, terutama pada departemen yang kekurangan tenaga medis, sehingga dapat membahayakan kualitas dan keamanan pasien. Sebaiknya gunakan tolok ukur dan evaluasi mendalam dari tiap departemen untuk mengidentifikasi area mana yang akan dilakukan pemotongan, serta lihat dampak negatif serta positifnya.Pertimbangkan untuk berkerjasama ”Business Process Outsourcer”). 
Baca Juga:  BLOCKCHAIN & CATATAN KESEHATAN ELEKTRONIK YANG LEBIH BAIK


[1] Laura Dyrda (2011), www.beckershospitalreview.com