Browse By

IMPLEMENTASI TRANSFORMASI DIGITAL DALAM ORGANISASI BISNIS & KESULITANNYA

Pendahuluan

Transformasi digital telah menjadi prioritas strategis utama bagi dunia bisnis. Namun, saat berusaha untuk beradaptasi dan berkembang di era digital ini, organisasi bisnis mungkin akan menghadapi berbagai tantangan yang harus diatasi secara efektif. Perlu diketaui bahwa transformasi digital memerlukan perubahan menyeluruh, & bukan hanya sekadar mengintegrasikan teknologi baru ke dalam operasional organisasi. Perubahan menyeluruh tersebut diperlukan dalam cara bisnis beroperasi, berinteraksi dengan pelanggan, dan memberikan nilai. Artinya, transformasi ini akan mempengaruhi seluruh aspek organisasi (model bisnis, budaya, dan manajemen perubahan).

Why Is Digital Transformation Difficult?[1]

Transformasi digital tidak hanya mengadopsi perangkat lunak, teknologi, dan proses baru yang lebih efisien dan otomatis dibandingkan praktik dan proses bisnis tradisional. Hal ini adalah cara yang benar-benar baru dan inovatif dalam melakukan sesuatu yang merupakan inti bisnis. Artinya, organisasi harus mempertimbangkan segala hal ketika mengambil inisiatif transformasi digital, mulai dari bagaimana masyarakat akan bereaksi terhadap perubahan tersebut, bagaimana dampaknya terhadap hubungan pelanggan, biayanya, bagaimana hal tersebut akan selaras dengan tujuan bisnis, dan lain-lain. Transformasi digital memberdayakan organisasi untuk mengambil inisiatif transformasi digital. bisnis ke masa depan, memposisikan perusahaan untuk bertahan dalam persaingan, dan tumbuh di bidang baru. Transformasi digital sulit dilakukan karena beberapa alasan, antara lain:
  • Complexity: Transformasi digital melibatkan modernisasi aplikasi lama dan integrasi berbagai teknologi, proses, dan strategi, yang mungkin rumit dan menantang untuk diterapkan dan dikelola.
  • Organizational resistance: Perubahan bisa menimbulkan ketidaknyamanan, dan organisasi mungkin menghadapi penolakan dari karyawan yang terbiasa dengan cara kerja tradisional, sehingga sulit untuk menerapkan teknologi dan proses baru.
  • Skills gap: Seringkali terdapat kekurangan tenaga profesional terampil dengan keahlian yang dibutuhkan untuk mendorong upaya transformasi digital, sehingga menciptakan kesenjangan bakat yang signifikan yang harus diatasi oleh organisasi.
  • Legacy systems: Infrastruktur dan sistem yang sudah ketinggalan zaman dapat menghambat penerapan teknologi modern, sehingga menimbulkan utang teknis dan kesulitan dalam transisi ke solusi digital baru.
  • Strategy and vision: Mengembangkan strategi transformasi digital yang jelas dan selaras dengan tujuan bisnis organisasi secara keseluruhan merupakan sebuah tantangan, dan visi atau kepemimpinan yang tidak memadai dapat menghambat kemajuan.
  • Security and privacy concerns: Memastikan perlindungan data dan kepatuhan terhadap peraturan privasi merupakan aspek penting dalam transformasi digital, namun hal ini mungkin sulit untuk dikelola dan dipertahankan.
  • Resource constraints: Transformasi digital seringkali memerlukan investasi besar dalam teknologi, keterampilan, dan sumber daya, yang mungkin terbatas pada beberapa organisasi, khususnya usaha kecil dan menengah.
  • Evolving landscape: Lanskap digital terus berubah, sehingga menyulitkan organisasi untuk mengikuti perkembangan teknologi, tren, dan ekspektasi pelanggan baru.
  • Measuring success:  Mengukur laba atas investasi (ROI) dari upaya transformasi digital dapat menjadi sebuah tantangan, karena manfaatnya mungkin tidak langsung terlihat atau mudah diukur.
Baca Juga:  TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN (Part 2)
[1]Levi Olmstead, 2022, 11 Critical Digital Transformation Challenges to Overcome (2023)