JAWABAN ATAS BEBERAPA PERTANYAAN PEMBACA WEB KAMI
Oleh; Tubagus Raymond
Pendahuluan
Tulisan dalam web ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi pembaca mengenai praktek akuntansi & manajemen di organisasi pelayanan kesehatan. Karena itu, untuk memberikan informasi lebih, kami berusaha menjelaskan terkait beberapa pertanyaan pembaca yang kami rangkum berikut ini.
Identifikasi pertanyaan pembaca
Berikut ini adalah hasil identifikasi beberapa pertanyaan pembaca yang kami ringkas dalam beberapa hal;
- Laporan keuangan puskesmas blud
- Persediaan akhir;
- Rumus persediaan akhir rata rata bergerak,
- Cara menghitung nilai persediaan akhir,
- Salah menentukan persediaan akhit.
- Contoh tabel pemicu biaya
Laporan keuangan puskesmas blud
Seperti telah dijelaskan dalam beberapa tulisan kami tentang laporan Puskesmas bahwa terdapat perbedaan format laporan antara Puskesmas BLUD dengan Piskesmas non BLUD. Puskesmas BLUD harus menyajikan laporan keuangan seperti; laporan posisi keuangan (neraca), LO, LAK, LPE, & catatan atas laporan keuangan. Sedangkan Puskesmas non BLUD (sebagai SKPD) akan menyajikan laporan keuangan seperti; LRA, laporan posisi keuangan (neraca), LO, LPE, & catatan atas laporan keuangan
Format laporan keuangan Puskesmas BLUD mengacu pada PERMENDAGRI 61 Tahun 2007, Format laporan keuangan Puskesmas, baik BLUD maupun non BLUD dapat langsung di unduh pada link berikut : FORMAT LK PUSKESMAS BLUD dan FORMAT LK PUSKESMAS NON BLUD.
Persediaan akhir
Dalam sistem persediaan, umumnya menggunakan 2 cara pencatatan yaitu, sistem periodik dan sistem perpetual. Penggunan kedua sistem pencatatan ini digunakan sesuai dengan jenis usaha yang dijalankan. Dalam konteks metode rata-rata, rata-rata tertimbang digunakan untuk system periodic, sedangkan metode rata-rata bergerak digunakan untuk system perpetual.
Pengalaman kami dalam membantu RS mengindikasikan bahwa RS sebaiknya menggunakan metode rata-rata tertimbang. Hal ini didikung dengan 2 alasan utama yaitu; 1) fluktuasi penjualan persediaan yang tinggi, 2) jumlah persediaan yang banyak dengan berbagai varian & berada di berbagai tempat yang berbeda,. Karena itu, kami tidak menyarankan RS untuk menggunakan metode rata-rata bergerak. Sebagai informasi mengenai metode rata-rata bergerak, berikut ini rumusnya.
Rumus Moving Average atau Rata-rata Bergerak adalah sebagai berikut :
MA = ΣX / Jumlah Periode
Keterangan :
MA = Moving Average
ΣX = Keseluruhan Penjumlahan dari semua data periode waktu yang diperhitungkan
Jumlah Periode = Jumlah Periode Rata-rata bergerak
atau dapat ditulis dengan :
MA = (n1 + n2 + n3 + …) / n
Keterangan :
MA = Moving Average
n1 = data periode pertama
n2 = data periode kedua
n3 = data periode ketiga dan seterusnya
n = Jumlah Periode Rata-rata bergerak
Bagi RS yang ingin memperoleh informasi mengenai cara menghitung nilai persediaan akhir & HPP dengan metode rata-rata tertimbang, dapat membaca kembali tulisan kami tentang (PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN AKHIR & HPP DALAM LAPORAN KEUANGAN RS PART 1 dan PART 2)
Tulisan kami mengenai ”penentuan nilai persediaan & HPP” bertujuan agar RS mampu melakukan perhitungan nilai persediaan & HPP dengan metode rata-rata tertimbang dengan baik. Walaupun masih dilakukan secara manual. Karena apabila salah dalam menentukan nilai persediaan akhir & HPP maka lapora keuangan yang disajikan oleh RS akan BIAS & dapat MENYESATKAN manajemen dalam mengambil keputusan.
Contoh tabel pemicu biaya
Tulisan kami tentang ABC (lihat berbagai tulisan tentang ABC dalam web kami), bertujuan agar RS mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai penerapan ABC di RS dalam menghitung UC perlayanan. Seperti dalam beberapa tulisan kami, ABC diterapkan mengacu pada 3 prinsip;
- Penelusuran langsung, dilakukan untuk 2 hal. Pertama dalam mengidentifikasi setiap sumberdaya (biaya) yang dikonsumsi untuk setiap instalasi/unit. Kedua, dalam mengidentifikasi setiap sub-sumberdaya (sub-biaya), yang hanya digunakan oleh satu produk. Hal ini sangat penting karena untuk beberapa sub-biaya, reagen protein misalnya, memang hanya digunakan untuk pemeriksaan protein di lab. Akan sangat bias apabila bahan ini dikumpulkan kedalam sumberdaya (biaya-bahan medis) dan kemudian dilakukan pembebanan.
- Pemicu biaya (cost driver). Apabila penelusuran langsung tidak dapat dilakukan maka tahapan ini akan dilakukan. Pembebanan dengan cara mencari pemicu biaya (hubungan sebab akibat) dilakukan untuk membebankan biaya (subbiaya) langsung di unit/instalasi dan biaya tidak langsung ke aktivitas.
- Allocation (sembarangan). Pembebanan dengan cara ini dilakukan apabila 2 tahapan diatas tidak dapat dilakukan. Cara ini tetap juga memperhatikan hubungan sebab akibat.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa harapan menerapkan system ABC di RS dalam menghitung UC perlayanan adalah TIDAK MELAKUKAN PEMBEBANAN. Artinya hasil UC perlayanan dengan metode ABC yang terbaik adalah meminimalkan melakukan pembebanan dengan dasar apapun. Apabila dilakukan pembebanan, harus berdasarkan PEMICU BIAYA yang tepat. Satu hal yang perlu diingat tentang PEMICU BIAYA adalah sbb;
- PEMICU BIAYA dapat saja lebih dari 1,
-
PEMICU BIAYA untuk setiap RS akan berbeda, karena;
- Karakteristik RS,
- Banyaknya unit pelayanan,
- Banyaknya jenis layanan,
- Informasi yang dapat diperoleh.
- PEMICU BIAYA merupakan bagian dari system ABC di RS.