PRO & KONTRA TERKAIT PERSAINGAN DI INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN

Pendahuluan
Perdebatan terkait perlunya persaingan di industri pelayanan kesehatan, masih sering terdengar hingga saat ini. Beberapa pakar beranggapan bahwa melalui persaingan, akan menghasilkan peningkatan kualitas pelayanan dan mengendalikan biaya. Namun, anggapan ini ditentang oleh pendapat yang kontra terhadap persaingan di industri pelayanan kesehatan. Pro dan kontra terkait persaingan tersebut, diiringi dengan beberapa argument dan bukti yang mendukung argumennya.
Tulisan ini akan mengangkat isu terkait kompetisi dalam organisasi pelayanan kesehatan, & berbagai argumen, baik yang pro maupun kontra. Terkait pro dan kontra tersebut, dalam tulisan Dash and Meredith (2010)[1], menyoroti 2 hal yaitu; 1) The arguments for and against provider competition, & 2) The evidence for and against provider competition. Kedua hal tersebut akan dibahas berikut.
The arguments for and against provider competition
Argumen terkuat yang mendukung persaingan adalah bahwa persaingan dapat digunakan untuk menciptakan insentif kuat yang mendorong penyedia untuk berinovasi, sehingga dapat memberikan kualitas yang lebih tinggi dengan biaya lebih rendah. Porter dan Teisberg, misalnya, telah mencatat bahwa:
Di pasar normal, persaingan mendorong peningkatan kualitas & biaya tanpa henti. Inovasi cepat mengarah pada difusi teknologi baru & cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu. Pesaing yang kuat dapat tumbuh, sementara saingan yang lebih lemah direstrukturisasi atau keluar dari bisnis. Harga yang disesuaikan dengan kualitas, nilai meningkat, dan pasar berkembang untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak konsumen.
Meningkatnya persaingan mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi. Karena itu, banyak orang, termasuk Porter dan Teisberg, menyarankan bahwa persaingan penyedia layanan kesehatan dapat memainkan peran yang sama dalam perawatan kesehatan, menciptakan lingkaran inovasi yang sama, meningkatkan kualitas, dan efisiensi.
Sementara, penentang persaingan penyedia layanan kesehatan berpendapat bahwa itu bertentangan dengan pemberian hasil kesehatan yang baik dengan biaya yang masuk akal. Persaingan, seringkali mendorong kapasitas berlebih & duplikasi layanan. Dengan demikian hal itu dapat menyebabkan peningkatan permintaan yang disebabkan oleh pemasok. Ada juga yang berpendapat bahwa pasar untuk beberapa layanan kesehatan terbentuk dalam monopoli alami, dan kualitas perawatan akan menjadi taruhannya apabila persaingan muncul. Mereka mengatakan bahwa setidaknya dalam beberapa sistem kesehatan, persaingan penyedia layanan dapat meningkatkan keuntungan & keberhasilan pasar dibandingkan perawatan pasien, namun itu juga dapat memberatkan pasien yang kurang mampu, sehingga memperburuk kesenjangan kesehatan.
Pendapat lainnya yang menantang persaingan di industri pelayanan kesehatan berpendapat bahwa beberapa mekanisme fundamental dalam persaingan mendorong perbaikan di pasar normal tidak bekerja dalam perawatan kesehatan. Misalnya, karena asimetri informasi antara penyedia dan pasien, konsumen layanan kesehatan tidak memiliki cara yang efektif untuk memilih di antara penyedia berdasarkan kualitas perawatan. Di pasar seperti itu, persaingan tidak akan meningkatkan kualitas. Bahkan para pendukung persaingan mengakui bahwa perawatan kesehatan menghadapi sejumlah besar sumber potensi kegagalan pasar, tidak hanya informasi asimetri, tetapi juga ketidakpastian, pilihan yang merugikan, dan bahaya moral. Kombinasi dari faktor-faktor ini mempersulit pasar layanan kesehatan untuk berfungsi secara efisien.
Untuk negara-negara dengan sistem kesehatan sektor publik, persaingan penyedia menimbulkan kekhawatiran lain. Banyak orang di negara-negara itu bangga dengan sistem publik mereka dan takut bahwa persaingan mengarah pada pengenalan penyediaan sektor swasta dan kemudian ke privatisasi pemberian perawatan kesehatan.
The evidence for and against provider competition
Bukti akademis dapat dikutip untuk mendukung setiap sisi perdebatan. Sebagai contoh, sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa peningkatan persaingan di antara RS Inggris meningkatkan kualitas praktik manajemen, yang pada akhirnya meningkatkan hasil klinis, operasional, dan keuangan. Kesimpulan serupa juga ditemui dalam makalah RS Inggris, yang mencatat bahwa "persaingan RS di pasar dengan harga tetap dapat mengarah pada peningkatan kualitas klinis". Dalam survei 2006 tentang studi RS AS, Martin Gaynor menemukan bahwa untuk pasien Medicare, sebagian besar bukti empiris menunjukkan bahwa kualitas RS lebih tinggi di pasar yang lebih kompetitif. Daniel Kessler dan Mark McClellan juga menunjukkan bahwa persaingan di antara RS AS dapat meningkatkan kualitas perawatan dan mengendalikan biaya.
Gaynor mengakui bahwa studi yang disurvei tidak menunjukkan hubungan yang jelas antara persaingan dan kualitas RS untuk pasien dengan asuransi swasta. Karena penetapan harga untuk pasien ini tidak tetap, maka RS dapat bersaing dalam hal harga maupun kualitas, dan dengan demikian menjadi lebih sulit untuk mendeteksi dampak persaingan terhadap kualitas. Selain itu, sebuah penelitian tahun 2002 menemukan bukti bahwa persaingan di antara RS Inggris mungkin telah memperburuk kualitas perawatan di UK National Health Service (NHS) hingga tingkat yang kecil.
Pengalaman McKinsey yang bekerja di lebih dari 20 sistem kesehatan di seluruh dunia menunjukkan contoh situasi di mana persaingan penyedia layanan malah menghasilkan hasil yang buruk, biaya rangkap, dan alokasi sumber daya yang tidak efisien. Disisi lain, juga ditemukan sistem kesehatan yang berfungsi secara efisien tanpa persaingan. Namun, ada juga yang mengelola sistem dengan baik di tengah persaingan, sekaligus mengurangi biaya sistem. Pertanyaannya bukanlah apakah persaingan di antara penyedia secara intrinsik baik atau buruk, tetapi apakah mungkin untuk mengidentifikasi keadaan tertentu saat persaingan memiliki peluang untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.
[1] Penelope Dash, MD; and David Meredith, 2010, When and how provider competition can improve health care delivery