KOMITMEN KARYAWAN: VARIABEL SDM YANG SULIT DI DEFINISIKAN

Pendahuluan
Pada kenyataannya, komitmen karyawan bervariasi dalam berbagai bentuk. Karena itu, komitmen karyawan sering dilihat sebagai variabel SDM yang sulit untuk didefinisikan. Seringkali konteks, arah dan pengembangan komitmen, serta sejauh mana komitmen mempengaruhi perilaku dapat menimbulkan kebingungan dan perdebatan. Terkait dengan komitmen karyawan, yang perlu dilihat adalah bagaimana perasaan atau orientasi emosional karyawan kepada organisasi yang mencakup komitmen akan berbagai hal.
com-mit-ted (adj.)
Menurut Wainwright (2018)[1], komitmen terkait dengan bagaimana seseorang merasa terikat atau berkewajiban atas suatu tindakan atau sikap tertentu. Dari berbagai definisi komitmen, pada dasarnya memiliki arti yang sama, yaitu komitmen adalah kekuatan yang menstabilkan atau mengikat (pola pikir), dan mengarahkan perilaku. Masih menurut Wainwright, pada organisasi multinasional, definisi umum komitmen adalah:
Komitmen adalah ikatan pengalaman karyawan dengan organisasinya. Secara umum, karyawan yang berkomitmen umumnya merasakan hubungan dengan organisasi mereka, merasa cocok dan merasa telah memahami tujuan organisasi. Nilai tambah dari karyawan tersebut adalah mereka cenderung lebih aktif dalam pekerjaan mereka, menunjukkan produktivitas yang relatif tinggi dan lebih proaktif dalam menawarkan dukungan mereka.
Jenis komitmen karyawan menurut Wainwright (2018)
Ada perbedaan antara keterlibatan dan komitmen karyawan. Keterlibatan merupakan sikap intrinsik yang menunjukkan antusiasme karyawan terhadap pekerjaannya. Sedangkan komitmen menunjukkan antusiasme karyawan terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Dalam artikel “Three component model of commitment”, John Meyer dan Natalie Allen membahas komitmen dengan sangat rinci. Berikut adalah tiga jenis komitmen karyawan yang berbeda dalam penelitian mereka :
- Affective commitment
Komitmen ini berkaitan dengan seberapa besar keinginan karyawan untuk menetap di organisasi mereka. Jika karyawan secara efektif berkomitmen pada organisasi, berarti mereka ingin tetap berada di organisasi tersebut. Mereka biasanya mendukung tujuan organisasi, dan merasa cocok serta puas dengan pekerjaan mereka. Karyawan yang berkomitmen secara efektif merasa dihargai, bertindak sebagai orang penting dan umumnya merupakan aset berharga bagi organisasi.
- Normative commitment
Karyawan yang memiliki komitmen normatif umumnya merasa harus menetap di organisasi mereka. Karyawan yang berkomitmen umumnya merasa bahwa meninggalkan organisasi merupakan konsekuensi yang buruk. Alasannya berbeda-beda, mereka beranggapan meninggalkan organisasi akan membuat kekosongan pada suatu bidang keterampilan, yang selanjutnya akan meningkatkan tekanan pada rekan mereka. Perasaan seperti itu dapat memengaruhi kinerja karyawan yang bekerja di organisasi secara negatif.
- Continuance commitment
Alasan yang mendasari komitmen ini terletak pada kebutuhan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi. Alasan yang mungkin terjadi pada karyawan yang memilih meninggalkan organisasi berbeda-beda, tetapi alasan utamanya terkait dengan kurangnya alternatif kerja, dan upah. Contoh dari komitmen ini adalah ketika karyawan merasa untuk tetap bersama organisasi karena gaji dan tunjangan tambahan mereka tidak akan meningkat jika mereka pindah ke organisasi lain. Contoh-contoh seperti itu dapat menjadi masalah bagi organisasi, karena karyawan yang terus berkomitmen dapat menjadi tidak puas dengan pekerjaan mereka, namun tidak mau meninggalkannya.
Pentingnya komitmen
Tekanan pada organisasi setiap saat semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena globalisasi, sehingga persaingan semakin ketat dari sebelumnya. Tekanan yang meningkat ini menyebabkan komitmen pengusaha terhadap karyawan menjadi semakin berkurang. Konsep pekerjaan seumur hidup juga sudah tertinggal. Saat ini, unit organisasi yang berkinerja buruk ditata ulang. Selanjutnya karyawan yang berkinerja buruk lebih cenderung untuk diberhentikan.
Adanya tekanan tersebut akan menyebabkan meningkatnya individualisme, serta berkurangnya komitmen karyawan terhadap organisasi. Karena itu, membuat karyawan menjadi merasa terikat pada organisasi merupakan hal yang penting. Karyawan yang berkomitmen memberikan nilai tambah bagi organisasi, termasuk melalui tekad, dukungan proaktif, produktivitas yang relatif tinggi, dan kesadaran akan kualitas. Karyawan yang tidak berkomitmen akan menyebabkan tertahannya keberhasilan organisasi.
[1] Bronwyn Wainwright, 2018, What is employee commitment?