Browse By

KEKHAWATIRAN BERBAGAI PIHAK AKIBAT PANDEMI

Pendahuluan

Penurunan volume pasien akibat pandemi COVID-19, terjadi akibat penundaan operasi elektif & kecendrungan pasien untuk tidak datang ke RS. Hal ini memunculkan berbagai kekhawiran, mulai dari kondisi pasien, kondisi keuangan RS, dan berbagai hal terdampak lainnya. Karena itu, tulisan ini akan mengangkat berbagai kekhawatiran tersebut.

 Kekawatiran berbagai pihak  

Berikut adalah kekawatiran berbagai pihak akibat pandemik, mengacu pada tulisan LaPointe (2020)[1]:
  1. Peningkatan pasien yang tidak diasuransikan. Hampir tiga perempat (73%) penyedia layanan kesehatan yang disurvei oleh LocumTenens.com di AS, pada Juni 2020 mengatakan bahwa mereka khawatir peningkatan pasien yang tidak diasuransikan, akan terus menjauhkan orang dari kunjungan rutin dan prosedur elektif. Commonwealth Fund memproyeksikan 31,5 juta orang menjadi tidak diasuransikan pada akhir tahun. Bahkkan lembaga ini mempredikasi bahwa dari kelompok ini tersebut, hampir 3 juta orang akan kehilangan perlindungan asuransi karena kehilangan pekerjaan terkait pandemi selama tiga kuartal terakhir tahun 2020.
  2. Ahli bedah dan psikiater kawatir terhadap penurunan volume pasien. LocumTenens.com, melaporkan bahwa ahli bedah dan psikiater adalah yang paling prihatin tentang bagaimana pertumbuhan populasi ini akan berdampak pada volume pasien dan pemberian perawatan. Sekitar 77% di setiap kelompok mengatakan mereka prihatin, kata badan kepegawaian itu. Praktisi perawatan kesehatan lain yang mengungkapkan perhatian tingkat tinggi termasuk mereka yang berasal dari pengobatan darurat, perawatan primer, perawatan kritis, dan anestesi.
  3. Kekawatiran terhadap kesehatan pasien. Penyedia layanan sangat khawatir bahwa kesehatan pasien mereka akan memburuk karena pasien terus menghindari atau menunda perawatan rutin dan pencegahan. Mereka juga khawatir dengan peningkatan tuntutan kesehatan mental akibat COVID-19 dan resesi, menurut survei tersebut.
  4. Kelangsungan hidup organisasi pelayanan kesehatan terancam. Volume pasien yang rendah secara konsisten juga mengancam kelangsungan hidup banyak organisasi pelayanan kesehatan. Hampir tiga perempat (71%) penyedia yang menanggapi survei melaporkan sedikitnya 25% penurunan kunjungan pasien untuk perawatan pencegahan selama pandemi, dengan lebih dari setengah (57%) responden melaporkan setidaknya penurunan 50%. Hilangnya pendapatan dari kunjungan perawatan rutin dan pencegahan menghancurkan penyedia selama pandemi. Walaupun Kongres AS menyetujui untuk mengalokasikan lebih dari $ 175 miliar dana bantuan darurat untuk menjaga RS dan praktik tetap beroperasi, namun pemilik praktik independen masih mengkhawatirkan masa depan organisasi mereka. Dalam survei tersebut, 87% penyedia yang memiliki praktik mandiri mengatakan mereka khawatir apakah praktik mereka dapat tetap terbuka setelah pandemi. Ahli bedah yang merupakan pemilik praktik sangat khawatir, dengan 82% mengatakan bahwa mereka sangat prihatin dengan masa depan organisasi mereka.
  5. Perlunya tindakan drastis bagi penyedia layanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan harus mengambil tindakan drastis untuk tetap mampu secara finansial selama pandemi, termasuk pengurangan tenaga kerja. Lebih dari setengah penyedia yang menanggapi survei LocumTenens.com berasal dari organisasi yang mencuti atau memberhentikan karyawan karena COVID-19. Lebih dari separuh responden dari pengobatan darurat, perawatan primer, dan anestesi melaporkan bahwa organisasi mereka terlibat dalam cuti, PHK, atau keduanya. Bahkan penyedia yang tetap bekerja selama pandemi menghadapi tantangan tenaga kerja yang signifikan. Sekitar 52% penyedia mengatakan mereka mengalami peningkatan stres, kelelahan, atau masalah kesehatan mental karena COVID-19, dengan mereka yang berada di pengobatan RS, perawatan primer, dan anestesi melaporkan tingkat kelelahan dan stres tertinggi.
Baca Juga:  TELEHEALTH UNTUK LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BAIK

6. Berbagai pilihan bagi manajemen/pemilik organisasi pelayanan kesehatan.  Bergabung dengan organisasi lain atau menjual praktik adalah pilihan bagi penyedia yang kelelahan dan tidak yakin praktik mereka akan selamat dari pandemi. Tetapi tidak banyak penyedia yang disurvei berencana untuk mengambil rute itu. Dalam survei tersebut, 88% penyedia yang berpraktik lebih dari 30 tahun melaporkan tidak ada rencana untuk menggabungkan praktik mereka dengan organisasi lain. Praktik independen yang sedang berjuang mungkin sulit menemukan mitra yang mau menggabungkan atau membeli organisasi. Pandemi telah menggarisbawahi perlunya kemitraan yang stabil secara finansial, dan praktik yang menghadapi volume pasien yang terus-menerus rendah mungkin tidak sejalan dengan strategi organisasi untuk melindungi operasi mereka. Secara keseluruhan, temuan tersebut menimbulkan masalah bagi stabilitas keuangan praktik dokter setelah pandemi.

[1] Jacqueline LaPointe, 2020, Providers Fear Growing Uninsured Rate to Keep Patient Volumes Down