Browse By

TIGA METODOLOGI YANG POPULER DALAM OPERATIONAL EXCELLENCE

Pendahuluan

Operational excellence merupakan filosofi dalam melakukan perbaikan berkelanjutan suatu organisasi, dengan tujuan untuk meningkatkan aspek proses, produk, atau layanan. Dalam implementasinya, operational excellence membutuhkan metodelogi tertentu. Karena itu, tulisan ini akan memaparkan 3 metodologi yang biasa digunakan dalam menerapkan operational excellence.

Metodologi  operational excellence

Menurut sebuah artikel dalam situs di www.tallyfy.com, disebutkan bahwa  selama bertahun-tahun, berbagai metodologi telah diperkenalkan ke budaya bisnis arus utama sebagai metode untuk mencapai operational excellence. Masih mengacu pada artikel tersebut, tulisan ini akan mengangkat 3 metode yang paling populer.

Methodology #1: Lean Manufacturing

Lean manufacturing berfokus pada menghilangkan pemborosan secara sistematis dalam sistem produksi. Ini mengajarkan bahwa satu-satunya hal yang harus difokuskan oleh bisnis adalah aktivitas yang menambah nilai. Lean juga mengajarkan bahwa setiap proses memiliki semacam hambatan dan bahwa memfokuskan semua upaya peningkatan pada hambatan tersebut adalah jalan tercepat menuju sukses.

Prinsip utama lean manufacturing berfokus pada peningkatan kualitas produk dan layanan, menghilangkan aktivitas apa pun yang tidak menambah nilai, dan mengurangi biaya secara keseluruhan. Lean manufacturing tradisional mengidentifikasi tujuh area limbah yang biasanya disebut sebagai "tujuh limbah mematikan", yaitu:

  • Produksi berlebih terjadi ketika karyawan memproduksi sesuatu sebelum benar-benar dibutuhkan. Ini adalah salah satu bentuk pemborosan terburuk, karena menyebabkan inventaris yang berlebihan dan sering kali menutupi masalah yang mendasarinya.
  • Ketika karyawan dibiarkan menunggu langkah produksi berikutnya, tidak ada nilai yang ditambahkan. Karena itu, penting untuk memeriksa setiap langkah dari awal hingga akhir, dan kemudian mengevaluasi berapa banyak waktu yang sebenarnya dihabiskan untuk menambah nilai dan berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menunggu.
  • Transport. Transportasi adalah limbah yang disebabkan oleh pergerakan yang tidak perlu dari produk yang belum selesai atau produk jadi.
  • Motion.Langkah ini mengacu pada semua gerakan yang tidak menambah nilai apa pun pada produk dan biasanya disebabkan oleh standar kerja yang buruk.
  • Over-processing.Ini terjadi ketika lebih banyak waktu dihabiskan untuk pemrosesan daripada yang diperlukan untuk menghasilkan apa yang dibutuhkan pelanggan. Ini juga salah satu limbah paling sulit untuk dibuang.
  • Inventory.Jenis pemborosan ini terjadi ketika pasokan melebihi permintaan sebenarnya.
  • Defects.Cacat adalah kesalahan yang perlu diperbaiki atau prosesnya harus dimulai dari awal lagi. Dalam proses produksi, hal ini biasanya terlihat seperti bagian yang harus dibuang atau dibuat ulang seluruhnya.
Baca Juga:  MENGEMBANGKAN RS YANG LEBIH FLEKSIBEL
Methodology #2: Six Sigma

Six Sigma adalah seperangkat alat dan teknik yang dirancang untuk meningkatkan proses bisnis yang akan menghasilkan produk atau layanan yang lebih baik. Tujuan Six Sigma adalah untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dengan mengidentifikasi dan menghilangkan variasi. Lebih dari 50% dari semua perusahaan Fortune 500 telah menerapkan Six Sigma sampai taraf tertentu. Telah terbukti bahwa Six Sigma telah membantu perusahaan-perusahaan Fortune 500 menghemat lebih dari $ 427 miliar selama 20 tahun terakhir.

Bisnis Six Sigma tidak akan menghasilkan lebih dari 3,4 cacat untuk setiap sejuta peluang. Cacat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang gagal memenuhi harapan pelanggan. Ini dilakukan terutama dengan menerapkan DMAIC. DMAIC adalah singkatan dari define, measure, analysis, improvement, and control. Berikut adalah implementasi DMAIC dalam membantu membangun bisnis Six Sigma:

  • Define: Pada langkah pertama ini, manajemen hanya akan mendefinisikan masalah. Setelah menentukan masalah, kemudian mulai membuat rencana dan mengevaluasi sumber daya yang tersedia.
  • Measure:  Setelah memahami masalahnya, kemudian dilakukan pengukuran terhadap semua data yang tersedia dan melihat dengan cermat proses saat ini. Apa yang bekerja dengan baik dan apa yang perlu ditingkatkan?.
  • Analysis: Setelah mengukur data, kemudian dilakukan analisis terhadap temuan hingga ke akar masalahnya.
  • Improvement: Setelah menganalisis data, kemudian mulai mencari solusi yang memungkinkan. Terapkan solusi ini dalam skala kecil untuk menguji hasilnya sehingga dapat membuat perubahan yang diperlukan.
  • Control:  Setelah menerapkan proses baru , manajemen juga perlu menemukan cara untuk mempertahankan proses tersebut. Perbaikan berkelanjutan penting untuk memastikan bahwa proses ang telah ditetapkan tetap efektif.
Methodology #3: Kaizen

Kaizen berarti "perbaikan terus-menerus" dalam bahasa Jepang, dan dalam bisnis digunakan untuk menerapkan perubahan positif dan berkelanjutan di tempat kerja. Prinsip panduan Kaizen adalah bahwa proses yang baik akan menghasilkan hasil yang positif, kerja tim sangat penting untuk kesuksesan, dan bahwa proses apa pun dapat ditingkatkan. Organisasi menerapkan kaizen untuk membantu mereka menciptakan budaya perbaikan yang berkelanjutan. Karyawan akan bekerja sama untuk mencapai peningkatan kinerja tempat kerja yang berkelanjutan.

Baca Juga:  BEBERAPA TREN PENTING TENTANG SDM DI TAHUN 2024

Kaizen mengajarkan bahwa jika diterapkan secara konsisten, perubahan kecil akan bertambah seiring waktu dan menghasilkan hasil yang besar. Namun, metodologi ini tidak selalu mendorong hanya untuk membuat perubahan kecil. Kaizen berfokus pada partisipasi semua karyawan untuk menghasilkan perubahan nyata. Kaizen menekankan pentingnya perbaikan berkelanjutan dan bahwa tidak cukup hanya membuat perubahan sekali dan berharap itu melekat. Manajemen harus terus melakukan perbaikan berulang kali. Banyak bisnis telah menggunakan Kaizen untuk membantu mereka meningkatkan produktivitas karyawan, memotong biaya, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.