STRATEGI MENGEMBALIKAN PENDAPATAN BEDAH RS SETELAH COVID-19

Pendahuluan
Pandemi COVID-19 membuat kondisi keuangan RS mengalami tekanan, karena beberapa layanan utama RS tidak dapat difungsikan secara maksimal. Sementara peningkatan volume layanan telah bergeser ke perawatan kritis. Layanan bedah misalnya, mengalami penurunan volume, karena terjadinya penundaan operasi akibat pandemik. Sehingga hampir semua RS mengalami penurunan drastis dalam pendapatan layanan bedah. Padahal, layanan bedah merupakan sumber pendapatan utama di RS.
An extra danger for ORs that are slow to act
Menurut Peters dkk (2020)[1], untuk menghindari hilangnya pangsa pasar secara permanen, pemimpin RS memerlukan strategi yang efektif untuk membangun kembali layanan bedah dengan cepat. Hal ini akan memungkinkan RS untuk mendapatkan kembali pendapatan yang hilang lebih cepat dan mempertahankan posisi strategis di pasar operasi lokal. Agar berhasil, Peters dkk( 2020), menyarankan para pemimpin RS untuk bekerja sama dengan lima kelompok kunci;
- Work with OR leaders to develop a capacity expansion plan
Langkah pertama adalah menetapkan garis dasar yang jelas tentang kemampuan dan kebutuhan layanan bedah. Bekerja dengan direktur layanan bedah untuk mengukur kapasitas saat ini dalam hal ruang aktif, kepegawaian, persediaan dan mengembangkan perkiraan awal dari total kasus. Selanjutnya, identifikasi strategi untuk memperluas kapasitas selama 60 hingga 90 hari ke depan. Dalam hal penjadwalan, ada dua opsi dasar:
-
-
- Perluas jadwal secara horizontal dengan menjaga layanan bedah terbuka lebih lama di malam hari atau pada akhir pekan
- Perluas jadwal secara vertikal dengan mengembalikan kamar yang sebelumnya ditutup ke tugas aktif
-
Pilihan lain adalah meningkatkan kapasitas dengan meningkatkan efisiensi layanan bedah. Tim dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi dalam beberapa minggu dengan menargetkan beberapa perubahan. Dalam keadaan saat ini, layanan bedah mungkin perlu opsi tambahan untuk mengakomodasi prosedur elektif yang ditangguhkan, seperti "Super Saturday". Strategi ini merupakan blok akhir pekan khusus untuk spesialis bedah dengan volume tinggi. RS dapat menggunakan pendekatan ini untuk secara signifikan meningkatkan produktivitas dalam jangka waktu yang ketat, sekaligus dengan fokus pada prosedur margin tinggi.
- Talk to surgeons to understand their needs and capabilities
Begitu strategi perluasan kapasitas dasar sudah ada, maka bekerjalah dengan ahli bedah untuk merencanakan setiap jadwal. Kuncinya adalah mengambil pendekatan konsultatif. Pertama, diskusikan dengan ahli bedah terkait kasus bedah yang tertunda. berapa banyak kasus yang perlu dijadwalkan oleh setiap ahli bedah dalam 90 hari ke depan? bagaimana prosedurnya? apakah ada kasus-kasus mendesak yang harus diprioritaskan ke atas jadwal?. Kedua, ukur minat masing-masing ahli bedah dalam berbagai opsi penjadwalan. Kandidat terbaik untuk bagian khusus akhir pekan adalah ahli bedah yang tahu cara mempercepat kasus dan nyaman bekerja di dua kamar. Produktivitas adalah tujuan utama, jadi pastikan dokter bedah memiliki panel pasien berisiko rendah yang tidak membutuhkan waktu operasi lama.
- Enlist anesthesia to lead plan execution
Pada tingkat dasar, bekerja dengan departemen anestesi sangat penting untuk mengamankan cakupan yang memadai dan optimisasi pra-bedah untuk jadwal layanan yang diperluas. Ahli anestesi adalah pendorong utama efisiensi operasional dalam layanan bedah. Saat mengembangkan rencana pemulihan layanan bedah, libatkan departemen anestesi sejak awal, sehingga dapat membantu memastikan perencanaan yang realistis dan pelaksanaan yang efektif.
Departemen anestesi juga merupakan bagian penting dari tata kelola layanan bedah yang efektif. Di RS yang berkinerja lebih baik, direktur medis anestesi membantu memimpin Surgical Services Executive Committee (SSEC) atau badan pengawas serupa. SSEC yang kuat akan sangat penting untuk membantu dukungan ahli bedah dalam rencana pemulihan layanan dan menciptakan alokasi waktu yang adil.
- Dialogue with nursing to gain commitment
Kebanyakan perawat berharap untuk melanjutkan beban kasus normal. Namun, penting untuk tetap peka terhadap situasi mereka. Banyak perawat layanan bedah akan dialihkan ke perawatan COVID-19, dan mereka perlu pulih dari tugas yang menuntut ini. Pimpinan RS harus menghindari penugasan shift ekstra. Seperti halnya ahli bedah, ambil pendekatan konsultatif dan tawarkan opsi.
Saat rencana pemulihan mulai menguat, pemimpin layanan bedah akan dapat mengukur kebutuhan staf dan jam yang tersedia. Komunikasikan kepada staf, dan kemudian bekerja secara individual dengan perawat yang mungkin tertarik untuk bekerja dalam shift tambahan. Banyak karyawan akan menyambut lonjakan pemulihan sebagai kesempatan untuk mengganti pendapatan yang hilang. Para pemimpin RS juga harus mempertimbangkan untuk menawarkan kepada perawat layanan bedah terkait bonus finansial selama periode pemulihan.
- Communicate with patients to win back business
Saat pandemi mereda, layanan bedah dapat memulai penjadwalan ulang operasi elektif. Namun, jangan menunggu untuk mulai menjangkau pasien. Walaupun komunikasi pasien terutama merupakan tanggung jawab dokter bedah, namun RS perlu mendukung proses dan memastikan semua pesan selaras. Alat RS yang paling kuat dalam hal ini adalah klinik Preadmission Testing (PAT). Peran PAT adalah untuk memastikan semua pasien dioptimalkan secara medis sebelum hari operasi. Tugas utama termasuk mengoordinasikan laboratorium dan radiologi, mengelola komorbiditas pasien, dan memastikan kelonggaran klinis dan finansial. Layanan ini akan menjadi lebih penting karena layanan bedah akan memperpanjang operasi untuk mengakomodasi permintaan operasi yang tertunda.
[1] Jeff Peters, Leslie Basham, and Anne Cole, 2020, How to rebuild surgical revenue after COVID-19 (even if you just lost 60% of your OR volume)
