Browse By

BOS: MENGELOLA FAKTOR ”TITIK PANAS” DALAM MELOMPATI RINTANGAN SUMBER DAYA

Pendahuluan

Terdapat tiga faktor pengaruh tak proporsional yang bisa ditingkatkan eksekutif untuk melepaskan sumber daya secara dramatis, di satu sisi, dan melipatgandakan nilai sumber daya di sisi lain. Tiga faktor itu adalah titik panas, titik dingin, dan dagang-sapi. Titik panas (hot spots) adalah kegiatan-kegiatan yang memiliki input sumber daya rendah, tapi keuntungan kinerja potensial yang tinggi. Karena itu, tulisan ini akan mengangkat hal tersebut. Pembahasan dalam tulisan ini tetap mengacu pada buku Renée Mauborgne & W. Chan Kim (2005) berjudul, Blue Ocean Strategy(BOS).

Meredistribusikan Sumber Daya ke Titik Panas 

Di New York Transit Police, para pendahulu Bratton berpendapat bahwa agar kereta bawah tanah kota Itu aman, mereka harus menempatkan satu petugas di setiap jalur kereta bawah tanah dan berpatroli di setiap jalan masuk dan keluar. Padahal, untuk meningkatkan laba (kejahatan yang lebih rendah), berarti meningkatkan biaya (petugas polisi) secara berlipat ganda, dan ini tidak mungkin mengingat keterbatasan anggaran. Logika dasarnya adalah bahwa peningkaran kinerja hanya bisa dicapai dengan peningkatan proporsional dalam sumber daya. Hal ini merupakan logika inheren sama yang mendasari pandangan kebanyakan perusahaan mengenai peningkatan kinerja.

Kenyataannya, Bratton berhasil mencapai penurunan tertajam dalam kejahatan kereta bawah tanah, bukan dengan lebih banyak petugas polisi, tapi dengan menempatkan petugas-perugas polisi di titik-titik panas. Analisisnya menunjukkan bahwa meskipun sistem kereta bawah tanah merupakan labirin jalur-jalur & jalan keluar serta jalan masuk, mayoritas kejahatan terjadi hanya di beberapa stasiun dan beberapa jalur. Ia juga menemukan bahwa titik-titik panas ini tidak terlalu diperhatikan polisi, meskipun titik-titik ini memberikan dampak tak proporsional kepada kinerja kejahatan. Sementara, jalur & stasiun yang hampir tidak pernah mendapat laporan kejahatan dilengkapi dengan jumlah personel yang sama. Solusinya adalah meredistribusikan polisi kepada titik-titik panas kereta bawah tanah untuk mengatasi elemen kejahatan. Kejahatan pun menurun, sementara jumlah tenaga polisi tetap.

Baca Juga:  KERANGKA KERJA EMPAT LANGKAH DALAM BLUE OEAN STRATEGY

Sama halnya, sebelum kedatangan Bratton di NYPD, unit narkotika bekerja setiap hari mulai 9 hingga pukul 5 dan mewakili kurang dari 5% sumber daya departemen tersebut. Untuk mencari titik-titik panas sumber daya, dalam salah satu rapat awalnya dengan para kepala NYPD, deputi komisaris strategi kejahatan zaman Bratron, Jack Maple, meminta peserta memberikan perkiraan persentase kejahatan berkaitan dengan penggunaan narkotika. Kebanyakan menjawab SM) persen, ada yang menjawab 70 persen, dan perkiraan terendah adalah 30 persen. Berdasarkan itu, sebagaimana ditunjukkan Maple, maka sulit dibantah bahwa unit narkotika yang hanya mewakili $ persen dari NYPD itu sebenarnya kekurangan personel. Selain itu, didapati bahwa skuad narkotika umumnya bekerja dari Senin hingga Jumat, meskipun sebagian obat bius dijual pada akhir pekan, yaitu ketika kejahatan-kejahatan terkait dengan narkoba terjadi. Kenapa? Demikianlah keadaannya sedari dulu dan ini merupakan modus operandi yang tidak dikritisi.

Ketika fakta-fakta ini ditampilkan dan titik panas diidentifikasi, saran Bratton untuk melakukan realokasi besar-besaran staf dan sumber daya dalam NYPD dengan cepat diterima. Akhirnya, Bratton merealokasikan staf dan sumber daya di titik panas dan kejahatan narkoba pun merosot. Dari mana ia mendapatkan sumber daya untuk melakukan ini? Ia secara bersamaan mengkaji titik-titik dingin dalam organisasinya.