STRATEGI MENGURANGI BIAYA SDM TANPA MEMPENGARUHI KUALITAS

Pendahuluan
Organisasi pelayanan kesehatan (termasuk RS), terus menghadapi tekanan dalam mengendalikan bahkan mengurangi biaya. Menghadapi hal tersebut, manajemen RS dituntut untuk melakukan langkah sistematis dalam mengelola biaya agar lebih efesien terutama bagi beberapa biaya yang signifikan. Evaluasi terhadap biaya-biaya yang signifikan seperti biaya bahan (medis), biaya SDM, dan biaya penyusutan alat, harus menjadi awal dalam langkah mengendalikan dan mengurangi biaya.
Sebagai salahsatu biaya yang cukup signifikan, biaya SDM harus mendapatkan prioritas manajemen dalam konteks pengendalian dan pengurangan biaya. Namun, pengurangan biaya SDM ini tidak serta merta melalui pemutusan hubungan kerja (PHK). Karena, terlalu banyak melakukan PHK dapat membahayakan kualitas pelayanan yang diberikan.
Tujuh strategi RS dalam mengurangi biaya SDM
Walaupun PHK menjadi salahsatu alternatif, namun masih terdapat beberapa cara agar langkah pemotongan biaya SDM tidak menempatkan pasien dalam risiko. Menurut Henry (2016)[1], terdapat 7 strategi dalam mengurangi biaya SDM tanpa mengurangi kualitas, yaitu:
- Menghilangkan (atau setidaknya meminimalkan) lembur:
Dalam sebuah artikel untuk HealthLeaders Media, Mary Nash, PhD, RN, kepala eksekutif perawat untuk Pusat Medis Ohio State University Medical Center di Columbus, mengatakan bahwa dia dapat mengurangi waktu lembur dengan memanfaatkan sistem kepegawaian dan penjadwalan yang baru, dengan membentuk kumpulan staf untuk melengkapi kebutuhan kepegawaian.
- Optimalisasi kinerja staf.
Dalam sebuah posting blog untuk FreemanWhite, Kristyna Culp memperkirakan bahwa menggunakan perawat untuk mengangkut pasien ke dan dari departemen darurat (sebagai lawan menggunakan staf pengantaran) akan membebani RS dengan tambahan $ 111.690 per tahun. Perkiraan tersebut mengasumsikan bahwa tingkat pembayaran $ 19,50/jam untuk staf pengantaran dan $ 45/jam untuk perawat dan waktu antar pulang pergi 30 menit per pasien.
- Mengurangi pergantian staf.
Setiap adanya pergantian staf (penerimaan staf baru), RS harus melatih staf baru tersebut. Padahal pelatihan untuk staf baru akan memakan biaya mahal. Karena itu, selain menawarkan paket pembayaran dan tunjangan yang kompetitif, beberapa metode untuk mempertahankan staf saat ini adalah termasuk proses penyederhanaan untuk meringankan beban kerja karyawan, menawarkan penghargaan dan pengakuan, memperlakukan karyawan dengan hormat dan mempromosikannya dari dalam.
- Merampingkan layanan.
Andrew Miller, presiden ACM Consulting, mengatakan kepada Healthcare Dive bahwa para pemimpin layanan kesehatan sering mencoba untuk menyelesaikan terlalu banyak hal sekaligus. Hal ini membuat mereka tidak dapat memperoleh hasil yang mereka inginkan. Karena itu, para pemimpin organisasi pelayanan kesehatan perlu memperkirakan keadaan masa depan ideal mereka dan kemudian menemukan cara tercepat dan paling efektif untuk mencapainya.
- Hilangkan posisi yang tidak perlu.
Strategi ini dilakukan dengan terlebih dahulu melihat terkait pekerjaan yang saat ini tidak terisi.
- Kurangi penggunaan staf perjalanan atau agen.
Hunt mengatakan kepada HealthLeaders Media bahwa tenaga kerja tambahan harus digunakan selama peningkatan musiman dalam volume pasien untuk mengisi posisi selama ada inisiatif pelatihan besar (mis., ICD-10). Namun, staf seperti ini tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam memenuhi tuntutan tugas harian.
- Pertimbangkan outsourcing.
Beberapa RS telah melakukan strategi ini, terutama untuk layanan teknologi informasi dan tata graha.
[1] Julie Henry, 2016, 7 ways hospitals can reduce staffing costs without jeopardizing quality