ANALISIS BENCHMARK KINERJA KEUANGAN DALAM INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN

Pengantar
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam bisnis pelayanan kesehatan, ditengah Salah satu yang paling penting adalah kemampuan manajemen dalam bereaksi terhadap perubahan dengan membuat keputusan yang tepat mengenai arah operasional organisasi dan kinerja keuangan. Di antara alat manajemen yang dapa digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah benchmarking, melalui proses analisis keuangan yang baik.
Proses benchmarking keuangan
Menurut Cimasi (2004)[1], benchmarking tidak hanya dapat mengidentifikasi kinerja yang tidak sesuai standar dan anomali dalam biaya, tingkat produktivitas, dan rasio keuangan, tetapi juga dapat membantu menemukan penyebab yang mendasarinya. Setelah faktor pendorong dalam penyimpangan ditemukan, maka harus diselidiki lebih lanjut dan dinilai untuk potensi kelemahan dan faktor risiko, serta kekuatan potensialnya. Proses benchmarking ini penting bagi manajer internal untuk menyesuaikan metode bisnis dalam mengoptimalkan kinerja. Proses tersebut juga merupakan alat penting bagi para penilai dan konsultan.
Menurut Cimasi (2004), proses analisis benchmarking keuangan yang sukses dapat dibagi menjadi tiga kategori: 1) historical subject benchmarking, 2) benchmarking to industry norms, & 3) financial ratio analysis.
1. Historical subject benchmarking,
Membandingkan kinerja entitas saat ini dengan kinerjanya sebelumnya, dan merupakan suatu proses yang melibatkan penyesuaian dan perbandingan data sebelumnya dengan data saat ini. Metode ini menunjukkan dasar untuk perbandingan paling akurat tanpa melibatkan komplikasi dari perbedaan akuntansi/pelaporan yang muncul ketika membandingkan data entitas subjek dengan data survei industri. Historical subject benchmarking menguji kinerja dari waktu ke waktu untuk mengidentifikasi perubahan kinerja dalam suatu entitas subjek, untuk mengidentifikasi anomali, seperti kejadian yang tidak biasa dan tidak berulang, serta untuk memprediksi kinerja di masa mendatang
- Benchmarking to industry norms,
Dilakukan dengan membandingkan data entitas subjek dengan data survei dari entitas lain di sektor industri dan subsektor yang sama. Metode ini memberikan dasar dalam membandingkan entitas subjek dengan entitas serupa untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan pengukuran risiko terkait.
Sebagai langkah awal yang diperlukan untuk kedua metode benchmarking diatas, data operasional entitas subjek adalah yang pertama “common sized”. Dengan kata lain, konversi tersebut dinyatakan sebagai persentase atau rasio dari beberapa ukuran, dengan salah satu dari beberapa cara. Metode common-sizing termasuk mengungkapkan item pada laporan pendapatan dan pengeluaran dalam hal:
- Persentase pendapatan atau per unit yang diproduksi - misalnya, Relative Value Unit (RVU);
- Per penyedia - mis., Dokter;
- Per pengukuran kapasitas - misalnya, per square foot; atau
- Unit perbandingan standar lainnya.
- Financial ratio analysis.
Rasio ini biasanya dihitung sebagai pengukuran berbagai karakteristik keuangan dan operasional yang menggambarkan status keuangan entitas subjek. Rasio ini dievaluasi dalam perbandingannya dengan norma industri yang umumnya ditetapkan sebagai rentang tren positif atau negatif pada sektor industri tersebut. Misalnya "C" kurang dari 1,0 dapat dianggap "mencurigakan." Jika dibandingkan dengan rasio yang berasal dari data survei sektor industri yang sebanding, ini mungkin menunjukkan bahwa sumber daya entitas subjek tidak memadai untuk memenuhi kewajibannya saat ini.
[1] Robert James Cimasi, ASA, CBA, AVA, FCBI, CM&A, 2004, Financial Benchmarking and Ratio Analysis in the Health Care Industry