MINDSET KEPEMIMPINAN BARU DALAM MENGELOLA RS

Pendahuluan
Menurut Lee (2010)[1], bagi dokter yang berusia lima puluhan dan seterusnya, masalah pelayanan kesehatan adalah mengobati pasien. Pergi ke RS sebelum fajar, dan tinggal sampai pasien stabil, fokus pada kebutuhan setiap pasien, tanpa menghawatirkan mengenai biaya. Meninjau setiap hasil tes sendiri dan tidak bergantung pada siapa pun. Satu-satunya cara untuk memastikan kualitas adalah mengadopsi standar pribadi yang tinggi untuk diri sendiri dan kemudian bertemu dengan pasien.
Namun, tuntutan akan layanan kesehatan saat ini telah berubah. Perubahan oorganisasi pelayanan kesehatan saat ini tentunya membutuhkan pendekatan yang berbeda secara mendasar dan memerlukan generasi pemimpin dengan mindset yang baru.
Perubahan industri pelayanan kesehatan
Isu tentang pelayanan kesehatan saat ini terfokus pada peningkatan biaya. Namun, pendorong terbesar kenaikan biaya merupakan kemajuan medis seperti : obat baru, tes baru, perangkat baru, dan cara baru untuk menggunakannya. Alat-alat ini seringkali berfungsi luar biasa dan tentunya membutuhkan peningkatan jumlah personel terlatih. Menurut Lee (2010), banyak pasien yang didiagnosis gagal jantung kini dapat kembali bekerja setelah menerima alat pacu jantung berteknologi canggih. Tetapi kemajuan ini berlangsung dalam suatu sistem yang terlalu terfragmentasi dan tidak teratur penyerapannya. Contoh yang nyatanya melibatkan seseorang yang meninggal karena kanker. Pada hari-hari terakhir dari enam minggu terakhirnya di unit perawatan intensif, pasien meminta semua dokternya mengadakan pertemuan dengan keluarga. Pasien ingin memastikan bahwa berbagai dokter benar-benar berbicara satu sama lain, karena mereka sering menerima pesan yang tidak konsisten atau bahkan bertentangan dari dokter.
Menurut Lee (2010), organisasi pelayanan kesehatan membutuhkan jenis kepemimpinan baru di setiap tingkat sistem pelayanan kesehatan, mulai dari sistem pengiriman terpadu seperti Partners hingga RS sampai praktik dokter. Jenis pekerjaan dan ukuran kinerja tertentu mungkin berbeda dari satu pengaturan ke yang lain, tetapi tanggung jawab utama kepemimpinan adalah sama. Untuk memahami apa itu, Lee (2010) selanjutnya memberikan 3 pesan kepada para pemimpin organisasi pelayanan kesehatan yaitu; 1) performance matters, 2) “value” is not a bad word, & 3) Improvements in performance require teamwork.
- Performance matters.
Kebanyakan dokter adalah pekerja keras, tetapi kualitas pekerjaan mereka tidak boleh diukur dari jumlah pasien yang mereka rawat. Yang penting adalah hasilnya. Ini sangat kontroversial, karena membandingkan hasil sangat rumit. Bagaimanapun, seberapa baik hasil pasien pada akhirnya sangat bergantung pada seberapa sakit mereka awalnya. Intinya adalah ”biaya pasien”.
- “Value” is not a bad word.
Ketika istilah ini pertama kali muncul, banyak penyedia layanan kesehatan menduga bahwa itu adalah kode untuk melakukan pengurangan biaya. Tetapi Michael Porter, dari Harvard Business School, dan yang lain telah menunjukkan selama bertahun-tahun bahwa dalam pelayanan kesehatan, "nilai" berarti “mencapai hasil yang baik seefisien mungkin”. Hal ini mungkin tidak pernah dapat diekspresikan sebagai rasio numerik (kualitas dibagi dengan biaya) yang memungkinkan perbandingan di antara penyedia layanan. Tetapi mengukur hasil dan biaya memungkinkan penyedia layanan untuk mendorong peningkatan dan belajar dari pesaing mereka.
- Improvements in performance require teamwork.
Dokter individu dan RS hanya memiliki kontrol terbatas atas nasib pasien mereka. Di setiap organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan, koordinasi yang unggul, berbagi informasi, dan kerja tim diperlukan jika nilai dan hasil harus ditingkatkan. Banyak pemimpin penyedia layanan kesehatan harusnya menyadari bahwa dunia mereka sedang berubah. Para pemimpin pelayanan kesehatan tradisional mencoba untuk membeli waktu, menolak perubahan, dan memaksimalkan pendapatan di bawah sistem pembayaran yang ada saat mereka bisa. Sedangkan para pemimpin baru fokus pada hasil dan menggunakan pengukuran kinerja sebagai alat memotivasi untuk mengatur rekan-rekan mereka dan mendorong perbaikan.
[1] Thomas H. Lee, MD, 2010, Turning Doctors into Leaders