MENGELOLA INVESTASI AKTIVA TETAP

Pendahuluan
Investasi dalam aktiva tetap dalam organisasi bisnis bertujuan untuk menambah fasilitas yang dimiliki guna mencapai peningkatkan produktivitas dan profitabilitas. Agar efektif, investasi investasi aktiva tetap harus memprtimbangkan penggunaan teknologi. Hal ini penting agara investasi tersebut dapat mencapai produksi yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Namun, agar hal tersebut dapat dicapai, manajemen perlu untuk mengembangkan kebijakan khusus terkait dengan investasi dalam aset tetap.
Investasi dalam aset tetap harus berorientasi pada prospek jangka panjang
Sebagain besar investasi dalam aktiva tetap adalah bertujuan jangka panjang. Walaupun demikian, pada kondisi tertentu, investasi dalam aktiva tetap tidak bertujuan jangka panjang, seperti penggantian aktiva tetap yang rusak. Perlu diingat bahwa investasi dalam aktiva tetap, biasanya akan dirasakan manfaatnya oleh organisasi beberapa tahun kedepannya. Karena itu, perlu kehati-hatian dalam investasi aktiva tetap, apalagi investasi tersebut akan menyebabkan berbagai biaa ikutannya.
Manajemen organisasi bisnis perlu mengembangkan kebijakan yang tepat dan berhati-hati dalam kaitannya dengan investasi pada aset tetap. Pengaruh lingkungan luar (seperti; perubahan kebijakan pemerintah dan ketidakpastian teknologi) harus dipikirkan manajemen sebelum melakukan investasi pada aset tetap. Namun jika investasi aktiva tetap tersebut bersifat mendesak, maka investasi tersebut tetap dapat dibenarkan.
Tingkat pengembalian investasi minimum dalam aset tetap[1]
Sebagian besar organisasi bisnis akan berkonsentrasi pada tingkat pengembalian minimum yang harus diantisipasi, jika modal digunakan dalam proposal tertentu. Misalnya, organisasi dapat memutuskan bahwa investasi dalam aset baru harus memperoleh setidaknya 5% dari investasi awal setelah membuat provisi yang diperlukan untuk penyusutan dan pajak. Berdasarkan keputusan tersebut, maka semua usulan investasi yang menghasilkan kurang dari pengembalian yang diinginkan, harus dibatalkan. Kebijakan semacam ini cukup berguna, karena metode estimasi pengembalian didefinisikan dengan cukup baik. Bunga depresiasi, pajak, investasi bersih dan item lainnya dapat diperlakukan dengan cara yang sangat berbeda.
Sebagian besar diyakini bahwa tingkat pengembalian yang diizinkan adalah biaya modal rata-rata bagi organisasi bisnis. Tingkat pengembalian minimum dapat diperkirakan dengan baik jika mempertimbangkan faktor-faktor seperti keinginan untuk ekspansi, ukuran dana yang ada, rencana pengadaan dana di masa mendatang, dan penilaian risiko. Karena sebagian besar eksekutif yang mengajukan proposal investasi pada aset tetap cenderung cukup optimis dalam menilai manfaat yang kemungkinan besar akan mengalir dari produk tersebut, maka diharapkan pihak manajemen mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi.
Penggunaan konsep Capital Budgeting dalam investasi aset tetap
Keinginan setiap unit/bagian dalam suatu organisasi bisnis untuk berinvestasi dalam aktiva tetap, harus diatur melalui kebijakan manajemen puncak. Biasanya, manajemen organisasi bisnis akan menggunakan konsep capital budgeting untuk menyaring berbagai usulan investasi yang ada. Proses penilaian investasi melalui konsep tersebut akan melalui tahapan antara lain; identifikasi alternatif, prakiraan arus kas, penilaian nilai ekonomi, tingkat risiko yang terlibat, dan tingkat pengembalian yang diharapkan. Proses dan analisis tersebut harus dilakukan dengan sangat hati-hati, karena rencana selanjutnya secara efektif akan bergantung pada ketelitian usulan investasi yang telah disaring.
Beberapa teknik penting dalam menyaring investasi antara lain seperti; 1) Payback method, 2) Accounting rate of return, 3) Net present value method, 4) Internal rate of return, & 5) Profitability index. Dalam prekteknya, organisasi bisnis dapat menggunakan salah satu dari kelima metode tersebut.
[1] www.accountlearning.com, regulating fixed assets investment