MENDEFINISIKAN ULANG OPERASIONAL RS KEDEPAN DALAM KONTEKS ”METHODOLOGY FOR UPDATING CAPACITY STANDARDS”
Pendahuluan
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya dengan judul ” Metodologi dalam melakukan update terhadap standar kapasitas rawat inap RS”. Pada tulisan sebelumnya telah dibahas terkait 2 dari 3 metode untuk mengupdate standar kapasitas rawat inap (Balok dkk, 2020)[1], yaitu Right-Size Market Forecasts & Considmetodeer Investment Outside the Inpatient Setting. Tulisan ini akan membahas metode yang ke tiga yaitu Redefine Future Hospital Operations.
Redefine Future Hospital Operations
RS harus menetapkan tujuan yang realistis untuk meningkatkan operasi dan mengurangi LOS pasien ketika merencanakan unit rawat inap. Pada saat yang sama, variasi dalam data harus diperiksa dengan cermat untuk mengidentifikasi kendala operasional yang secara tidak sengaja menyebabkan lonjakan, dan kebutuhan akan tempat tidur tambahan yang direncanakan.
- Optimize Hospital Throughputs. Sebelum merencanakan pengeluaran modal definitif untuk sumber daya baru, RS harus meninjau parameter operasional yang ada untuk peluang peningkatan. Mengevaluasi ulang jam operasi, waktu pergantian ruangan, dan metrik efisiensi lainnya dapat membantu aset mencapai penggunaan yang paling efisien dan meningkatkan kapasitas, tanpa investasi modal. Ketika memeriksa langkah-langkah ini, saran lain muncul yaitu: beberapa literatur menunjukkan bahwa cadangan ruang operasi adalah penyebab waktu tunggu yang tinggi. Bahkan, RS lain telah mengalami puncak dalam sensus unit rawat inap bedah karena operasi hanya dilakukan satu atau dua hari per minggu untuk spesialisasi volume tinggi. Demikian pula, sumber daya yang terbatas di area diagnostik dan perawatan dapat menunda prosedur penting dan memperpanjang masa rawat pasien di RS.
- Establish a Realistic Patient Turn-Away Rate. Banyak RS memasuki proses perencanaan kapasitas dengan target nol hari pulang pasien. Walaupun tujuan ini tampak terpuji, namun pendekatan seperti itu dapat menyebabkan RS untuk membangun jauh melampaui kapasitas rata-rata harian dan menghabiskan lebih dari yang diperlukan dalam modal dan biaya operasional. Operasi lamban yang dihasilkan pada akhirnya dapat menyebabkan RS tutup. Sebaliknya, RS pertama-tama harus melihat pada peningkatan operasinya dan menghilangkan hambatan untuk memperlancar sensus dan menurunkan lama rawat inap. Kemudian, tujuan yang realistis harus ditetapkan untuk tingkat pasien pulang guna memaksimalkan penggunaan sumber daya RS yang berharga, bersama dengan rencana pendamping yang melibatkan mitra masyarakat untuk memberikan perawatan bagi pasien di luar pengaturan rawat inap.
- Build Flexible Units to Maximize Effective Unit Size. Sebagai langkah terakhir dalam perencanaan, RS harus mempertimbangkan strategi untuk meningkatkan fleksibilitas untuk setiap unit. Hal ini harus menjadi pertimbangan yang penting setelah pandemi COVID-19. Ruang bangunan yang berdekatan satu sama lain dengan jam operasi yang berbeda (seperti ruang persiapan perioperatif dan posisi UGD), dapat memungkinkan beberapa ruang untuk dimofifikasi agar dapat melayani tujuan yang berbeda tergantung kondisinya.
Pendekatan lain adalah membuat unit fleksibel, dibangun dengan standar ketajaman tinggi, yang mampu melihat beberapa jenis pasien. Hal ini memungkinkan kamar/unit untuk fleksibel antara ICU dan med/surg seperlunya atau ditutup pada musim kunjungan rendah dan dengan cepat dibawa kembali ke operasi bila diperlukan. Ini juga secara efektif meningkatkan ukuran unit, mengurangi kemungkinan pasien dari satu jenis akan ditolak karena kekurangan tempat tidur.
[1] Jesse Balok, Joe Moroni, David Nienhueser, John Hasbargen, & Michael Tillman, 2020, Hospital Inpatient Unit Planning: Preparing for an Uncertain Future