Browse By

HAMBATAN DALAM DIGITALISASI RS

Pendahuluan

Digitalisasi dalam perawatan kesehatan telah diungkapkan banyak orang. Tapi, terkait bagaimana cara kerjanya masih perlu mendapatkan perhatian serius. Menurut PD Dr Dominik Pförringer (trauma and orthopaedic surgeon at the Munich University Hospital “rechts der Isar”), untuk memulai digitalisasi dalam pelayanan kesehatan perlu mengetahu inti masalahnya, yaitu daftar keinginan untuk solusi digital. Perkembangan tekhnologi, merupakan contoh nyata yang baik dari inovasi, tetapi dapat menjadi contoh ideal untuk kesenjangan antara kebutuhan dan permintaan. Yang perlu di pikirkan adalah hanya karena suatu pendekatan secara teknis memungkinkan, tidak secara otomatis berarti itu melayani kebutuhan apa pun atau menutup celah yang ada (https://healthcare-in-europe.com).

 Tulisan ini akan mengangkat 3 hal terkait digitalisasi organisasi pelayanan kesehatan khususnya RS, yang merupakan pandangan PD Dr. Dominik Pförringer[1], yang diungkapkan saat interview dengan Sascha Keutel (https://healthcare-in-europe.com). Ketiga hal tersebut adalah: 1) Kebutuhan mendasar dalam keberhasilan digitalisasi RS dan hambatan utamanya, 2 Bagaimana teknologi digital mempengaruhi cara organisasi pelayanan kesehatan (terutama RS) memberikan layanan kesehatan?, & 3) Perkembangan digital seperti apa yang akan memiliki dampak terbesar pada sistem perawatan kesehatan?

Kebutuhan mendasar untuk keberhasilan digitalisasi RS & hambatan utamanya

Infrastruktur teknis pertama diperlukan yang memungkinkan pertukaran data yang cepat, aman, dan efisien. Semua ini membutuhkan anggaran, yang menurut Pförringer belum dialokasikan. Selain itu, perlu mempersiapkan orang untuk inovasi secara terstruktur dan tidak hanya mengirim mereka dalam perjalanan yang tidak siap ke masa depan. Secara khusus, perlu adanya pendidikan berkelanjutan dan pelatihan terperinci.

Berbagai hambatan yang ada seperti; perluasan jaringan data yang tidak memadai, undang-undang perlindungan data yang kompleks & tidak spesifik serta tidak jelas definisinya, dan penggunaan teknologi yang heterogen. Hambatan-hambatan tersebut tentu saja bukan tidak dapat diatasi. Pada sisisi lainnya, saat ini pasien semakin terbuka terhadap digitalisasi dan beberapa praktik telah berkembang, walaupun basisnya masih belum berkembang dengan baik. Komunikasi nirkabel kurang didukung dengan perangkat lunak dan perangkat keras untuk meringankan tenaga medis dari beban birokrasi. Misalnya, sebagian besar klinik masih kekurangan jaringan nirkabel yang berfungsi dan komprehensif untuk memungkinkan pertukaran data yang relevan secara medis dengan aman.

Baca Juga:  NEXTGEN HEALTHCARE: CONTOH PERUSAHAAN IT YANG MENGALAMI PENINGKATAN PERMINTAAN LAYANAN DARI PENYEDIA LAYANAN KESEHATAN DI AS PADA TAHUN 2020

Bagaimana teknologi digital mempengaruhi cara organisasi pelayanan kesehatan (terutama RS) memberikan layanan kesehatan?

Data membuat kedokteran lebih kompleks dan pada saat yang sama membuka bidang peluang yang luas, yang sering diungkapkan dalam kiasan : Data is the oil of the 21st century (Data adalah minyak abad ke-21). Sering dilupakan apa arti akhirnya dari perbandingan ini. Sama seperti minyak mentah, data itu sendiri hanya digunakan secara terbatas. Kunci keberhasilannya terletak pada pemurnian pengolahan produk antara dan produk akhir yang menambah nilai. Jika kita menerapkan teknologi saat ini secara tepat terkait data untuk kepentingan kedokteran dan pasien, maka semua pihak yang terlibat dapat memperoleh manfaat. Pasien akan memperoleh keuntungan dengan memperoleh tingkat kepastian pengobatan yang lebih tinggi, seperti yang dilakukan dokter. Lebih dari itu, ada potensi untuk meningkatkan interface antara rawat jalan dan perawatan RS, dan akhirnya akan menghemat biaya.

Perkembangan digital seperti apa yang akan memiliki dampak terbesar pada sistem perawatan kesehatan?

Secara umum, digitalisasi bukanlah proses dengan awal yang pasti, apalagi akhir yang spesifik. Digitalisasi layanan kesehatan tidak dimulai kemarin. Ini berjalan dengan kecepatan penuh dan telah berlangsung selama bertahun-tahun, namun dalam skala yang relatif heterogen. Secara historis, technology-based subspecialties (subspesialisasi berbasis teknologi), seperti radiologi dalam data imaging (pencitraan data) di rancang dan dikembangkan secara digital lebih awal. Disiplin lain dapat belajar dari bidang ini. Jika misalnya, kita menerapkan pengenalan gambar dan suara secara cerdas, lebih banyak waktu dapat digunakan untuk pengobatan. Saya mengharapkan dampak terbesar dari analisis data, pertukaran data, dan optimalisasi proses yang dihasilkan. The radiology start-up Smart Reporting sedang mengerjakan gambar pelaporan terstruktur dan merupakan contoh yang sangat baik dari penerapan inovasi digital yang bertujuan dalam praktik klinis sehari-hari.

Baca Juga:  TIGA TANTANGAN BAGI EKSEKUTIF ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2023
[1] PD Dr. Dominik Pförringer is co-chair of the working group Digitalisation of DGOU (Deutsche Gesellschaft für Orthopädie und Unfallchirurgie).