Browse By

BERBAGAI TANTANGAN DALAM MEMPERBAIKI ALUR PASIEN DI RS

Pendahuluan

Pada beberapa RS besar, sangat mungkin terjadi ketika volume bedah jantung meningkat, terdapat penundaan dalam mentransfer pasien pasca operasi dari ruang operasi (OR) ke unit perawatan intensif (ICU). Ha ini tentu saja akan mengganggu proses palayanan di RS secara keseluruhan. Somlo dkk (2018)[1], menduga bahwa penundaan tersebut sangat mungkin terkait dengan hasil pasien, hari rawat yang lebih lama, dan biaya perawatan yang lebih tinggi.

Perbaikan alur pasien tersebut sangat penting dan berdampak bagi kinerja RS secara keseluruhan. Menurut Somlo dkk (2018), untuk membuat perubahan diperlukan tim yang melibatkan ahli bedah dan tim penyedia perawatan. Tim  tersebut perlu memahami sistem, mengatasi masalah, dan mengembangkan solusi yang memanfaatkan. Prinsip ini merupakan pusat dari Dynamic Work Design (DWD), sebuah paradigma yang muncul dalam ilmu manajemen bahwa pusat medis digunakan untuk memandu perubahan sistemik untuk mengurangi penundaan, meningkatkan hasil, dan menciptakan pengurangan berkelanjutan dalam biaya perawatan.

Tantangan yang dihadapi dalam memperbaik alur pasien

Somlo dkk (2018) selanjutnya memaparkan berbagai hal yang terkait dengan tantangan penanganan alur pasien di RS. Ketika staf ruang operasi mempersiapkan pemindahan pasien ke unit perawatan intensif setelah operasi jantung, pasien mungkin harus menunggu karena tidak ada ruang yang tersedia di ICU. Aliran menjadi terhambat ketika ICU berebut untuk memindahkan pasien dan memulangkan pasien ke rumah. Akibatnya terjadi peristiwa yang tak terduga, seperti pasien yang mengalami fibrilasi atrium. Sedangkan pasien pasca operasi masih menunggu, dianestesi di atas meja. Operasi berikutnya seharusnya dimulai dalam 30 menit, dan pasien pra-operasi juga sekarang menunggu. Dan setelah beberapa jam, pasien pertama akhirnya mendapat ruang di ICU.

Baca Juga:  MENDEFINISIKAN ULANG OPERASIONAL RS KEDEPAN DALAM KONTEKS ”METHODOLOGY FOR UPDATING CAPACITY STANDARDS”

Berbagai kejadian seperti dikemukakan Somlo dkk (2018) diaras, membuat para staf RS harus bekerja lembur untuk menangani hal tersebut. Walaupun semua orang setuju bahwa akan mendapat manfaat dari beberapa perubahan dalam hal-hal yang dilakukan, namun sulit untuk mengubah pola yang melibatkan beberapa departemen dan organisasi yang sangat matriks tetapi sering kali tidak memiliki hubungan pelaporan yang jelas. Karena itu, sangat diperlukan untuk merancang pekerjaan agar sesuai dengan apa yang dikerjakan staff, untuk memanfaatkan kekuatan dan mengimbangi kelemahan. Semua orang harus terlibat dalam memberikan perawatan yang efektif dan efisien.

Masih mengacu pada tulisan Somlo dkk (2018), untuk mengatasi permasalahan diatas maka dilakukanlah sebuah penelitian yang diprakarsai oleh seorang ahli bedah kardiotoraks untuk menyelidiki penyebab yang mendasari penundaan agar menghasilkan hasil yang baik. Penelitian tersebut mengambila data retrospektif untuk menganalisis data pada 1.136 pasien yang menjalani operasi jantung selama tahun sebelumnya dan menemukan bahwa penundaan ini menyebabkan lebih dari sekedar frustrasi pada staf, namun juga menimbulkan risiko serius bagi pasien. Pasien yang tertunda lebih dari 15 menit antara ruang operasi dan ICU, 34% lebih mungkin mengalami mortalitas 30 hari daripada pasien yang tidak tertunda, dan 10% lebih mungkin untuk diterima kembali dalam 30 hari. Mereka mengalami kehilangan darah 16% lebih banyak setelah operasi dan tinggal 13% lebih lama di ICU. Somlo dkk (2018) memperkirakan bahwa keterlambatan ini menyebabkan lebih dari $ 2 juta per tahun dalam biaya langsung tambahan. Bahaya inilah yang memotivasi dokter dan staf untuk mencari cara untuk mengurangi penundaan.

Membentuk tim dalam memperbaiki alur pasien

Dalam tulisan Somlo dkk (2018), selanjutnya dipaparkan mengenai usaha RS dalam membentuk tim guna memperbaiki alur pasien. Sebuah tim di bentuk & dikumpulkan untuk membahas data dasar, menguraikan solusi, dan memandu intervensi untuk meningkatkan kelayakan proses. Tim ini mencakup semua pemangku kepentingan dan perwakilannya, yaitu dokter, perawat, manajer ruangan, administrator, dan staf. Keterlibatan semua pihak sangat penting, karena investasi dan konsensus mengenai perubahan sangat penting untuk implementasi dan keberlanjutannya. Tim menggunakan informasi dari penelitian sebelumnya yang melakukan analisis awal dalam mengungkapkan risiko kualitas dari penundaan transfer pasien.