KESALAHAN DALAM MENETAPKAN NILAI PERSEDIAAN AKHIR DALAM LAPORAN KEUANGAN RS

Pendahuluan
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang penting dalam neraca RS. Karena itu, kesalahan dalam menentukan nilai persediaan akhir, akan menyebabkan laporan keuangan RS (neraca & laporan L-R/LO) akan bias. Pada tulisan ini akan dipaparkan terkait dengan kesalahan menentukan nilai persediaan akhir, dan kerugiannya bagi manajemen RS.
Bagaimana seharusnya menghitung nilai persediaan akhir & bagaimana kenyataannya di RS?
Menghitung nilai persediaan akhir sebenarnya telah kami sajikan dalam beberapa tulisan terdahulu terkait dengan penentuan persediaan akhir & HPP. Namun dalam tulisan ini akan disajikan pemaparan singkat mengenai metode penentuan persediaan akhir. Metode penentuan persedaan akhir secara umum terdari dari; 1) metode perpetual (setiap terjadi penjualan dilakukan perhitungan persediaan) & 2) metode fisik (nilai persediaan dihitung pada akhir periode). Metode yang sering digunakan adalah ”metode fisik”, yang terdiri dari;
- Metode FIFO,
- Metode LIFO,
- Metode Rata-rata.
Penjelasan mengenai setiap metode ini dapat dilihat dalam tulisan kami dengan judul;
- PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN AKHIR & HPP DALAM LAPORAN KEUANGAN RS (PART 1)
- PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN AKHIR & HPP DALAM LAPORAN KEUANGAN RS (PART 2)
Walaupun metode akuntansi persediaan telah banyak ditulis (termasuk tulisan kami), namun masih banyak RS yang tidak menggunakan metode akuntansi tersebut dengan benar. Beberapa RS bahkan menghitung nilai persediaan akhir mengacu pada informasi bagian farmasi. Padahal bagian farmasi menghitung nilai persediaan akhir dengan cara;
Apabila hal ini dilakukan oleh RS maka, secara akuntansi cara tersebut tidak diakomodir dalam metode akuntansi persediaan. (lihat lagi beberapa tulisan kami tentang metode akuntansi persediaan). Secara otomatis, nilai persediaan akhir dalam neraca akan bias.
Dampak dari kesalahan dalam menetapkan nilai persediaan akhir
Persediaan akhir sangat berhubungan dengan beban pokok penjualan/harga pokok penjualan (persediaan). Hal ini seperti disajikan dalam peraga berikut.
Peraga 1. Hubungan antara nilai persediaan akhir dengan beban pokok penjualan
Kesalahan dalam memperhitungkan nilai akhir persediaan tidak hanya menyebabkan nilai persediaan salah. Tetapi juga akan menyebabkan nilai beban pokok penjualan/harga pokok penjualan (atas persediaan) akan bias. Salah dalam menentukan nilai akhir persediaan akan menyebabkan;
- Nilai aktiva lancar & total aktiva di neraca bias,
- Kesalahan dalam menghitung sejumlah rasio keuangan;
- Rasio likuiditas seperti current ratio (aktiva lancar/hutang lancar),
- Rasio total aktiva dengan total hutang (rasio solvabilitas),
- Rasio profitabilitas (laba/total aktiva).
Biasnya nilai beban pokok penjualan/harga pokok penjualan (atas persediaan) akibat kesalahan perhitungan nilai persediaan akhir, akan menyebabkan;
- Laba/surplus-defisit dalam laporan laba/rugi (laporan operasional untuk RS BLUD) akan bias,
- Kesalahan dalam menghitung sejumlah rasio keuangan, al;
- Rasio profitabilitas, seperti ROI (laba/total aktiva).