IMPLEMENTASI BSC DALAM MENGEMBANGKAN LAYANAN FARMASI BERPUSAT PADA PASIEN (ELEMENT OF BSC) -Part 2

Berikut adalah lanjutan dari artikel ELEMENT OF BSC: MPLEMENTASI BSC DALAM MENGEMBANGKAN LAYANAN FARMASI BERPUSAT PADA PASIEN , mengenai bidang yang difokuskan dalam metrik BSC ; 1) keamanan dan kualitas obat, 2) kegiatan operasional farmasi, 3) penelitian, pendidikan & beasiswa, dan 4) kinerja keuangan, menurut Enwere dkk (2014)[1],
3. Pendidikan, Penelitian, dan Beasiswa
Integrasi mahasiswa dan masyarakat dalam model praktik departemen farmasi sangat penting dalam memberdayakan apoteker untuk berlatih atas lisensi mereka. Hal ini sangat didukung dalam ASHP’s Practice Model Initiative. BSC mengukur elemen-elemen mendasar seperti jumlah publikasi yang ditinjau oleh rekan kerja departemen farmasi dan rotasi mahasiswa mengenai Pharmacy Practices Experience (IPPE, APPE).
Di OSUWMC, departemen farmasi mencapai tujuan strategis beasiswa dengan memberdayakan para apoteker untuk berkontribusi pada seluruh pengetahuan farmasi. Apoteker didorong untuk memberikan pendidikan lanjutan tingkat Accreditation Council for Pharmacy Education (ACPE) ke departemen farmasi setiap bulan.
4. Kinerja keuangan
Biaya obat-obatan dan tenaga kerja adalah 2 pengeluaran utama yang harus dilacak dengan cermat oleh manajer farmasi. Biaya obat meningkat dengan cepat setiap tahun, dan merupakan mayoritas dari biaya departemen farmasi. Menurut laporan ASHP Foundation 2014-2018 Pharmacy Forecast, kekurangan obat, obat-obatan farmasi khusus, biosimilar, dan farmakogenomik akan memiliki dampak besar pada biaya obat di masa mendatang. Selain memantau tren pembelian, manajer farmasi harus memantau biaya obat dalam kaitannya dengan LOS pasien, penerimaan, pengeluaran, volume, dosis yang dikeluarkan, dan biaya farmasi sebagai persentase dari total biaya RS.
Sehubungan dengan biaya tenaga kerja, BSC dapat digunakan untuk melacak jam kerja per unit layanan, biaya tenaga kerja per penerimaan, biaya tenaga kerja per dosis, jam kerja ahli farmasi per pesanan, jam kerja teknisi per dosis, intervensi klinis per shift apoteker bekerja, dan rasio campuran skill apoteker dengan teknisi secara bulanan, triwulanan, dan tahunan. Jenis pemantauan dan analisis ini dapat membantu departemen farmasi mengelola biaya tenaga kerja dengan tepat dan mengoptimalkan perawatan bagi pasien.
OSUWMC berusaha untuk mencapai tujuan keuangannya dengan menjadi model tolok ukur praktik farmasi. Inisiatif keuangan OSUWMC 2014 berpusat pada pencapaian tujuan pengurangan biaya departemen farmasi, menerapkan layanan farmasi khusus, dan mengatur ulang model praktik untuk membantu memenuhi kebutuhan Medical Center Expansion Project. Di OSUWMC, metrik keuangan yang dimasukkan ke dalam BSC meliputi: total biaya obat yang dikeluarkan per kasus, pengurangan biaya kumulatif, dan biaya lembur. Hal ini digunakan untuk mengukur arus pasien dan kebutuhan obatnya. Selain itu, kepala farmasi harus dapat menggunakan metrik internal dan eksternal untuk melacak kemajuan menuju pencapaian tujuan strategis departemen.
Promoting pharmacy services with the BSC (Enwere dkk, 2014)
Dukungan sangat berperan penting bagi manajer farmasi. Dukungan dapat bersifat eksternal (pembuat undang-undang, pembayar, kelompok kesehatan masyarakat) dan internal (keperawatan, dokter, dll). Manajer farmasi dapat menggunakan BSC sebagai titik pembicaraan untuk menunjukkan dampak layanan farmasi terhadap sasaran RS secara keseluruhan.
BSC memungkinkan manajer farmasi untuk berbagi kesuksesan departemen dengan pemimpin RS dan memberikan wawasan pada staf mengenai metrik yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Karena rencana strategis diperbarui setiap tahun, metrik BSC harus dievaluasi setiap tahun untuk menentukan apakah proses saat ini perlu dilanjutkan, dimodifikasi, ditambah atau dihapuskan. Selain itu, manajer farmasi dapat menyoroti metrik kinerja BSC departemen farmasi yang dikaitkan dengan layanan farmasi yang berpusat pada pasien, dalam RS lain setiap bulan untuk mengikuti kemajuan departemennya. Pembagian BSC departemen farmasi ini akan membantu semua anggota departemen farmasi secara terus-menerus mengukur pencapaian sasaran strategis. Selain itu juga dapat secara objektif menunjukkan nilai layanan farmasi klinis.
[1] Enwere EN Jr, Keating EA, and Weber RJ, 2014, Balanced Scorecards As a Tool for Developing
Patient-Centered Pharmacy Services.