DAPATKAH INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN MENERAPKAN MODEL BISNIS BERBIAYA RENDAH? (Part 3)

Implementasi model bisnis berbiaya rendah di RS
Seperti dijelaskan pada part 2, bahwa ada RS yang berhasil dengan mengambil pasar BPJS. Disamping menggunakan model bisnis berbiaya rendah, RS tersebut juga menggunakan strategi differesinsi secara bersamaan. Hal ini seiring dengan apa yang dikatakan Kumar (2006)[1] tentang implementasi strtegi berbiaya rendah & strategi differensiasi secara bersamaan. Implementasi kedua strategi tersebut secara bersamaan akan memberikan hasil hanya ketika operasi berbiaya rendah diluncurkan secara ofensif untuk menghasilkan uang, bukan sebagai taktik defensif murni untuk menyingkirkan saingan biaya rendah.
Dapakah RS menerapkan model bisnis berbiaya rendah?
Jawaban atas pertanyaan diatas adalah YA. Artinya dapat dilakukan dengan beberapa modifikasi. Modifikasi strategi kompetitif dapat dilakukan RS dengan menerapkan model bisnis berbiaya rendah (cost leadership strategy) secara bersamaan dengan strategi lainnya (strategi differensi misalnya). Manajemen RS juga harus secara bertahap melakukan pengendalian biaya untuk mencapai efesiensi yang maksimal (kualitas standar) agar tercipta range antara tarif & biaya menjadi lebar. Struktur biaya dalam pengelolaan RS harus mampu memilah biaya yang prioritas dan yang tidak. Hal ini tentunya harus didukung dengan sistem dan teknologi informasi yang memadai agar memudahkan manajemen dalam mengelola biaya.
Strategi lainnya yang juga telah dilakukan oleh banyak RS yang sebagaian besar pasiennya adalah BPJS adalah menerapkan strategi berbiaya rendah & differensiasi secara bersamaan. Hal itu di lakukan dengan menawarkan pasien tertentu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tambahan (SUPER VIP misalnya), dengan menambah tambahan biaya dari kantong pasien. Mengevaluasi keuntungan/kerugian atas kerjasama dengan BPJS, harus dilakukan dengan cara menghitung pendapatan RS terkait dengan pasien BPJS. Pendapatan sebaiknya jangan di hitung secara parsial atau satu persatu pasien melainkan harus dengan periodik /rentang waktu tertentu.
Langkah-langkah RS dalam menerapkan model bisnis berbiaya rendah?
Menurut zkjadoon (2016)[2], berbagai perubahan akibat fluktuasi harga (tarif) akan menguntungkan produsen (organisasi bisnis) berbiaya rendah. Kemampuan untuk menghemat biaya dengan dukungan karyawan secara luas merupakan suatu keharusan penerapan model bisnis berbiaya rendah di RS. Bahkan, kesadaran karyawan dalam mengendalikan biaya harus tertanam dan menjadi budaya organisasi. Banyak manajer tentu setuju dengan adanya konsekuensi untuk produk yang tidak berkualitas akan memakan biaya yang lebih banyak lagi. Proses manufaktur yang tidak efisien juga menyebabkan bahan bekas makin menumpuk dan tentunya akan memakan waktu dan pengerjaan ulang yang lebih mahal. Kualitas dapat tercapai dengan adanya keselarasan antara produk yang di buat perusahaan dengan kebutuhan orang-orang.
Menerapkan model bisnis berbiaya rendah di RS harus diiringi dengan beberapa langkah berikut;
- Menetapkan standard biaya untuk setiap standard produk/jasa yang telah ditetapkan,
Standar biaya perlu ditetapkan sebagai patokan. Standar ini akan berfungsi Sebagai alat kontrol biaya maksimal yang harus dikeluarkan. Peran manajer tiap instalasi sangat penting dalam mengontrol implementasi standar biaya & standar produk/jasa ini. Manajer juga dapat mencegah timbulnya inefesiensi pada proses awal melalui pengajuan anggaran sesuai kebutuhan. Hal ini dapat menghemat banyak sumber daya.
- Evaluasi secara berkala terhadap biaya tiap produk/jasa,
Sebelum evaluasi dilakukan, satu hal yang harus dipastikan bahwa informasi biaya perproduk/jasa (unit cost perlayanan) harus tersedia. Manajemen harus memastikan bahwa informasi unit cost perlayanan harus tersedia saat dibutuhkan (minimal tiap bulan), dan dihitung dengan menggunakan metode terbaik (activity based cost). Selanjutnya, target biaya yang telah ditetapkan, setiap bulannya akan dibandingkan dengan biaya yang terjadi (unit cost perlayanan).
- Melakukan usaha berkesinambungan untuk mendapatkan biaya tiap produk/jasa seefesien mungkin tetapi tetap dalam standar kualitas yang ditetapkan.
Tujuan akhir beberapa langkah diatas adalah agar RS mendapatkan ”biaya yang paling efesien”dengan kualitas yang telah ditetapkan. Terus membandingkan antara target biaya yang telah ditetapkan, dengan biaya yang terjadi (unit cost perlayanan) akan memberikan dampak pada efesiensi biaya perlayaanan yang diberikan. Tapi tetap perlu hati-hati dalam melakukan efesiensi biaya, agar tidak menurunkan kualitas.