PENDAPAT PAKAR IT TENTANG BERBAGI INFORMASI PASIEN ANTAR FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Pendahuluan
Berbagi informasi rekam medis pasien melalui database elektronik, tentunya sangat baik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Hal ini penting untuk mengantisipasi kesalahan diagnostik. Di AS misalnya, beberapa RS mulai melakukan hal tersebut, walaupun masih sebagian kecil. Dalam konteks Indonesia, langkah ini harus dipikirkan terutama terkait dengan tingkat keamanan data medis pasien. Satu hal yang harus dilakukan adalah hanya para praktisi medis yang diberi akses ke pusat data elektronik pasien (lihat tulisan tentang IMPLEMENTASI EHR & RCM DALAM MENDUKUNG DATABASE ELEKTRONIK MEDIS PASIEN TERHUBUNG ANTAR RS)
Tak bisa dipungkiri bahwa berbagi informasi data pasien merupakan salahsatu elemen kunci dalam koordinasi praktisi pelayanan kesehatan. Karena itu, perlu dipi-kirkan strategi terbaik untuk mewujudkan konsep berbagai data tsb. Tulisan ini akan mengangkat terkait konsep berbagai informasi pasien dari sudut pandang ahli IT.
Pendapat ahli IT
Dalam sebuah tulisan di situs www.becker'shhospitalreview.com, disajikan hasil diskusi dalam Becker's Hospital Review tentang komponen sistem berbagi data yang efektif, dan bagaimana teknologi tersebut dapat memungkinkan kemitraan antar-fasilitas kesehatan yang kuat. Menjadi pembicara dalam diskusi tersebut adalalah Sean Vandeweerd (senior product manager in care coordination and post-acute di PointClickCare)-disingkat SV & B.J. Boyle (vice president and general manager of post-acute di PointClickCare)-disingkat BJB. Masih mengacu pada tulisan dalam situs tersebut, berikut ini adalah jawaban dari 2 pakar IT terkait pertanyaan yang diajukan.
Bagaimana teknologi dapat membantu RS dan fasilitas pelayanan kesehatan memperlancar transisi perawatan dan mengurangi penerimaan kembali?
BJB: Saat perawatan berbasis nilai & model penggantian lainnya muncul, RS tidak menanggapi ini sebagai perubahan sederhana, tetapi lebih terkoordinasi. RS membu-tuhkan teknologi untuk membantu meningkatkan upaya tersebut & tim yang diberda-yakan untuk memantau proses dengan menggunakan alat-alat seperti komunikasi & platform perawatan koordinasi. Bagian kedua adalah memudahkan pertukaran data. Telah banyak diskusi tentang pertukaran data, tetapi tidak jelas apakah data yang dibagikan dapat mendorong perilaku atau hasil. Fasilitas perawatan jangka panjang membutuhkan sistem yang memungkinkan mereka untuk menerima dan memproses informasi, yang tidak hanya mempercepat rekonsiliasi dan penerimaan obat, tetapi juga memungkinkan fasilitas untuk dapat menentukan jalur perawatan yang tepat.
SV: Secara tradisional, setiap koneksi point-to-point antara fasilitas bisa memakan waktu hingga enam bulan. Saat ini, banyak masalah seperti ini dapat diselesaikan dengan menggunakan infrastruktur scalable. Solusinya, saat ini telah ada berbagai macam alat yang membuat pertukaran data jauh lebih mudah untuk fasilitas yang ingin bekerja sama. Sektor industri baru saja mulai mengadopsi beberapa solusi ini.
BJB: Banyak penyedia memiliki alat untuk menyelesaikan suatu masalah, tetapi tek-nologi perlu menghubungkan perawatan akut ke pasca-akut dengan baik. Di masa mendatang, tidak cukup hanya memberikan informasi bahwa pasien telah mening-galkan satu fasilitas & dirawat di fasilitas lain. Akan lebih baik apabila sistem manaje-men perawatan terhubung dan mengalirkan data dari satu sistem ke system berikut-nya. Selain itu juga dapat memberikan pandangan berkelanjutan tentang apa yang terjadi di tingkat pasien, daripada harus menarik tujuh program berbeda untuk mengumpulkan data pasien.
Apa karakteristik paling penting dari rangkaian pertukaran data yang efektif?
SV: Elemen pertama yang paling mendasar adalah memastikan ada tujuan bersama di awal proses. Yang kedua adalah bahasa umum di sekitar informasi, data atau konteks lain yang dibagikan. Ketiga adalah skalabilitas. Setiap RS dan fasilitas, harus mampu membangun bahasa yang sama, serta infrastruktur teknis yang memungkinkan untuk membangun koneksi melampaui dataset sederhana. Namun dapat menampung skala 100 RS untuk 1.000 fasilitas keperawatan.
Jenis data kinerja pada fasilitas perawatan terampil seperti apa yang harus dicari RS saat membuat keputusan rujukan?
BJB: Pada akhirnya, keputusan rujukan turun ke pasien. Banyak manula, khususnya yang menderita beberapa komorbiditas, sehingga RS harus melihat seluruh pasien untuk memahami secara keseluruhan. Namun, pada level makro, data kinerja harus mencakup seluruh spektrum; RS perlu melihat fasilitas perawatan terampil sebagai penyedia. Metrik publik tingkat luas seperti CMS's Five-Star Rating dapat membantu, tetapi penting juga untuk memahami kinerja mitra potensial dalam konteks penyakit tertentu, misalkan, berapa tingkat penerimaan berdasarkan status penyakit; berapa lama rata-rata menginap?
Bagaimana RS memanfaatkan teknologi untuk mengumpulkan data kinerja?
BJB: Salah satu pertimbangan terpenting adalah ketepatan waktu data. Data yang tersedia untuk umum terkait fasilitas pasca-akut atau data yang dikumpulkan melalui situs klaim seringkali beberapa bulan kedaluwarsa. Penyedia teknologi kemudian akan memberikan metrik tingkat fasilitas & membantu RS memahami bagaimana me-reka dapat mengelola kinerja para mitra tsb. Pertimbangan yang lebih kritis adalah transparansi data pasien pasca rujukan. Pada tahap ini, penting untuk memiliki tekno-logi yang menyediakan sistem manajemen perawatan yang benar2 terhubung, mem-berikan pandangan terpadu tentang bagaimana keadaan pasien di fasilitas pasca-akut.
SV: Daripada mengandalkan model tradisional data kinerja yang kikuk & retroaktif memakan waktu, teknologi saat ini mampu menangani semuanya. Manajer IT, fasilitas perawatan jangka panjang atau RS dapat menggunakan teknologi untuk menstan-dardisasi & mensintesis data melalui metrik khusus. Ini tidak hanya memberi penyedia gagasan untuk pendorong hasil, tetapi melakukannya secara real time.
Bagaimana RS dapat memanfaatkan teknologi untuk membuat rujukan dan rekomendasi yang lebih baik secara keseluruhan?
SV: Salah satu caranya adalah dengan lebih memahami data secara real time. Mampu memanfaatkan analitik & informasi yang membantu mengarahkan rujukan ke fasilitas yang paling ideal akan mencapai hasil yang lebih baik daripada metode tradisional yang berfokus hanya pada menyelesaikan transisi perawatan secepat mungkin. Selain itu, data juga harus selengkap mungkin. Rujukan adalah waktu yang singkat, fasilitas yang menerima rujukan atau bekerja dengan RS untuk menempatkan pasien, sering memiliki informasi yang tidak lengkap. Hal ini dapat mengakibatkan pasien ditempatkan di fasilitas yang tidak dapat mengakomodasi kebutuhan mereka. Karena itu, informasi perlu bergerak dua arah dalam sistem.
BJB: Hal tersebut tidak selalu tentang teknologi. Rujukan harus berasal dari kemitraan. Kami mendorong RS untuk tidak menganggap ini hanya sebagai rujukan pasien saja, tetapi juga sebagai kesempatan untuk membentuk hubungan. RS & penyedia harus menyadari bahwa bekerja bersama menciptakan kesinambungan perawatan tanpa batas & pada akhirnya, mengurangi penerimaan kembali & meningkatkan hasil perawatan.