IMPLEMENTASI ADVANCED COST ACCOUNTING DENGAN HOSPICA DI RS (Part 1)

Pendahuluan
RS di Indonesia telah memasuki era baru dimana tingkat pertumbuhan pendapatan ”agak” sedikit menurun dibandingkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh eksternal (seperti tingkat persaingan, kebijakan pemerintah tentang JKN/BPJS, dll). Pada kondisi ini, manajemen RS harus menyadari bahwa orientasi mengejar tingkat pertumbuhan pendapatan harus diiringi dengan usaha merampingkan biaya, dengan tetap mempertahankan kualitas layanan.
Kebijakan JKN/BPJS merupakan sebuah transformasi sistem pelayanan kesehatan yang mengharuskan manajemen RS untuk fokus pada pengendalian terhadap biaya. Perubahan fokus ini bertujuan untuk mendorong efesiensi dalam pemberian layanan. Pandangan yang jelas mengenai biaya dan ukuran profitabilitas di seluruh lini layanan klinis, memungkinkan RS untuk melihat kegiatan operasionalnya dalam pandangan baru, kemudian melakukan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang yang sesuai. Oleh karena itu, fungsi akuntansi biaya dalam organisasi penyedia layanan kesehatan menjadi fungsi yang semakin penting dan strategis.
Usaha manajemen RS dalam mendorong efesiensi dalam konteks biaya sedikit mengalami kendala. Keterbatasan sistem akuntansi biaya yang ada di RS saat ini kurang memadai bagi manajemen yang harus fokus pada biaya. Salahsatu yang harus dilakukan adalah mulai menerapkan ADVANCED COST ACCOUNTING.
Advanced Cost Accounting di RS
Menurut Walters (2018)[1], secara sederhana akuntansi biaya merupakan sistem untuk mencatat, menganalisis, dan mengalokasikan biaya untuk layanan individu tertentu yang diterima pasien (misalnya, tes, prosedur, obat-obatan, ruangan, dll). Dengan kata lain adalah proses memperkirakan dan mengklasifikasikan biaya yang dikeluarkan oleh organisasi pelayanan kesehatan.
Walters (2018) juga mengemukakan bahwa organisasi pelayanan kesehatan dapat menghasilkan pendapatan besar. Namun, biaya yang terkait dengan pendapatan itu juga besar, bahkan terkadang lebih. Untuk mengelola layanan secara efektif, penting untuk memahami biaya yang tepat untuk setiap pelayanan pasien, prosedur, atau episode perawatan. Informasi ini dapat memungkinkan organisasi layanan kesehatan untuk:
- Menentukan secara akurat profitabilitas masing-masing lini layanan dan hubungannya,
- Menentukan jumlah spesifik yang membebani perusahaan asuransi dan pasien masing-masing,
- Meningkatkan layanan,
- Menentukan layanan mana yang akan ditawarkan, hari ini dan di masa mendatang,
- Memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan.
(Lihat tulisan mengenai TIPS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN AKUNTANSI BIAYA PADA ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN).
Pada prinsipnya, kebutuhan akan advanced cost accounting di RS terbagi menjadi 2 hal yaitu; 1) system akuntansi biaya, & 2) model/metode perhitungan biaya layanan (unit cost). Terkait dengan biaya, sangat menarik melihat tulisan Michelson (2017)[2], yang mengacu pada survei yang dilakukan oleh Strata Decision Technology dan Becker's Healthcare terhadap 100 eksekutif di organisasi pelayanan kesehatan AS (termasuk RS). Dalam survey tersebut menemukan bahwa 90% dari eksekutif yang bertanggung jawab atas perawatan, tidak mengetahui biaya-biaya yang terkait. Survei ini merupakan kenyataan yang terjadi di RS AS. Pertanyaan menariknya adalah; apakah hal ini juga terjadi di RS Indonesia?.
Masih dalam survey yang sama menyatakan bahwa lebih dari 90% RS di AS tidak memiliki sistem penghitungan biaya atau apabila memiliki sistem tetapi sudah ketinggalan jaman dan tidak memadai. Sistem perhitungan biaya yang tidak memadai/ketinggalan jaman (seperti double distribution), akan berdampak pada biasnya informasi biaya bagi manajemen RS. Akibatnya adalah kurangnya data biaya yang akurat dan dapat ditindaklanjuti, sehingga pengelolaan biaya untuk mendorong efesiensi biaya hampir tidak mungkin dilakukan.