ORIENTASI MANAJEMEN KEUANGAN RS DI ERA BPJS
Pendahuluan
JKN dengan BPJS-nya membuat perubahan mendasar dalam pelayanan kesehatan terutama model pembayarannya. Tantangan keuangan bagi institusi pelayanan kesehatan (seperti RS) adalah kecukupan dan ketepatan waktu pembayaran pasien BPJS. Di sisi lain, RS dihadapkan dengan investasi modal yang cukup untuk menstandardisasi proses, menghilangkan pemborosan, menghindari readmissions yang meningkatkan biaya, dll.
Investasi RS terkait dengan BPJS adalah untuk mencapai tingkat akreditasi tertentu yang memungkinkan perubahan tarif pasien BPJS yang lebih menguntungkan.
Manajemen Keuangan RS di era JKN
Pada era JKN, efesiensi & efektivitas menjadi perhatian yang serius bagi RS dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini sama seperti yang terjadi di AS saat reformasi bidang kesehatan dimulai. Karena itu, Sebagai pembelajaran berikut ini akan disajikan beberapa hal terkait dengan reformasi kesehatan tersebut. Dalam tulisannya, Kirkland (2015)[1], menjelaskan tentang empat aktivitas padat modal yang mendorong perubahan dalam industry pelayanan kesehatan, yaitu; technology, physician integration & alignment, hospital mergers/acquisitions & affiliations, & narrow network development.
Technology.
Pengunaan tekhnologi informasi di RS bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan. Namun, RS membutuhkan investasi yang cukup besar terkait dengan biaya awal perangkat lunak, pengembangan, biaya pemeliharaan, dll. Melalui pemanfaatan tekhnologi informasi, RS dapat meningkatkan efesiensi & efektivitas dalam melayani pasien BPJS.
Physician Integration & Alignment.
Pelayanan RS untuk pasien BPJS merupakan rangkaian proses yang dimulai dari kedatangan pasien, pelayanan, hingga penagihan. Karena itu sangat dibutuhkan integrasi yang signifikan antar staf administrasi, perawat & dokter dalam memahami model BPJS. Kemampuan mamahami system INA CBGes, sangat diperlukan bagi dokter terkait dengan spesialisasi layanannya, agar RS tidak mengalami kerugian.
Hospital Mergers/Acquisitions & Affiliations.
Mengacu pada tulisan Kirkland, di AS, volume merger dan akuisisi di sektor kesehatan terus meningkat. Namun, afiliasi ini tidak selalu melibatkan perubahan dalam tata kelola atau kepemilikan, tetapi merupakan upaya dari RS/sistem kesehatan untuk mencapai skala yang lebih besar, artinya ada negosiasi pengaruh dengan pembayar yang sedang mengembangkan jaringan yang sempit dan mereka menghabiskan biaya jutaan dolar setiap tahun. Namun, hal seperti ini nampaknya belum terjadi di Indonesia.
Narrow Network Development.
Model ini tidak terjadi di Indonesia.
[1] Austin Kirkland, 2015, Health reform implementation transforms hospital financial management