Browse By

TREN YANG AKAN MEMBENTUK STRATEGI SDM DI TAHUN 2024

Pendahuluan

Pandemi menyebabkan terjadinya penyesuaian atau perubahan terhadap strategi SDM. Perubahan tersebut tercermin dengan dilakukannya model kerja jarak jauh atau hybrid, rekrutmen global, orientasi jarak jauh, dan meningkatnya ketergantungan pada teknologi. Selain menyesuaikan dengan Perubahan, strategi SDM secara global menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti pengunduran diri besar-besaran, meningkatnya kasus kelelahan karyawan dan masalah kesehatan mental, serta masalah yang berkaitan dengan keterlibatan dan retensi karyawan. Menurut Chellappa (2022)[1], terdapat daftar strategi atau tren SDM yang bisa dilihat atau terus kita lihat di tahun 2024, yaitu; Employee well-being and mental health, Work-life balance, Hybrid work will continue to grow and the rise of metaverse, Upskilling and reskilling for competitive edge and internal mobility, Creating a diverse and inclusive workforce, & HR tech software and tools. Masih mengacu pada tulisan Chellappa (2022), tulisan ini akan mengangkat 2 (dari 6) daftar strategi atau tren SDM yang bisa terus terlihat di tahun 2024, yaitu: Employee well-being and mental health & Work-life balance.

Employee Well-Being and Mental Health

Pada tahun 2023, inti strategi SDM akan berkisar pada kesejahteraan karyawan dan kesehatan mental. Pandemi yang telah terjadi, menyadarkan kepada manajemen bahwa kesejahteraan karyawan dan kesehatan mental bukan lagi hal yang ‘baik untuk dimiliki’. Sebaliknya, hal tersebut telah menjadi manfaat yang ‘harus dimiliki’ dan menjadi bagian inti dari strategi sumber daya manusia. Stres yang berhubungan dengan pekerjaan atau pribadi adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap orang. Dengan pekerjaan dan kehidupan pribadi yang saling berbelit-belit dalam dua tahun terakhir, hal ini semakin meningkat. Selain stres, semua orang di seluruh dunia juga menderita ketakutan, kecemasan, sulit tidur, paranoia, isolasi, dan lain-lain, karena kekhawatiran mereka terhadap pandemi. Akibatnya, hal itu mempengaruhi keterlibatan dan produktivitas karyawan. Namun, selama pandemi, banyak organisasi berinvestasi dalam inisiatif kesejahteraan dan kesehatan mental. Dalam survei terhadap 52 HR yang dilakukan Gartner pada tahun 2020, mereka menemukan bahwa:
  • 94% organisasi melakukan investasi signifikan dalam program kesejahteraan mereka,
  • 85% peningkatan dukungan untuk manfaat terkait kesehatan mental,
  • 50% organisasi memberikan dukungan tambahan untuk kesejahteraan fisik,
  • 38% meningkatkan dukungan mereka terhadap manfaat finansial.
Baca Juga:  ANDA BERTANYA, KAMI MENJAWAB
Survei tersebut lebih lanjut menyoroti bahwa mereka yang memanfaatkan manfaat tersebut menunjukkan 23% peningkatan kesehatan mental dan 17% kesehatan fisik yang lebih baik. Namun, hanya 40% karyawan yang dilaporkan memanfaatkan manfaat ini. Pada tahun 2023, organisasi tidak hanya perlu berinvestasi dalam inisiatif kesejahteraan atau kesehatan mental karyawannya, tetapi juga memastikan bahwa mereka memanfaatkannya. Hal ini hanya mungkin terjadi ketika inisiatif atau program ini merupakan bagian inti dari strategi SDM dan tujuan bisnis.Inisiatif atau program tersebut tidak hanya akan membantu meningkatkan retensi dan keterlibatan karyawan, namun juga akan menghasilkan peningkatan produktivitas, fokus, dan semangat kerja.

Work-Life Balance

Keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan sangat penting bagi semua orang, dan dengan adanya pandemi, hal ini menjadi semakin penting. Mereka yang bisa mematikan layarnya setelah bekerja dari jam 9 sampai jam 5 adalah orang yang hebat! Namun bagi sebagian lainnya, seperti disebutkan sebelumnya, jam kerja di kantor dan di luar kantor menjadi berbelit-belit. Meskipun demikian, beberapa orang mengakui bahwa mereka bekerja paling baik secara sporadis pada jam-jam produktifnya. Namun demikian, dalam skala yang lebih besar, perjuangan untuk menjaga keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan saat bekerja dari rumah adalah hal yang nyata. Ini adalah sesuatu yang perlu diingat oleh para HR saat mengembangkan strategi HR yang efektif di tahun 2023. Bagi sebagian orang, keseimbangan kehidupan kerja berarti menghabiskan waktu bersama keluarga. Bagi orang lain, itu berarti terlibat dalam pengembangan pribadi atau perawatan diri. Memiliki keseimbangan kehidupan kerja memberi karyawan rasa satisfaction and fulfillment. Hal ini membantu mengurangi stres dan kelelahan. Pada akhirnya, karyawan yang mampu menjaga hubungan sinergis antara pekerjaan dan kehidupan, akan lebih produktif, terlibat, dan bersemangat bekerja setiap hari. [1] Srikant Chellappa, 2022, Six trends that will shape HR strategies in 2024