Browse By

PEDEKATAN “STRATEGIC COST REPOSITIONING” DI INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN

Pendahuluan

Perubahan sistem pembayaran yang terjadi di semua negara membawa perubahan besar di sektor pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan pada pendapatan organisasi pelayanan kesehatan (termasuk RS) yang secara otomatis akan mengurangi margin keuantungan. Hanya sedikit RS yang mampu mempertahankan marjin keuntungannya. Mengantisipasi hal tersebut, banyak RS mulai beralih ke pengurangan biaya sebagai prioritas strategi utamanya.

Menurut Anderson & Morris[1], salah satu masalah utama yang dihadapi sistem pelayanan kesehatan adalah beban atas aset klinis dan model operasional yang dirancang dan dibangun berdasarkan fee-for services obat (yang dibiayai oleh swasta), tidak selaras dengan pendapatan masa depan dan aliran pendapatan. Sebagian besar sistem pelayanan kesehatan masih memiliki terlalu banyak tempat tidur. Masih menurut pendapat Anderson & Morris, selain aset klinis yang tidak selaras, model operasional yang digunakan oleh sebagian besar sistem pelayanan kesehatan masih berpusat pada RS. Pendapatan fee-for-services (“FFS”) yang cepat tumbuh menyebabkan investasi berlebihan dalam hal yang menghasilkan pendapatan (transplant services, high-end surgical procedures, advanced imaging, dll.). Namun kurang berinvestasi dalam kegiatan dan proses yang berdampak lebih besar pada kesehatan pasien (homecare, , kesehatan mental, dll.).

Current Cost Reduction Methodologies: Limited Options

Gambar 1: Metodologi Pengurangan Biaya (menurut Anderson & Morris)

Gambar 1 menujukkan berbagai jenis proses pengurangan biaya sistem pelayanan kesehatan yang telah digunakan selama 20-30 tahun terakhir dengan dua dimensi: (1) penurunan persentase dalam biaya operasional yang dicapai; dan (2) keberlanjutan dari pengurangan biaya ini.

A Comprehensive Approach: Strategic Cost Repositioning

Masih menurut pendapat Anderson & Morris, bahwa telah dikembangkan metodologi top-down, bottom-up yang terintegrasi untuk Strategic Cost Repositioning. Hal ini mulai mengatasi masalah biaya yang dihadapi sebagian besar sistem pelayanan kesehatan. Pendekatan ini telah membantu organisasi pelayanan kesehatan dalam mencapai dan mempertahankan pengurangan biaya operasional hingga 8-10%, dengan jaminan penghematan yang lebih besar dari waktu ke waktu. Penghematan tersebut tetap mempertahankan kualitas dan meminimalkan hilangnya pendapatan. Hal ini juga membantu menggeser model operasional dan aset klinis sistem pelayanan kesehatan dari ketergantungan pada FFS dan memposisikannya lebih baik untuk pelayanan kesehatan berbasis nilai.

Baca Juga:  TIPS AGAR ANALSIS SWOT MENDAPATKAN HASIL MAKSIMAL

Menurut Anderson & Morris, metodologi Strategic Cost Repositioning ini berbeda dalam beberapa hal :

- Menerapkan analisis strategis top-down untuk mengukur sistem pengiriman kebutuhan dan sumber daya masa mendatang, yang melibatkan:

  • Identifikasi kebutuhan dan sumber daya yang kemungkinan akan berubah di bawah reformasi kesehatan
  • Menilai kebutuhan dan peluang keseluruhan sistem untuk meningkatkan posisi biayanya
  • Memproyeksikan bagaimana sistem harus berubah untuk mengakomodasi kebutuhan dan mempertahankan kinerja keuangan

- Menggunakan peningkatan proses bottom-up untuk:

  • Identifikasi dan evaluasi inisiatif potensial restrukturisasi
  • Memprioritaskan inisiatif dan memutuskan mana yang menjadi prioritas,
  • Mengembangkan rencana implementasi & mendorong pelaksanaannya.

- Tidak menghindar dari isu-isu strategis, namun mencari peluang untuk merestrukturisasi aset klinis untuk mengurangi biaya,

- Didorong oleh staf administrasi dan medis sistem kesehatan, bukan konsultan

[1] David G Anderson & Dudley E Morris, Strategic Cost Repositioning