Browse By

PRIORITAS PASCA COVID-19; ”MAKING EQUITY”

Pendahuluan

Salahsatu masalah yang muncul saat pandemi COVID-19 di AS adalah ketidaksetaraan dalam mendapatkan akses layanan, antara masyarakat lokal dengan komunitas imigran. Hal ini sangat krusial dan harus mendapatkan perhatian serius. Pemerintah dan organisasi pelayanan kesehatan AS harus meyakinkan bahwa hal tersebut tidak terjadi lagi, dengan mempriotaskan terciptanya kesetaraan bagi semua komunitas dalam mendapatkan akses layanan pasca pandemi.

Making equity a post-Covid priority[1]

Menanggapi jumlah korban pandemi yang tidak sama di New York, ”NYC Health + Hospitals” meluncurkan jenis pusat kesehatan lingkungan baru, yang disebut dengan COVID Centres of Excellence. Pusat kesehatan lingkungan ini terdiri dari tiga klinik yang bertujuan untuk menghadirkan perawatan primer yang canggih ke fasilitas yang lebih kecil di dekat tempat tinggal pasien, untuk mengatasi perbedaan besar dalam infeksi Covid-19 dan kematian yang telah menghancurkan komunitas Afrika-Amerika, Latin, dan imigran lainnya dengan lebih baik. Meskipun banyak diantara komunitas tersebut merupakan pekerja pelayanan kesehatan penting, namun mereka seringkali kekurangan akses ke dokter perawatan primer, sehingga hanya bergantung pada ER untuk perawatan yang mahal.

Di Jackson Heights, Queens, rumah bagi komunitas imigran multietnis yang merupakan salah satu hotspot AS paling awal, kontraktor telah menyelesaikan renovasi terhadap sejumlah bangunan. Dibangun hanya dalam beberapa bulan, fasilitas dengan ubin marmer dan drywall yang rapi ini dilengkapi dengan suite pencitraan lengkap, dan menawarkan perawatan untuk kondisi kronis yang sering tidak terselesaikan, termasuk penyakit paru-paru (terutama berisiko jika dikombinasikan dengan Covid), penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Fasilitas tersebut juga menawarkan perawatan berkelanjutan bagi mereka yang tidak memiliki akses ke dokter gigi, perawatan anak, dan kesehatan ibu. Centers of Excellence juga merupakan salah satu fasilitas pertama yang menangani “penular jarak jauh” Covid, & mereka yang melawan gejala yang bertahan lama setelah infeksi awal. Pusat-pusat tersebut tidak hanya bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian akibat Covid, tetapi juga untuk menciptakan jalan menuju kesejahteraan yang lebih luas. Eric Wei (the system’s chief quality officer), mengatakan bahwa bagi komunitas yang paling terpukul, pandemi telah memusatkan perhatian baru pada perlunya perawatan kesehatan perilaku serta murni perawatan medis. “Seluruh hidup mereka menjadi traumatis selama Covid, karena mereka kehilangan pendidikan, anggota keluarga dan berurusan dengan kerawanan pangan".

Baca Juga:  MENGELOLA AKTIVA TETAP DI INSTALASI BEDAH RS (PART 2)

Pendirian pusat-pusat kesehatan lingkungan tersebut, secara tidak langsung mengancam atau menggerus keuntungan RS. Pada kondisi normal (tanpa adanya pusat-pusat kesehatan lingkungan), orang-orang akan mengandalkan UGD RS untuk mendapatkan perawatan hanya ketika mereka menjadi putus asa. Padahal, masyarakat dengan populasi kemiskinan ang tinggi menunjukkan prosentase tinggi dalam menggunakan gawat darurat RS. Jonathan Bykowski (Array’s president), mengatakan bahwa "Kami tidak bisa membicarakan hal ini dengan baik, karena sebagian besar RS mendapatkan 80% pasien rawat inap mereka dari unit gawat darurat". Bykowski menambhkan bahwa ketika orang tidak datang, maka RS tidak menerima penerimaan, sehingga mereka tidak dibayar, & itu menunjukkan kepada kita betapa rapuhnya sistem ini.

[1] James S. Russell, 2021, What the Post-Pandemic Hospital Might Look Like