PENTINGNYA MEMIKIRKAN KETERLIBATAN STAF & BIAYA AWAL PENGEMBANGAN DALAM UPAYA DIGITALISASI ”SMART HOSPITAL”
Pendahuluan
Digitalisasi telah merambah berbagai industri (termasuk industri pelayanan kesehatan) dan sektor layanan publik. Bagi organisasi pelayanan kesehatan, digitalisasi akan meningkatkan efesiensi layanan. Terjadinya peningkatan dalam efisiensi, sangat penting bagi para profesional medis. Namun, pada taap awal penerapan hal baru (termasuk penerapan teknologi IoT) di RS, selalu saja mendapatkan tantangan besar yang harus diatasi. Tantangan tersebut bisa datang dari SDM (penolakan) maupun dari aspek aturan. Hal ini harus dapat diatasi manajemen dan tim pengembang, sehingg akan tercipta Smart hospital (RS cerdas), yang mampu memotong biaya operasional dan waktu tunggu sambil meningkatkan tingkat perawatan yang diberikan.
Menurut sebuah artikel dalam situs https://community.exchange.se.com[1], terdapat sejumlah tantangan utama yang harus dipertimbangkan oleh para pengembang software dan manajemen ketika melakukan implementasi IoT untuk Smart hospital, yaitu: Involving Hospital Staff in the IoT Development Process, The Upfront Costs of IoT Development, Cybersecurity Concerns & Protecting Patient Health Data, Maintaining a Strong IoT Network and Dealing with Aging Digital Infrastructures, Remaining Proactive and Tackling IoT Integration Issues Head-On. Tulisan ini akan mengangkat 2 hal yang disebutkan artikel tersebut yaitu: keterlibatan staf & biaya awal pengembangan sistem.
Involving Hospital Staff in the IoT Development Process
Saat menerapkan dan menciptakan teknologi IoT baru dalam fasilitas medis, bagian terpenting dari teknologi dapat dengan mudah dilupakan pengguna. Di lingkungan RS, pengguna adalah dokter pekerja keras, perawat, dan staf medis lainnya yang fokus pada memberikan perawatan kepada pasien. Hal ini berarti bahwa upaya digitalisasi layanan kesehatan harus fokus untuk membuat hidup lebih mudah bagi pengguna. Karena itu, penting untuk menjelaskan manfaat teknologi IoT baru kepada staf RS sejak awal. Seorang perawat misalnya, akan lebih cenderung memasukkan nomor pasien ke monitor tanda vital ketika mereka memahami bagaimana nomor itu dapat dilacak selama pasien dirawat di RS. Mereka juga akan lebih cenderung untuk mengintegrasikan proses baru ini ke dalam rutinitas mereka dengan memahami bagaimana hal itu membuat pekerjaan setiap departemen lebih mudah.
Pengembang software juga harus mengingat bahwa implementasi IoT ini harus mengurangi jumlah tugas yang harus dilakukan oleh para profesional medis. Karena itu, integrasi sensor IoT baru dan teknologi digital harus beralan mulus. Sebagai pengingat, sebuah laporan serius menjelaskan bahwa 60% dari semua proyek digitalisasi layanan kesehatan menghadapi masalah sejak fase pembuktian konsep.
The Upfront Costs of IoT Development
Dalam hal pengembangan IoT perawatan kesehatan, biaya di muka untuk membuat, menguji, dan mengimplementasikan aplikasi, sangatlah mahal. Namun, setelah di operasionalkan, sistem tersebut dapat membuat smart hospital menjadi efisiensi. Bahkan, saat sistem dengan IoT dijalankan di smart hospital, biaya yang dihemat menjadi sangat cepat. Satu laporan menyatakan bahwa lebih dari 70% profesional kesehatan melihat pengurangan biaya.
Meskipun demikian, investasi awal dapat membuat manajemen organisasi pelayanan kesehatan untuk berpikir dua kali. Karena itu, penting bagi pengembang sistem untuk meyakinkan manajemen RS, yang disertai dengan berbagai bukti. Dengan mendukung klaim efisiensi dengan statistik, studi kasus, dan proyeksi tentang seberapa banyak fasilitas medis dapat menghemat setelah program diimplementasikan, pengembang software dapat mengatasi kekhawatiran dari manajemen.
[1] Originally published on Solutions for Healthcare Blog by Omaelk, 2020