PENTINGNYA COST CONTAINMENT BAGI EKSEKUTIF PELAYANAN KESEHATAN
Pendahuluan
Pendapatan sangat penting bagi organisasi manapun. Namun, akan menjadi sia-sia apabila diiringi dengan biaya yang jauh melebihi pendapatan. Karena itu, disamping peningkatan pendapatan, organisasi bisnis juga harus melakukan kontrol terhadap biaya. Melalui kontrol biaya, maka diharapkan terjadinya efesiensi biaya dalam semua aktivitas menghasilkan barang dan jasa. Hal ini juga berlaku di industri pelayanan kesehatan.
Upaya melakukan pengendalian biaya di RS dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya adalah dilakukan melalui konsep cost containment. Begitu pentingnya cost containment bagi organisasi pelayanan kesehatan, sehingga banyak eksekutifnya yang menjadikan cost containment sebagai prioritas. Namun, upaya yang dilakukan manajemen melalui pengendalian biaya harus juga dibarengi dengan pertumbuhan pendapatan yang konstan.
Hasil survei Advisory Board Co
Hasil temuan survei tahunan yang dilakukan oleh Advisory Board Co terhadap para CEO kesehatan tahun 2018, menemukan bahwa cost containment telah menjadi prioritas utama bagi 146 eksekutif yang disurvei antara Desember 2017 dan Maret 2018 (Kacik, 2018)[1]. Masih menurut survei tersebut, minat dalam pertumbuhan pendapatan tetap tinggi, namun struktur biaya dan aspek manajemen menjadi perhatian utama di kalangan eksekutif sistem kesehatan. Bahkan, hampir dua pertiga dari survei melaporkan bahwa persiapan dalam implementasi cost containment adalah tujuan utama mereka, diikuti dengan mengadopsi pendekatan inovatif untuk pengurangan biaya dan diversifikasi aliran pendapatan.
Beikut ini adalah prioritas eksekutif pelayanan kesehatan, menurut hasil survei Advisory Board Co (Kacik, 2018);
- Cost containment,
Hasil survey menunjukkan bahwa hampir seperempat dari eksekutif menganggap bahwa cost containment adalah prioritas utama,
- Pertumbuhan pendapatan,
Pertumbuhan pendapatan menjadi prioritas kedua eksekutif pelayanan kesehatan dengan 23,8%. Hal ini dilakukan melalui peningkatan pangsa pasar rawat jalan dan memenuhi permintaan konsumen baru.
- Kesehatan populasi & strategi organisasi perawatan bertanggung jawab,
Prioritas ketiga yang paling penting bagi para eksekutif adalah kesehatan populasi dan strategi organisasi perawatan yang bertanggung jawab.
- Systemness,
Systemness atau upaya untuk membakukan operasi dan mengoordinasikan perawatan untuk menghemat uang dan meningkatkan kualitas. Strategi penyelarasan dokter juga melengkapi prioritas.
Margin RS
Rob Lazerow (direktur pelaksana di Advisory Board Co) mengatakan bahwa hasil survei menunjukkan kondisi pemisitis pemimpin RS untuk dapat keluar dari tantangan margin (Kacik, 2018). Beberapa hal terkait margin RS dan tantangannya (Kacik, 2018), dirangkum sbb;
- Adanya urgensi untuk mengendalikan biaya saat tekanan margin meningkat,
Ada lebih banyak urgensi untuk mengendalikan biaya, terutama saat adanya peningkatan tekanan terhadap margin. Karena itu, manajemen RS harus menggabungkan pengendalian biaya yang berkelanjutan dengan pertumbuhan pendapatan yang stabil. Sebelumnya, pemimpin RS berpikir bahwa fokus pada pertumbuhan dapat menutupi tantangan biaya. Namun, margin tidak dapat dipertahankan tanpa pengendalian biaya.
- Kekuatan yang mempengaruhi margin tetap sama selama beberapa tahun,
Selama beberapa tahun terakhir, kekuatan yang mempengaruhi margin penyedia di AS masih sama. Menangani populasi yang lebih tua dan sakit misalnya, akan membuat penyedia layanan harus bertahan dengan berkurangnya tingkat penggantian biaya Medicare dan Medicaid (berkurangnya pendapatan). Hal ini membutuhkan perubahan struktural. Menurut laporan Moody's Investors Service 2017, penyedia nirlaba melihat pengeluaran tahunan mereka melampaui pertumbuhan pendapatan tahunan pada tahun 2016, yang akan mempersempit margin dan dapat memacu aktivitas merger dan akuisisi. Menurut analisis Moody dari 323 RS dan organisasi pelayanan kesehatan, pertumbuhan biaya tahunan sebesar 7,2% melampaui keuntungan pendapatan tahunan sebesar 6%. Pertumbuhan biaya yang lebih besar didorong oleh meningkatnya kontribusi populasi tua dan harga farmasi, meningkatnya biaya tenaga kerja di tengah kekurangan perawatan dan investasi dalam teknologi.
- Respons organisasi pelayanan kesehatan teradap tekanan margin,
Adanya tekanan margin terhadap organisasi pelayanan kesehatan, membuat industri ini mulai melakukan perubahan. Organisasi pelayanan kesehatan merespons dengan standarisasi pembelian dan operasi klinis, jasa outsourcing seperti laboratorium, kebidanan atau manajemen real estat, memperlambat tingkat perekrutan, dan merestrukturisasi overhead organisasi. Lazerow mengatakan bahwa ada keterkaitan antara layanan yang dibeli dan biaya tenaga kerja untuk melakukan outsourcing atau penanganan sendiri. Outsourcing dapat dilakuka apabila organisasi memiliki banyak variasi dalam pengeluaran di seluruh fasilitas. Eksekutif sangat protektif dalam mempertahankan budaya dan keterlibatan karyawan, dan hal ini akan mengurangi kemungkinan untuk menerapkan pemangkasan jumlah staf yang signifikan atau layanan outsourcing.
[1] Alex Kacik, 2018, Cost containment is a top priority among health system executives