MENGENDALIKAN BIAYA OPERASIONAL DI RS

Pendahuluan
Sudah sangat lama, manajemen RS terfokus pada peningkatan pendapatan, volume, dan pertumbuhan. Padahal, di era saat ini, meskipun RS dapat menerapkan berbagai strategi untuk mempengaruhi pendapatan dan volume, namun dengan bermitra dengan BPJS Kesehatan, secara otomatis akan mengacu pada tarif yang telah ditetapkan stabil sesuai INA CBGes. Sisi pendapatan telah berubah, jadi RS perlu mengubah sisi biaya juga. Karena itu, manajemen RS harus mulai berpikit tentang efesiensi dan pengendalian biaya.
Tulisan ini akan memaparkan terkait usaha efesiensi manajemen RS melalui upaya pengendalian biaya operasional.
Five Ways to Control Operating Expenses
RS dapat meminimalkan biaya melalui pendekatan baru yang kreatif dalam melakukan aktivitas operasional, klinis, dan keuangan. Menurut Brown & Hansmann (2018)[1], ada 5 cari RS di AS dalam menlakukanpengendalian biaya operasional, yaitu;
- Refocus on Labor Management
RS dapat menjadi lebih produktif dengan memfokuskan kembali ke aspek tenaga kerja. Manajemen RS perlu menyesuaikan permintaan sumber daya dengan lebih baik, memastikan mereka memiliki staf yang tepat dengan keterampilan yang tepat dan keterhubungannya dengan beban kerja.
- Manage Employed Physicians
Mengelola dokter perlu tingkat disiplin baru yang belum diterapkan sebelumnya. Karena itu, penting untuk menyelaraskan insentif dokter dengan seluruh sistem di RS.
- Change the Patient Encounter Environment
Telemedicine adalah salah satu cara teknologi untuk memodifikasi sumber daya, memungkinkan sentralisasi, dan menerapkan keterampilan khusus. Hal ini penting untuk beradaptasi dengan perubahan system. Hal ini juga telah dilakukan oleh Kaiser Permanente tahun 2015, yang memproses 59 juta pasien melalui portal online, kunjungan virtual, atau aplikasi sistem kesehatan.
- Augment Standard Approaches with Technology to Control Costs
Banyak RS yang tidak benar-benar memahami biaya perawatan yang terjadi saat pelayanan pasien diberikan. Meminimalkan variasi dan menstandarkan pemberian perawatan klinis berdampak positif pada biaya. Melalui penggunaan alat manajemen biaya terbaik, manajemen dapat memahami biaya sebenarnya, atas penyediaan perawatan di seluruh unit dan dapat menghubungkan biaya-biaya tersebut dengan hasil pasien output. Di Indonesia alat manajemen biaya yang dapat digunakan adalah HOSPIA merupakan perangkat software berbasis ABC, yang mampu memberikan informasi detail terkait biaya perlayanan di RS.
- Manage Patient Access and Flow Through the Healthcare System
Secara historis, di mana pun pasien telah mengakses layanan kesehatan, baik di UGD, ruang rawat jalan, atau ruang rawat inap, tempat mereka menerima perawatan. RS harus mengambil pendekatan bisnis untuk memeriksa kapasitas, mengendalikan di mana pasien seharusnya dan layanan apa yang harus mereka terima. Kontrol ini juga tergantung pada keadaan penyakit pasien. Apabila seseorang mengalami masalah jantung, alurnya harus dipahami dengan baik hampir setiap saat. Apabila pasien tidak berada di tempat yang seharusnya, maka manajer kasus dapat menempatkan mereka di lingkungan yang tepat (mis., ruang spesialis atau perawatan darurat).
Ada variasi dalam jalur yang diikuti pasien melalui RS, tetapi ada pendekatan yang diharapkan atau tipikal dan penggunaan layanan yang dibutuhkan setiap pasien. RS perlu menggunakan alat dan teknologi mereka untuk merawat pasien dari jenis penyakit tertentu dengan cara yang lebih standar, dan kebutuhan menyimpang lain yang pasien butuhkan. Kemudian RS juga dapat mengelola sumber daya lebih dari perspektif kapasitas daripada hanya mencoba mengisi tempat tidur, dan lebih baik memengaruhi sumber daya apa yang dikonsumsi dalam pemberian perawatan.
[1] Bobbi Brown, MBA & John Hansmann, MSIE, LFHIMSS, DSHS, 2018, Five Solutions to Controlling Healthcare’s Cost Problem