KEKHAWATIRAN TERBESAR CEO RS TAHUN 2021
Pendahuluan
Pandemi COVID-19 menyebabkan CEO RS harus melakukan penyesuaian terhadap berbagai aktivitas operasionalnya dalam merawat pasien, sambil memastikan layanan medis rutin tetap tersedia. Berbagai keputusan sulit selama pandemi, terus dihadapi banyak CEO RS. Keputusan cuti pekerja misalnya, harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan stabilitas keuangan organisasi. Berbagai usaha tersebut, dilakukan agar organisasinya dapat keluar dari masa sulit akibat pandemi.
Hingga saat ini, para CEO RS masih khawatir terhadap berbagai hal di tahun 2021. Karena itu, tulisan ini akan mengangkat kekhawatiran para CEO tersebut.
Lima kekhawatiran terbesar CEO RS tahun 2021
Gooch and Haefner (2020)[1], terdapat lima kekhawatiran terbesar CEO RS tahun 2021, berdasarkan pengamatan Becker's Hospital Review editorial team, yaitu;
- Distributing vaccines
Distribusi vaksin COVID-19 kepada petugas layanan kesehatan akan terus menjadi tantangan bagi para pemimpin RS dan sistem kesehatan, terutama karena beberapa karyawan menolaknya. Institusi seperti Palo Alto, California yang berbasis di Stanford Medicine dan Mount Sinai Health System di New York telah menghadapi kritik atas cara mereka meluncurkan vaksin kepada karyawannya. Beberapa sistem kesehatan juga telah mempertimbangkan potensi efek samping vaksin bagi staf. Untuk membantu mengurangi risiko kekurangan, sistem kesehatan melihat berbagai pendekatan, seperti menentukan tanggal pemberian vaksin kepada pekerja dan suntikan akhir shift untuk pekerja.
- Pandemic-fueled workforce shortages, mistrust
Lonjakan COVID-19 menguji staf RS dan sistem kesehatan. Hal ini mendorong tenaga perawatan kesehatan untuk bekerja secara profesional. Namun, selama pandemi terjadi protes petugas kesehatan, terutama dalam menuntut majikannya untuk meningkatkan jumlah staf dan akses ke alat pelindung diri. Petugas kesehatan termasuk kelompok pertama yang diinokulasi, dan ini kemungkinan akan terus berdampak positif pada tingkat kepegawaian hingga 2021. Namun kesulitan yang dirasakan oleh pekerja RS tidak akan hilang begitu saja begitu pandemi berakhir. Dalam banyak kasus, pemimpin RS dan sistem kesehatan perlu memperbaiki hubungan yang rusak atau lemah dengan tenaga kerja mereka.
- Trust in public health
Kepercayaan publik pada para ahli sedang terkikis, dan hal ini tidak hanya terjadi di bidang medis tetapi lintas sektor. Menurut laporan dari Chicago Booth Review (yang dipublikasi oleh University of Chicago Booth School of Business), polarisasi adalah salah satu alasan kesenjangan antara ahli dan non-ahli semakin lebar, dan rasa frustrasi dokter terhadap teori konspirasi semakin meningkat. Sebagai contoh, Anthony Slonim, MD (CEO Renown Health di Reno, Nev.,), secara terbuka membela unit COVID-19 alternatif Renown setelah tweet yang dibagikan oleh Presiden Donald Trump secara keliru mengklaim bahwa itu "palsu." Tweet tersebut tidak lagi tersedia, tetapi telah dibagikan lebih dari 28.000 kali. Karena semakin banyak informasi salah yang beredar, mengakibatkan CEO RS akan menghadapi ketidakpercayaan yang semakin besar pada kesehatan masyarakat maka saat pandemi mereda.
- Equity and inclusion
Setelah protes George Floyd pada musim panas 2020 di AS, beberapa eksekutif dari sistem kesehatan besar, termasuk Kaiser Permanente yang berbasis di Oakland, California dan CommonSpirit Health yang berbasis di Chicago, menggunakan platform mereka untuk menganggap rasisme sebagai krisis kesehatan masyarakat dan menyerukan inklusivitas. Banyak pemimpin sistem kesehatan berjanji untuk memprioritaskan upaya pemerataan dan inklusi di organisasi mereka. Pada tahun 2021, CEO RS dan sistem kesehatan akan menghadapi tekanan yang terus meningkat dari tenaga kerja, dewan direksi, dan publik untuk berpegang teguh pada komitmen mereka.
- Bringing remote workers back to the office
Penyebaran COVID-19 di seluruh AS sejak awal 2020, menyebabkan RS dan sistem kesehatan melakukan penyesuaikan terhadap tenaga kerja mereka. Banyak pegawai administrasi yang dapat bekerja dari rumah. Tetapi organisasi harus melihat bagaimana mereka dapat membawa pekerja kembali ke kantor, pasca pandemi. Providence (sistem kesehatan dengan 51 RS yang berbasis di Renton, Wash.,), misalnya, menyelesaikan strategi kerja virtual pasca-COVID untuk karyawan administrasi, & menetapkan 1 Juli sebagai waktu paling awal bagi karyawan administrasi jarak jauh untuk kembali ke fasilitas dan kantor. Beberapa karyawan akan bekerja di lokasi setiap hari, dan beberapa akan bekerja dari rumah. Tetapi, sebagian besar tenaga kerja administrasi Providence akan bekerja di mana saja dari 2-4 hari seminggu dari rumah.
[1] Kelly Gooch and Morgan Haefner, 2020, 5 big concerns for hospital CEOs in 2021