Browse By

PERAN TEKHNOLOGI (DIGITALISATION) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS & KINERJA PROFESIONAL MEDIS, SERTA ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN

Pendahuluan

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya tentang ”Hambatan dalam digitalisasi RS”. Pada tulisan ini akan dipaparkan tentang 4 hal terkait digitalisasi organisasi pelayanan kesehatan khususnya RS, yang merupakan pandangan PD Dr. Dominik Pförringer[1], yang diungkapkan saa interview dengan Sascha Keutel (https://healthcare-in-europe.com). Keempat hal tersebut adalah: 1) Dapatkah teknologi meningkatkan kualitas dan kinerja tenaga medis dan sistem perawatan kesehatan?, 2) Dapatkah tenaga medis mengimbangi gelombang inovasi teknologi?, 3) Pandangan PD Dr. Dominik Pförringer tentang pendapat profesor Harald Schmidt, & 4) Pandangan PD Dr. Dominik Pförringer tentang pengobatan di masa depan

Dapatkah teknologi meningkatkan kualitas dan kinerja tenaga medis, serta sistem perawatan kesehatan?

Tekhnologi pasti bisa meningkatkan kualitas & kinerja tega medis khususnya dalam dua cara: secara fisik dan kognitif. Ambil contoh kerangka luar yang membantu perawat mengangkat pasien. Atau intelligent nurse paging system (sistem paging perawat cerdas) seperti Cliniserve start-up, yang membantu menggabungkan aktivitas sehingga meningkatkan efisiensi perawatan. Penggunaan kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI) untuk memeriksa temuan, dapat meningkatkan presisi dan meningkatkan kualitas pengobatan. Caspar Health, sebuah perusahaan rintisan (start-up) yang menawarkan rehabilitasi berbasis digital, memfasilitasi latihan dan rehabilitasi berkelanjutan sebelum dan sesudah pasien dirawat di RS. Melalui program Better In – Better Out yang spesifik, prosedur perawatan dapat disederhanakan, dan hasil yang lebih baik diperoleh, untuk kepentingan pasien & terapis

Dapatkah tenaga medis mengimbangi gelombang inovasi teknologi?

Pola perilaku manusia seringkali menyerupai kurva lonceng. Rata-rata yang besar cukup baik; ekor panjang terdiri di satu sisi, penggemar online yang merupakan penggemar teknologi dan di sisi lain, & mereka yang bekerja tanpa digitalisasi sama sekali. Intinya adalah untuk mengintegrasikan semua orang dan menyederhanakan penggunaan teknologi modern mereka, harus secara sistematis menurunkan apa yang disebut barriers to entry (hambatan masuk).

Baca Juga:  TREN PENGGUNAAN ”TELEHEALTH & ARTIFICIAL INTELLIGENCE” DI INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2023

 Pandangan PD Dr. Dominik Pförringer tentang pendapat profesor Harald Schmidt

Terkait pendapat Profesor Harald Schmidt yang memprediksi akhir dari kedokteran, karena adanya kemajuan teknologi, Dominik Pförringer tidak setuju. Menurut beliau, interaksi antara dokter dan pasien selalu menjadi dasar kedokteran dan akan terus demikian. Manusia membutuhkan manusia untuk menjadi sehat. Teknologi membantu kedua belah pihak. Mereka bukan ancaman tapi jembatan & juga peluang. Digitalisasi akan mendukung dan melengkapi dokter, tetapi tidak akan pernah menjadi pengganti. Digitalisasi adalah alat bukan terapi itu sendiri.

Pandangan PD Dr. Dominik Pförringer tentang pengobatan di masa depan

Sebagai seorang yang optimis, saya berbagi dan menyebarkan pandangan yang benar-benar positif tentang pengobatan masa depan. Dokter dan perawat akan dibebaskan dari tugas-tugas yang berulang dan akan diganti dengan mesin dan teknologi. Waktu yang dihabiskan untuk tugas-tugas birokrasi akhirnya berkurang setelah bertahun-tahun terus berkembang. Hal ini akan menyebabkan proses pengobatan dapat dioptimalkan dan dipercepat. Mari kita ambil contoh resep dan bandingkan dengan perjalanan udara. Pangsa pasar penumpang yang bepergian dengan tiket kertas hampir tidak ada. Kita para dokter bisa belajar dari itu. Saya menantikan dunia di mana resep dikeluarkan secara digital dan dikirimkan ke pasien yang dapat memicu proses pemesanan di apotek setempat.

Pada akhirnya, kita para dokter harus menentukan arahnya, bahkan kita harus melakukannya. Apa artinya? Adalah tugas kita untuk menghadapi inovasi sejak dini, untuk menangkap peluang, memahami risiko dan meminimalkannya serta mengingat our Hippocratic oath (sumpah Hipokrates kita) yaitu:  do the best in the interest of the patient and the healing of the patient (melakukan yang terbaik demi kepentingan pasien dan kesembuhan pasien). Digitalisasi dapat dan akan membantu kita melakukan hal itu.

Baca Juga:  PRINSIP-PRINSIP SEBAGAI PANDUAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN PROSES DI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN
[1] PD Dr. Dominik Pförringer is co-chair of the working group Digitalisation of DGOU (Deutsche Gesellschaft für Orthopädie und Unfallchirurgie).