Browse By

CARA-CARA BARU DALAM MENGELOLA RANTAI PASOKAN INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN DI ERA PANDEMI

Pendahuluan

Peningkatan jumlah pasien di RS akibat pandemi COVID-19, menganggu sistem rantai pasokan (supply chain). Pada kondisi tersebut, fleksibilitas rantai pasokan tetap harus menjadi fokus dalam industri ini. Karena itu, manajemen RS harus  melakukan cara-cara baru dan kreatif untuk mendapatkan pasokan. Hal ini diperlukan agar pasokan persediaan RS tetap terjaga (baik persediaan terkait APD, mapun persediaan esensial lainnya).

Tulisan ini akan mengangkat hasil diskusi antara Pierre Mitchell (Spend Matters’ Chief Research Officer) & Karen Conway (Global Healthcare Exchange/GHX-Vice President of Healthcare Value), tentang masalah yang dihadapi RS dengan rantai pasokannya, dan bagaimana industri telah belajar dari kesalahan masa lalunya[1]. Sub-topik dalam sajian ini merupakan ringkasan atas pertanyaan yang diajukan Mitchell, & bagian penjelasannya merupakan jawaban dari Conway atas pertanyaan yang diajukan.

Kapan industri RS mulai melihat efek dari supply chain yang rapuh & masalah seputar visibilitas?

Kami mulai melihat laporan berita pada awal Februari (2020), tentang pemerintah China yang memperoleh semua alat pelindung diri (APD) yang keluar dari fasilitas manufaktur yang berbasis di China, termasuk persediaan yang biasanya ditujukan untuk ekspor ke AS dan di tempat lain. Situasi menjadi nyata bagi banyak RS dan sistem pelayanan kesehatan, terutama yang bergantung pada distribusi tepat waktu (just-in-time distribution), terutama ketika pesanan harus dialokasi/dibagi dengan RS lainnya. Misalnya, RS yang biasanya hanya membeli 100 produk tertentu dapat meningkatkan jumlah pesanan menjadi 1.000 dalam menghadapi pandemi. Tetapi ketika pesanan meningkat secara substansial di seluruh basis pelanggannya, distributor harus mengalokasikan persediaan, yang berarti pelanggan hanya mendapatkan sebagian dari apa yang mereka pesan.

Baca Juga:  MENGELOLA & MERANGKUL PERBEDAAN DALAM ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN

Tantangan lain adalah bahwa beberapa permintaan datang dari luar pengaturan perawatan akut, misalnya dari panti jompo. Sementara rantai pasokan RS menjadi jauh semakin rumit, banyak fasilitas perawatan non-akut masih menangani pesanan mereka secara manual dan di luar organisasi rantai pasokan formal, yang menutupi permintaan. Pandemi telah menerangi nilai rantai pasokan sistem pelayanan kesehatan yang memiliki tanggung jawab, atau setidaknya visibilitas, dalam pembelanjaan di fasilitas akut dan non-akut.

Dengan banyaknya merger dan akuisisi, terlihat bahwa lebih banyak skala ekonomi yang dapat diterjemahkan ke dalam pandangan yang lebih luas tentang permintaan dan pemanfaatan pasokan di berbagai RS dan fasilitas kesehatan. Hal ini akan semakin penting saat kita beralih ke sistem pelayanan kesehatan yang lebih terdistribusi di mana perawatan diberikan di tempat yang paling optimal. Atau dengan kata lain, di mana perawatan dengan kualitas yang sama dapat diberikan dengan biaya yang lebih rendah atau di tempat yang lebih nyaman bagi pasien, atau keduanya. Perubahan di mana dan bagaimana layanan kesehatan diberikan akan memerlukan perubahan dalam struktur rantai pasokan dan kemampuan untuk mengakomodasi pola permintaan yang lebih terdistribusi. Perluasan penggunaan telemedicine dan perawatan RS di rumah selama krisis COVID-19 menunjukkan bahwa kita kemungkinan akan melihat langkah yang dipercepat untuk memberikan lebih banyak perawatan di rangkaian non-akut.

[1] Pierre Mitchell, 2020, Modernizing the healthcare supply chain in the coronavirus era