AKUNTANSI DI INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN (Part 2)

Hasil penelitian Seetharaman dkk (2010)[1],
Health Care Information System (HCIS) dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi arus informasi dan pengambilan keputusan di seluruh web sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, HCIS dan khususnya produk informasi akan lebih sesuai untuk membantu organisasi pelayanan kesehatan dalam menghadapi lingkungan yang kompleks dan tantangan yang saat ini dihadapi. Layanan informasi kesehatan melalui e-mail dapat digunakan secara tepat untuk memberikan informasi kesehatan umum. Masalah utama komunikasi melalui E-mail terkait informasi kesehatan adalah bahwa media ini tidak cocok untuk saran medis pribadi tanpa pemeriksaan lengkap, dan konsumen sering mengabaikan atau tidak memahami batasan ini.
Meskipun, pengukuran kinerja kontemporer dan model peningkatan kualitas dalam pelayanan kesehatan mengidentifikasi masalah kualitas dan menyarankan perbaikan, namun itu tidak memiliki kerangka kerja yang seragam dan terintegrasi untuk peningkatan kualitas. Sebagai tanggapan terhadap permintaan pelanggan, banyak organisasi pelayanan kesehatan yang mencoba mengadopsi TQM dan strategi orientasi pelanggan. 80% RS Singapura telah mengadopsi beberapa aspek praktik kualitas manajemen sebagai tanggapan terhadap permintaan pelanggan. Namun, studi empiris yang dilakukan pada harapan dan persepsi pasien terhadap kualitas layanan RS Singapura mengungkapkan bahwa kualitas layanan umumnya di bawah harapan pasien. Lebih lanjut, 40% responden menilai kualitas layanan buruk atau sangat buruk. Implementasi yang berhasil dari TQM tidak mudah seperti yang telah ditunjukkan berbagai organisasi. Selain itu, manajemen harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dibutuhkan sebelum mereka dapat menyetujui dan memulai suatu program implementasi. Selain itu, manajemen perlu belajar, seperti apa pelayanan kesehatan yang berhasil dan yang tidak.
Kesimpulan penelitian A. Seetharaman dkk (2010)
Industri pelayanan kesehatan saat ini menghadapi tekanan konstan dalam memenuhi tujuan yang bertentangan, seperti penurunan biaya sambil mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan. Pada tahun 2003, biaya perawatan kesehatan tumbuh pada tingkat inflasi enam kali lipatnya. Ini mewakili tren multi-tahun dari harga pelayanan kesehatan yang meningkat pada kelipatan inflasi selama sebagian besar dekade terakhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan dalam mengelola biaya secara efektif dalam empat aspek yang berbeda, yang fokus pada manajemen supply chain, memanfaatkan sistem informasi untuk mengurangi pemborosan yang tidak perlu dan meningkatkan kualitas informasi dalam organisasi internal dan eksternal. Penggunaan e-health membantu untuk mengurangi proses penambahan nilai dan kesalahan transaksi, hal ini merupakan penerapan dari total quality management guna meningkatkan kualitas seluruh organisasi dan mengurangi biaya. Dengan melihat empat masalah utama yang membantu mengelola keefektifan biaya, artinya tidak sulit untuk memanfaatkan teknologi informasi sebagai fondasi dalam mencapai implementasi dan hasil yang baik. Namun, industri pelayanan kesehatan sangat lambat dalam mengadopsi teknologi yang berfokus pada manajemen praktik dan kebutuhan administrasi yang lebih baik. Dalam mendukung pengambilan keputusan yang terjadi pada pengiriman perawatan, manajemen dan pengembangan sistem informasi terkait, maka perlu mengakomodasi pendekatan atau metodologi.
Akuntansi dalam industri pelayanan kesehatan membutuhkan penelitian lebih lanjut dan pengembangan berkelanjutan untuk membahas praktik terbaik dalam efisiensi biaya dan peningkatan kualitas.
[1] A. Seetharaman, John Rudolph Raj and A.S. Saravanan, 2010, The Changing Role of Accounting in the Health Care Industry