Browse By

SISTEM INFORMASI RS DI ERA DIGITAL

Pendahuluan

Perubahan paradigma yang terjadi di industri pelayanan kesehatan, dipicu dan didorong oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain; munculnya berbagai model perawatan baru (fokus dan beralih dari illness ke wellness), serta terjadinya peningkatan biaya secara terus-menerus di tengah meningkatnya permintaan akan perawatan yang dipersonalisasi dan berjangka panjang serta kebutuhan pasien untuk berpartisipasi dalam manajemen perawatan. Meningkatnya pengeluaran tersebut membutuhkan inovasi dan transformasi yang keberlanjutan. Terkait hal tersebut, Arthur D. Little dalam artikel di situs https://www.adlittle.com, menganalisis bagaimana penyedia layanan kesehatan mulai melakukan reorientasi investasi mereka pada teknologi inti sistem informasi RS lainnya, dan bagaimana vendor teknologi mengadaptasi solusi dan layanan mereka untuk memenuhi kebutuhan ini. Masih terkait dengan SIM RS di era digital, tulisan ini akan mengangkat 5 hal mengacu pada artikel di situs https://www.adlittle.com, yaitu: A new paradigm in healthcare delivery, Factors driving the paradigm shift, The role of hospital information systems in the healthcare paradigm shift and challenges to driving digitization, Eight trends changing the his solution space, & Adl’s view on his modernization.  Tulisan ini akan mengangkat 2 dari 5 hal diatas, yaitu: A new paradigm in healthcare delivery & Factors driving the paradigm shift.

A new paradigm in healthcare delivery (1)

Saat ini, industri perawatan kesehatan sedang mengalami perubahan dan gangguan radikal secara global. Karena itu, berbagai teknologi baru yang ada diharapkan dapat mengubah semuanya, mulai dari cara, tempat, dan waktu pemberian layanan kesehatan. Penjelasan secara detail hal ini dapat dilihat pada tulisan sebelumnya dengan judul: ”Beberapa ciri utama yang menandai pergeseran dalam pemberian layanan kesehatan“.

Factors driving the paradigm shift (2)

Sejumlah faktor berkontribusi terhadap perubahan cepat dalam paradigma manajemen kesehatan dan pemberian layanana. Berbagai faktor tersebut diaharapkan akan menjadi solusi dalam mengantisipasi meningkatnya biaya pemberian layanan, kebutuhan untuk meningkatkan akses terhadap layanan, keterlibatan pasien yang lebih besar dalam manajemen kesehatan, dan kemajuan teknologi yang mendasari untuk meningkatkan hasil. Selain itu, penyedia layanan kesehatan menghadapi tantangan dalam pertukaran informasi kesehatan. Berbagi informasi kesehatan dapat membantu penyedia layanan kesehatan mengurangi penerimaan Kembali (re-admisson), menghindari kesalahan pengobatan, dan bahkan mengurangi duplikasi pengujian. Namun, masih terdapat kekhawatiran mengenai cara mengakses data/informasi secara efisien dan efektif bagi para profesional kesehatan untuk melakukan pekerjaan mereka secara efisien dan aman. Hal ini juga berlaku bagi pemangku kepentingan lainnya, seperti perusahaan farmasi dan lembaga penelitian. Selain itu, terdapat kekhawatiran yang semakin besar mengenai cara menjaga keamanan data, memastikan interoperabilitas berbagai sistem, tetap kompetitif (misalnya, berbagi data di antara penyedia layanan kesehatan pesaing), dan berhasil menerapkan program transformasi untuk perubahan paradigma menuju era digital. Faktor-faktor ini semakin menguat seiring dengan pergeseran demografi global dan meningkatnya permintaan akan layanan kesehatan. Perubahan dramatis dalam gaya hidup dan peningkatan rata-rata masa hidup yang secara eksponensial meningkatkan permintaan terhadap layanan Kesehatan, membuat ketidakseimbangan yang mendasarinya semakin meningkat. Saat ini misalnya, system Kesehatan di Timur Tengah sedang mengalami transformasi signifikan (GCC/the Gulf Countries Cooperation, comprising the United Arab Emirates, Saudi Arabia, Oman, Kuwait, Bahrain and Qatar). Transformasi tersebut dipicu oleh kenataan bahwa mereka telah mengalami pertumbuhan populasi, pergeseran menuju usia yang lebih tua. distribusi kelompok, dan tingginya kejadian penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup. Pertumbuhan populasi lokal yang didukung oleh masuknya ekspatriat dalam jumlah besar diperkirakan akan mendorong jumlah populasi GCC menjadi 59,2 juta pada tahun 2020 dengan CAGR sebesar 2,4%. Meningkatnya angka harapan hidup juga menyebabkan pergeseran distribusi kelompok umur dimana, pada tahun 2020, 15,3% penduduk akan berusia di atas 50 tahun. Terjadinya penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti diabetes, asma dan obesitas semakin memperburuk keadaan, & meningkatkan kebutuhan akan layanan dan fasilitas kesehatan. Selain itu, tingginya kepadatan tempat tidur RS di GCC memerlukan pemikiran ulang mengenai cara pemberian layanan kesehatan. Perubahan-perubahan (selain krisis ekonomi dan ketatnya anggaran pemerintah), telah memaksa banyak organisasi kesehatan (khususnya RS) untuk mengubah cara mereka memberikan layanan kesehatan, serta model operasi dan bisnisnya, dan mengharuskan peralihan ke sistem layanan kesehatan digital. Di tengah gelombang transformasi digital ini, RS telah mengubah model pemberian layanannya dalam satu dekade terakhir. Selain itu, dengan semakin matangnya adopsi teknologi, sebagian besar eksekutif yang terlibat di sektor layanan kesehatan semakin fokus pada pengembangan generasi baru RS yang lebih cerdas dan mendukung digital, memikirkan kembali kemampuan RS secara mendasar, dan mengadopsi pendekatan terpadu dalam desain, manajemen, dan operasional layanan mereka melalui infrastruktur pengiriman.
Baca Juga:  TANTANGAN MANAJEMEN SEKTOR RS