MEMBANGUN BUDAYA YANG KUAT DI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN

Pendahuluan
Budaya organisasi sangat penting. Budaya organisasi yang kuat akan tercermin dalam proses kerja karyawan yang kondusif (suasana positif, dukungan, dan inovasi), dan hal ini akan mengarah pada kepuasan kerja yang lebih baik. Di sektor pelayanan kesehatan, menciptakan budaya yang kuat bahkan menjadi hal yang krusial. Namun, pendekatan di organisasi pelayanan kesehatan dalam membentuk budaya yang kuat agar sedikit berbeda dengan industri lainnya.
Proses menciptakan empati & rasa hormat dalam organisasi pelayanan kesehatan membutuhkan kebersamaan visi, komunikasi yang kuat, & kepemimpinan yang berkomitmen. Terkait dengan membangun budaya yang kuat dalam organisasi pelayanan kesehatan, Pennic (2012)[1] menyoroti beberapa hal, yaitu; Corporate Culture Basics, Special Concerns for Healthcare Companies, Not All Strategies Are as Effective as They Seem, & Why Standard Culture-Building Techniques May Not Work in Healthcare Settings. Tulisan ini akan memaparkan keempat hal tersebut mengacu pada pendapat Pennic.

Corporate Culture Basics
Secara umum, budaya perusahaan adalah aktivitas atau situasi umum tempat kerja berdasarkan bagaimana karyawan berinteraksi satu sama lain dan dengan klien. Ada sejumlah hal yang dapat dilakukan manajer dan eksekutif untuk mendorong penegasan dan kepuasan pada pekerjaan, yaitu;
-
- Komunikasi merupakan bagian terpenting dari rencana budaya kerja. Karyawan perlu mengetahui apa tujuan budayanya & mengapa itu penting,
- Kerja tim penting untuk mendorong kebersamaan & lingkungan kepercayaan. Terkadang kerja tim dibangun melalui aktivitas yang ditargetkan, tetapi itu juga bisa menjadi masalah kolaborasi,
- Pengakuan atas karyawan berkinerja terbaik dapat dilakukan untuk menanamkan budaya rasa hormat, sementara pada saat yang sama memotivasi karyawan lain untuk berusaha mencapai yang terbaik,
- Layanan pelanggan harus selalu ditekankan sebagai bagian dari budaya organisa-si. Khususnya dalam pelayanan buat kerja tim, pengakuan, & pelatihan bersama dengan cara yang mendukung melakukan pekerjaan sebaik mungkin untuk pelanggan.
Special Concerns for Healthcare Companies
Lexington Medical Center menuliskan dalam blog resminya bahwa pelayanan kesehatan adalah industri di mana kepuasan karyawan terkait erat dengan kepuasan pasien. Pusat Medis yang merupakan RS dan gedung administrasi, mendukung budaya yang menekankan kerja tim untuk melayani pasien dengan sebaik-baiknya, sehingga akan meningkatkan keselamatan. Sebagian besar perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan memandang hubungan pasien sebagai salah satu alasan utama untuk membangun budaya internal yang kuat.
Seringkali, budaya perusahaan yang positif mengarah pada kepuasan kerja. Saat petugas kesehatan merasa puas, mereka cenderung melakukan pekerjaan yang lebih baik, & lebih banyak berinvestasi dalam pekerjaan mereka. Di banyak bidang perawatan kesehatan, seperti keperawatan, tingkat turnover sangat tinggi. Ini artinya perawat yang tidak puas cenderung pergi, mencari pekerjaan di tempat lain. Hal ini bisa sangat mengganggu kelangsungan perawatan pasien, serta berdampak negatif pada pekerja lain. Peneliti dari Universitas Medis Chung Shan Taiwan mengatakan bahwa kepuasan kerja telah dikaitkan dengan perawat yang menganggap manajer mereka suportif dan peduli. Manajer yang suportif berbagi nilai, penuh kepercayaan & memberikan kesempatan untuk dialog terbuka dengan perawat, pada gilirannya mengurangi kemungkinan konflik internal.
Not All Strategies Are as Effective as They Seem
James Heskett dan Earl Sasser, profesor di Harvard Business School, di blog Harvard Business Review mengatakan bahwa norma & nilai organisasi tidak dibentuk melalui pidato tetapi melalui tindakan & pembelajaran tim. Karena pengobatan sering dipandang sebagai pekerjaan seorang dokter tunggal (atau profesional lain) yang bekerja dengan pasien individu, maka saat ada sesuatu yang tidak berjalan baik, reaksi otomatisnya adalah mencoba untuk menentukan siapa yang bersalah & mendisiplinkan mereka. Menyalahkan penyedia layanan mungkin efektif mencegah kesalahan berulang, namun ini akan membuat kebohongan atau pengalihan kesala-han yang meluas. Upaya yang sebaiknya dilakukan adalah mendorong orang untuk melaporkan masalah daripada menyembunyikannya, sehingga masalah teratasi.
Salah satu cara untuk merangkul budaya positif sambil tetap menekankan keselama-tan adalah dengan berfokus pada kontribusi karyawan, bukan kesalahan. Baptist Health Care (BHC) yang berbasis di Florida merupakan contoh pembangunan budaya yang positif. BHC menghargai pencapaian individu melalui hal-hal seperti WOW (Workers becoming Owners and Winners) Super Service Certificates, kartu penghargaan untuk karyawan 90 hari yang mencantumkan kontribusi mereka kepada tim, penghargaan satu tahun, penghargaan layanan multi-tahun, penghargaan karyawan bulan ini, dan pengakuan pekerja sebagai 'Juara' atau 'Legenda' atas pencapaian atau layanan luar biasa.
Why Standard Culture-Building Techniques May Not Work in Healthcare Settings
Industri pelayanan kesehatan memiliki sejumlah keunikan yang dapat membuat perencanaan budaya menjadi suatu tantangan. Fokus pada pasien, jam kerja yang berbeda, & perubahan komposisi tim yang sering terjadi memerlukan fleksibilitas tertentu yang tidak selalu ditemukan dalam pengaturan kantor yang lebih tradisional. Eksekutif pelayanan kesehatan dapat mengambil pelajaran dari bisnis yang lebih umum, namun pada akhirnya malah membuat pembacaan yang subjektif tentang staf dan kebutuhan tempat kerja mereka.
Menciptakan budaya tempat kerja yang kuat merupakan upaya yang kompleks. Ini memang membutuhkan waktu dan kesabaran, para eksekutif harus menghabiskan banyak waktu untuk menguraikan tujuan mereka, kemudian menemukan cara untuk mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada karyawan. Investasi awal mungkin tampak sulit, tetapi manfaatnya baik terhadap keuntungan klien dan pasien dalam jangka pendek dan dalam kepuasan karyawan dalam jangka panjang.
[1] Fred Pennic, 2012, How Healthcare Leaders Can Build A Strong Corporate Culture