STRATEGIC COST MANAGEMENT DALAM SISTEM PEMBAYARAN GANDA DI RS

Pendahuluan
Sistem pembayaran ganda merupakan sistem pembayaran di RS untuk 2 model, yaitu pembayaran berbasis biaya (tarif RS yang berlaku) dan pembayaran berdasarkan tarif tetap (seperti tarif paket BPJS). Antisipasi terhadap hal tersebut, membuat manajemen RS harus menerapkan strategic cost managemen (SCM) secara tepat. Mengelola biaya overhead merupakan salahsatu langkah yang harus dilakukan.
SCM di bawah Sistem Pembayaran Ganda (Hsu & Qu, 2012)[1]
Perusahaan multi-produk di bawah skema pembayaran ganda memiliki kecendrungan untuk mereklasifikasi alokasi overhead untuk meningkatkan biaya operasional berbasis biaya yang dilaporkan (Cavalluzzo et al., 1998; Eldenburg dan Kallapur, 1997; Thomas dan Tung, 1992). Karena pendapatan operasional berbasis biaya akan sensitif terhadap biaya, maka reassigning biaya overhead menghasilkan peningkatan pendapatan dari aktivitas operasional ini tanpa meningkatkan biaya aktual. Perusahaan biasanya menggunakan biaya langsung untuk mengalokasikan biaya overhead.
Bukti empiris menunjukkan bahwa realokasi biaya lintas produk pada beberapa perusahaan tidak mengadopsi strategi peningkatan biaya-pendapatan (tariff yang berlaku). Meskipun Eldenburg dan Kallapur (2000) tidak menemukan penekanan biaya di RS akibat pengenalan sistem pembayaran ganda yang menunjukkan profitabilitas, tetapi bukti empiris lain menunjukkan bahwa perusahaan memilih untuk menekankan biaya (Cavalluzzo et al., 1998). Ketika perusahaan memilih strategi peningkatan biaya-pendapatan, total biaya produk berbasis biaya akan meningkat secara radikal. Aakibatnya, harga produk berbasis biaya meningkat pesat. Keuntungan dalam hal ini adalah perusahaan dapat membebankan harga tinggi untuk produk berbasis biaya. Ketika perusahaan tidak memiliki kekuatan negosiasi untuk membebankan harga yang lebih tinggi, perusahaan tidak dapat meningkatkan laba dengan mengadopsi strategi peningkatan biaya-pendapatan.
Posisi pasar yang dominan dan strategi peningkatan biaya-pendapatan
Ketergantungan dan kekuatan antara RS dan pembayar mempengaruhi strategi yang mungkin diterapkan RS dalam sistem pembayaran ganda. Kemampuan membebankan harga tinggi menjamin profitabilitas strategi cost-revenue-enhancing. Dranove (1988, hal. 56) menemukan bahwa apabila sebuah RS memiliki kekuatan pasar, ia dapat membebankan harga yang lebih tinggi kepada pembayar swasta sebagai tanggapan terhadap pemotongan harga dari pembayar publik. Meskipun selective contracting legislation memungkinkan pembayar untuk menegosiasikan harga, tetapi RS yang dominan kemungkinan masih dapat mempertahankan posisi tawar mereka atas pembayar, serta membebankan harga tinggi untuk layanan berbasis biaya. Menanggapi kendala keuangan pembayaran tetap, RS cenderung menggunakan strategi peningkatan pendapatan dengan meningkatkan biaya tambahan, karena strategi ini mudah diterapkan. Kekuatan negosiasi yang kuat memastikan harga tinggi untuk memulihkan biaya tambahan yang dikeluarkan dan membuat strategi ini menguntungkan.
Posisi pasar yang tidak dominan dan strategi cost reduction
Selective contracting legislation meningkatkan kekuatan negosiasi pembayar dan memimpin pertumbuhan organisasi pelayanan terkelola serta persaingan harga di antara RS. Strategi peningkatan biaya-pendapatan mungkin tidak sesuai untuk RS yang berada di pasar dengan posisi lemah, karena mereka tidak dapat membebankan harga tinggi. Menggunakan perspektif institusional, Covaleski et al. (1993) menemukan bahwa dengan mengadopsi sistem akuntansi case-mix untuk mengukur efisiensi produksi dari layanan DRG, RS dapat mencerminkan kebutuhan mereka untuk menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat akan praktik yang dapat diterima. RS dengan kekuatan lemah dapat melakukan pengurangan biaya kesehatan.
Posisi pasar & realokasi biaya overhead antara layanan berdasarkan tarif tetap & basis biaya
Selain adaptasi dari strategi operasional, perubahan dalam praktik akuntansi dapat bermanfaat dalam realokasi biaya overhead secara internal (Covaleski dan Dirsmith, 1991). Di bawah tekanan institusional yang meningkat dari Medicare (seperti BPJS di Indonesia) untuk lebih efisien dalam memberikan layanan, RS yang tidak dominan dapat merealokasi biaya overhead dari layanan dengan tarif tetap untuk menunjukkan kepatuhan dengan ekspektasi eksternal dari aktivitas operasional yang efisien dan pengurangan biaya dalam layanan ini. Dalam analisis pergeseran biaya ini, Krishnan dan Yetman (2011) menemukan bahwa RS menghadapi tekanan normatif yang lebih tinggi untuk menunjukkan efisiensi menggeser biaya ke tingkat yang lebih besar.
Mengubah biaya overhead dari layanan dengan tarif tetap juga menghasilkan manfaat ekonomi. Perusahaan merealokasi overhead ke layanan berbasis biaya untuk meningkatkan laba (Cavalluzzo et al., 1998; Eldenburg dan Kallapur, 1997). Karena lemahnya kekuatan negosiasi, RS yang tidak dominan, tidak dapat mengadopsi strategi peningkatan biaya-pendapatan untuk meningkatkan pendapatan seperti RS dominan. Namun, mengalihkan lebih banyak biaya tambahan ke layanan berbasis biaya dengan meningkatkan biaya yang dilaporkan dalam layanan ini, akan dapat menyebabkan peningkatan pendapatan.
[1] Sylvia H. Hsu & Sandy Q. Qu (2012), Strategic Cost Management and Institutional Changes in Hospitals