BELAJAR DARI POLANDIA TENTANG RENDAHNYA EFESIENSI DI PRIMARY HEALTH CARE
Pendahuluan
Primary health care (PHC) adalah bagian penting dari setiap sistem pelayanan kesehatan. Di negara yang sangat maju, pelayanan ini menjadi kebutuhan kesehatan yang paling mendasar, yang memiliki penekanan khusus terhadap perawatan pencegahan dan intervensi dini. Dalam tulisan ini akan disajikan mengenai permasalahan rendahnya tingkat efesiensi PHC di Polandia mengacu pada tulisan Holecki dkk (2016)[1].
Penulis berharap, Puskesmas Sebagai PHC milik pemerintah di Indonesia dapat belajar dari penyebab permasalahan tingkat efesiensi yang pernah terjadi di Polandia.
Transformasi model PHC di Polandia
Transformasi & perubahan model PHC di Polandia pernah dilakukan melalui reformasi yang berkaitan dengan lingkup organisasi, proses dan efisiensi. Terkait dengan hal tersebut, Holecki dkk (2016) mengemukakan pandangannya tentang transformasi menyeluruh dari PHC di Polandia yang terkait dengan kebutuhan untuk beradaptasi dengan standar yang ditentukan berdasarkan kriteria WHO, dan pengalaman negara-negara Eropa lainnya. Di samping itu mereka juga melakukan tinjauan dan sistematisasi berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di bidang deregulasi dan perubahan ketentuan hukum, yang ditujukan untuk mencapai peningkatan efisiensi perawatan dan alokasi sumber daya.
Menurut Holecki dkk (2016), meskipun banyak perubahan yang telah dilakukan dalam bidang perawatan primer, sejauh ini tingkat efisiensi yang tercapai belum memuaskan. Hal ini juga terkait dengan tidak ada alat yang dapat mengukur efektivitas pengobatan dalam perawatan primer yang telah diterapkan. Sebagai konsekuensinya, tingkat pembiayaan dari penyedia individu belum terhubung dengan tingkat efisiensi, kecuali pada peralatan yang meningkat sebesar 1,35% dari tingkat kapitasi pemesanan unit, serta banyaknya uji laboratorium.
Systemic Causes of Low Efficiency of PHC in Poland
Holecki dkk (2016) mengemukakan bahwa kapasitas organisasi PHC yang tidak memadai di Polandia, terjadi akibat masalah mentalitas yang tertanam dalam kesadaran semua pemangku kepentingan, yang bertanggung jawab atas bentuk dan fungsi sistem kesehatan. Masalah itu muncul dari pengalaman tahun sebelumnya dan kebiasaan yang tumbuh dari “Semashko model” yang diimplementasikan dalam sistem kesehatan Polandia setelah Perang Dunia Kedua. Ciri-ciri dari model ini adalah adanya dominasi pelayanan RS, dengan infrastruktur yang luas dan gengsi yang tinggi dari dokter spesialis klinis. Hal ini juga diperkuat dengan akses gratis ke spesialis, tidak perlunya rujukan pasien dari dokter umum, karena dianggap sebagai dokter dengan signifikansi rendah, yang hanya berguna dalam kasus masalah kesehatan ringan.
Masalah lainnya yang menyebabkan tingkat efesiensi PHC di Polandia rendah menurut Holecki dkk (2016) adalah berkembangnya korupsi yang ditolerir secara sosial. Ini menjadi salah satu penyebab kegagalan reformasi dalam dekade terakhir abad ke-20, di mana para pemimpin reformasi tidak hanya berurusan dengan kendala obyektif, tetapi juga kurangnya dana untuk pemeliharaan dan pengembangan sistem. Sampai saat ini dalam istilah "health service”, asumsinya adalah bantuan non profit kepada orang lain. Hal ini bertentangan dengan konsep "health care market" sebagai solusi komersial, dan dengan demikian eksklusif dan sosial tidak adil.
Penyebab lainnya terkait efesiensi yang dikemukakan Holecki dkk (2016) adalah tingkat kompetensi dokter perawatan primer yang tidak mencukupi, disamping juga kekurangan staf. Secara finansial, hampir seluruh sistem akuntansi yang digunakan dalam PHC didasarkan pada tingkat kapitasi, yang merupakan biaya bulanan untuk perawatan kelompok pasien yang dilakukan oleh dokter, perawat dan bidan. Hal ini menyederhanakan sistem remunerasi secara signifikan, tetapi pada saat yang sama menghilangkan insentif keuangan positif dan memperkuat mekanisme mendorong pasien ke perawatan khusus.
[1] Tomasz Holecki, Piotr Romaniuk and Joanna Woźniak-Holecka, 2016, The Systemic Changes to Improve Efficiency in Polish Primary Health Care