Browse By

TRANSFORMASI ”TELEMEDICINE”

Pendahuluan

Pandemi COVID-19 memberikan pengalaman tentang bagaimana krisis penyakit menular, dapat mengubah cara RS beroperasi. Pengalaman ini sekaligus menjadi mesin transformasi, yang mendorong perubahan bagi RS dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya. Salahsatu bentuk transformasi tersebut adalah pengadopsian tekhnologi jarak jauh (seperti telemedicine), untuk digunakan dalam industri pelayanan kesehatan. Pada kondisi tersebut, telemedicine diperlukan untuk mendekatkan perawatan dengan komunitas, sekaligus untuk menangkal kemungkinan terjadinya virus di masa depan yang dapat mengubah infrastruktur pelayanan kesehatan.

Transformative telemedicine[1]

Era Covid menyebabkan organisasi pelayanan kesehatan beralih ke telehealth, yaitu konsultasi melalui telekomunikasi dan hal ini sesuai dengan beberapa tren yang mempengaruhi masa depan RS. Walapun relatif langka sebelum tahun 2020, namun telehealth menjadi arus utama karena dokter dan perusahaan asuransi melihat pentingnya menjaga keamanan pasien di rumah mereka jika memungkinkan. Dan Russell (principal at Array Architects), sebuah firma spesialis perawatan kesehatan, mengatakan bahwa; anda melihat banyak sekali investasi dari inovator dan perusahaan teknologi kesehatan yang mendukung migrasi itu. Beliau mengutip laporan McKinsey yang memperkirakan bahwa 25% layanan rawat jalan dapat beralih ke telemedicine, yang merupakan  kategori yang lebih luas dari pemberian perawatan jarak jauh. Dalam jangka panjang, telemedicine harus mengurangi kebutuhan untuk membawa pasien yang rapuh dari kota kecil ke RS kota besar untuk mendapatkan pemeriksaan yang hanya 20 menit.

NYC Health + Hospitals (sistem RS umum terbesar di Amerika), menyiapkan personel medis darurat, menggunakan telemedicine untuk merawat pasien di tempat kejadian. Demikian pula panggilan 911, yang dapat dialihkan ke ujian konferensi video jika perawatan RS tidak diperlukan, dan menghemat ambulans dan sumber daya UGD bagi mereka yang paling membutuhkan. Eric Wei (the system’s chief quality officer), mengatakan bahwa tidak semua orang membutuhkan perjalanan ambulans ke unit gawat darurat. Dan Hanfling, seorang dokter trauma dan ahli dalam mempersiapkan RS menghadapi bencana di Falls Church, Virginia, melihat bahwa telemedicine dan saudara kandungnya yang didorong oleh teknologi kesehatan digital, sebagai "sangat penting" dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat. Di RS yang kewalahan dengan kasus Covid - atau serangan teror, bencana alam, atau peristiwa korban massal lainnya, bantuan dapat ditambal dengan video dan alat diagnostik elektronik untuk mendukung staf yang terlalu terbebani.

Baca Juga:  MENGENDALIKAN BIAYA OVERHEAD DI RS (PART 3)

Perangkat pemantauan kesehatan yang dapat dikenakan akan berperan dalam transformasi teknologi ini. Banyak konsumen sudah akrab dengan produk tingkat konsumen seperti Fitbits, dan peneliti telah mempelajari aplikasinya dalam deteksi Covid, sehingga pemakainya dapat segera mengambil tindakan untuk mengurangi penularan ke orang lain dan memantau gejala mereka sendiri. Sebuah perusahaan bernama Innsightful sedang mengembangkan pemantau biosignal yang ditambah dengan kecerdasan buatan untuk mendeteksi virus. Hal ini menawarkan sebuah perangkat yang dapat dikenakan lainnya yang mengambil stres emosional, dengan gejala yang dinilai oleh "agen" digital, dan dapat segera menghubungkan pemakainya dengan terapis. Zyter, sebuah perusahaan teknologi yang berbasis di Maryland, memperkenalkan platform RS Cerdas (Smart Hospitals platform), mengerahkan sensor internet untuk memantau peralatan, status pasien, dan kolaborasi perawat di dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Di antara fiturnya adalah: aplikasi seluler untuk membantu orang menemukan jalan mereka melalui labirin lorong yang menjadi ciri RS perkotaan besar.

[1] James S. Russell, 2021, What the Post-Pandemic Hospital Might Look Like