EFEKTIVITAS MANAJER MENENGAH TERKAIT EMPAT BIDANG INTI
Pendahuluan
Perkembangan terhadap kebutuhan manajer menengah, mulai dirasakan sangat krusial dalam organisasi bisnis saat ini. Agar menarik, beberapa organisasi bisnis bahkan mulai mengubah nama manajer menengah dari "Manajer" ke "Direktur". Walaupun demikian, perannya tetap sama sebagai manajer menengah. Tugasnya juga tetap sama yaitu sebagai manajer menengah (biasanya kepala departemen), yang mengawasi manager lini, menerapkan strategi, menyelesaikan masalah sistemik, dan sebagai jembatan antara manajemen puncak & manajer lini.
Kebutuhan akan posisi manajer menengah, membuat beberapa organisasi bisnis mulai menempatkan kandidat terbaiknya dalam posisi ini. Beberapa manajer lini yang dianggap terbaik mulai ditempatkan pada posisi tersebut. Namun, saat menempati posisi baru sebagai manajer menengah, beberapa diantara manajer baru tersebut belum dilengkapi dengan semua keterampilan yang diperlukan untuk peran barunya, sehingga mereka kurang memiliki bekal untuk melakukan pekerjaan secara efektif.
Bidang inti manajer menengah
Menurut Olson (2017)[1], kepemimpinan yang hebat atau strategi yang baik tidak akan berarti tanpa keunggulan operasional. Olson (2017), menambahkan bahwa manajer menengah harus efektif dalam 4 bidang inti agar dapat mendukung manajemen sehari-hari secara bersamaan dengan menerapkan perubahan strategis.
- Delegation
Di bawah tekanan untuk memproduksi, pemula hanya melakukannya sendiri. Ini berarti berjam-jam, keluhan tentang beban kerja, keraguan dalam mengambil tanggung jawab baru, dan tim mengalami demoralisasi. Keterampilan pendelegasian dan pemberdayaan karyawan yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan organisasi jangka panjang dan penerimaan perubahan.
- Getting Support from Top Management
Karena takut terlihat lemah, manajer menengah pemula tidak mau meminta bantuan. Mereka memandang diri sebagai pelayan, bukan mitra, dari pimpinan mereka. Mereka menunggu pimpinan memanggil rapat, bertindak di bawah intruksi, dan menyembunyikan kesalahan.
- Focusing on the Big Picture
Meredamkan masalah terasa lebih produktif daripada memikirkan mengapa itu terjadi dan menyelesaikan masalah itu. Manajer menengah yang kurang siap selalu bekerja di belakang, tidak menantang tim, dan fokus pada kegiatan daripada tujuan. Selain itu juga tidak memahami bagaimana menerjemahkan tujuan yang berkelanjutan.
- Having Business Acumen
Karena manajer menengah sering dipromosikan dari dalam, mereka memiliki keterampilan taktis yang sangat baik, tetapi seringkali tidak memiliki keterampilan dan pola pikir bisnis untuk menjembatani kesenjangan pan. Manajer menengah seringkali tidak pernah berurusan dengan pengelolaan keuangan, mengembangkan kasus bisnis, menganalisis data, menciptakan visi, atau membenarkan investasi modal. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana bisnis beroperasi, menghasilkan uang, dan kehilangan uang adalah hambatan utama untuk mendapatkan wawasan baru dan mengembangkan solusi inovatif untuk masalah organisasi sistemik.
- Periksa tim manajer menengah dan peran mereka dalam organisasi
Manajer menengah adalah mereka yang memastikan visi strategis menjadi nyata. Apabila mereka tidak siap untuk melakukan pekerjaan itu, berikan mereka sumber daya, seperti pelatihan, mentor, atau sekolah lanjutan. Atau temukan peran yang lebih cocok untuk manajer menengah. Karena apabila mereka tidak dapat secara efektif menerjemahkan dan menerapkan strategi di seluruh organisasi, maka akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi.
[1] Andrea olson, 2017, The importance of good middle management in manufacturing growth