PERSAINGAN YANG TERJADI DI INDUSTRI RS DAN BERBAGAI FAKTOR PENGHAMBATNYA
Pendahuluan
Tingkat persaingan di industri RS saat ini, sangatlah ketat. Karena itu, setiap RS dituntut untuk dapat menjadi yang terbaik dalam berbagai aspek seperti kualitas layanan dan tarif. Di sisi lain, manajemen RS dihadapkan pada peningkatan biaya (tarif) layanan, yang akan berdampak pada tingginya biaya pelayanan kesehatan yang akan ditanggung pasien. Karena itu, manajemen RS harus mulai menangkap sinyal ini untuk memperkuat dan meningkatkan kualitas layanannya, disamping terus melakukan efesiensi biaya melalui inovasi manajerial.
Persaingan menjadi factor yang tidak terelakkan dalam setiap industry, dan hal ini juga terjadi di insdustri RS. Tulisan ini akan mengangkat persingan RS, terutama terkait dengan berbagai faktor yang menghambat.
Persaingan dalam industri
Kompetisi di banyak organisasi bisnis (non RS), dilakukan dalam beberapa aspek seperti; peningkatan kualitas dan efisiensi, memacu inovasi, dan menurunkan biaya. Beberapa aspek tersebut diupayakan agar menjadi yang terbaik di industrinya untuk mendapatkan pelanggan. Hal ini juga perlu ditiru oleh industri RS dalam berkompetisi. Karena dengan meningkatkan kualitas layanan dan terus melakukan efesiensi biaya, diharapkan RS akan dapat memberikan layanan berkualitas bagi pasien dengan harga relatif terjangkau, sesuai pasar yang dituju.
Saat ini, persaingan di industri RS mendorong para eksekutifnya untuk tetap mengelola pasien agar tidak berpindah ke pesaing, pendatang baru, dan sumber perawatan alternatif. Beberapa RS berusaha menghindari persaingan dengan melakukan konsolidasi, memperluas pangsa pasar dan meningkatkan daya tawar mereka dengan perusahaan asuransi dan pemasok. Bentuk konsolidasi RS dapat dilihat dari upaya merger antar RS maupun akuisisi (membeli RS lain untuk dimasukkan dalam grupnya).
Barriers to Competition
Tingkat persaingan di industri RS sangat kompetitif. Agar mampu bersaing dari aspek nilai (kualitas), RS harus memenuhi kebutuhan pasien dengan lebih baik atau dengan biaya lebih rendah daripada pesaingnya. Namun, bersaing pada aspek nilai (kualitas) dirasa lambat karena hambatan yang saling terkait berikut (Dafny & Lee, 2016)[1];
- Limited reimbursement-based incentives.
Sebagian besar organisasi pelayanan kesehatan belum dihargai dan dihukum karena keberhasilan atau kegagalan finansial. Banyak RS dapat mencapai target keuangan dengan bersaing pada kekuatan merek dan pemasaran mereka, misalnya dengan mengklaim memiliki teknologi terbaru, fasilitas terbaik, atau peringkat tertinggi. Merek penyedia seringkali tidak terkait dengan kinerja aktualnya pada hasil, tetapi dapat meningkatkan kemampuan penyedia untuk menegosiasikan tingkat penggantian yang menguntungkan dengan perusahaan asuransi. Karena pendapatan penyedia tidak bergantung pada nilai perawatan yang mereka berikan, maka mereka memiliki sedikit insentif untuk bersaing atas dasar itu.
- Limited market-share incentives.
Ketika organisasi pelayanan kesehatan memiliki nilai yang meningkat, mereka belum cukup dihargai dengan peningkatan pangsa pasar. Konsumen sebagian besar telah terbebas dari biaya, sehingga memiliki sedikit kebutuhan untuk menawar, dan perusahaan asuransi belum melakukan apa-apa terkait hal tersebut. Hal ini menyebabkan, penurunan biaya yang dilakukan organisasi pelayanan kesehatan tidak akan menarik pasien baru. Organisasi pelayanan kesehatan juga tidak mendapatkan pangsa pasar dengan menunjukkan peningkatan kualitas. Karena, sebagian besar metrik kualitas yang tersedia untuk umum adalah ukuran proses (seperti mamografi dan tingkat skrining kanker serviks) yang sedikit bervariasi di antara organisasi layanan. Pasien hanya sedikit tertarik pada data seperti itu, dan mereka menganggap bahwa organisasi pelayanan kesehatan hanya mengikuti panduan.
[1] Leemore S. Dafny & Thomas H. Lee, 2016, Health Care Needs Real Competition