Browse By

MENINGKATKAN KOMUNIKASI KESEHATAN & LIFE SCIENCES SEBAGAI BAGIAN DARI PERENCANAAN STRATEGIS TAHUN 2024

Pendahuluan

Tantangan di tahun 2024, menuntut pendekatan komunikasi yang beragam bagi perusahaan kesehatan dan life science (ilmu hayati). Pendekatan dan berbagai pertimbangan yang melampaui ilmu pengetahuan dan inovasi tradisional, sangat diperlukan menghadapi tantangan tersebut. Melalui pendekatan dan pertimbangan tersebut organisasi dapat menavigasi tantangan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dan secara efektif mengomunikasikan nilai dan dampaknya terhadap pasien, ekosistem layanan kesehatan, dan masyarakat secara luas.

Pertimbangan tambahan bagi perusahaan kesehatan dan life science

Menurut Capodanno (2023)[1], terdapat beberapa pertimbangan tambahan bagi perusahaan kesehatan dan life science (ilmu kehidupan) dalam menyusun rencana komunikasi untuk tahun 2024:
  1. Expand the narrative beyond innovation:  Perluas strategi komunikasi melampaui pesan sains dan inovasi untuk memasukkan dinamika penting yang mempengaruhi bisnis dan industri. Soroti upaya untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit, dan bagaimana melibatkan pasien dan perawat untuk memahami dan memenuhi kebutuhan mereka secara lebih holistik. Jelaskan juga strategi akses, termasuk penetapan harga dan penggantian biaya, lingkungan peraturan, dan pastikan topik-topik ini diintegrasikan ke dalam pesan tersebut.
  2. Address policy concerns:  Meskipun suatu organisasi mungkin tidak terkena dampak langsung, namun memiliki sudut pandang terhadap berbagai masalah kebijakan adalah hal yang penting. Di AS misalnya, implikasi IRA terhadap penetapan harga dan akses, serta inovasi ilmiah begitu lazim sehingga perusahaan sebaiknya mengembangkan posisi yang jelas dan bersiap untuk terlibat dalam wacana jika dipertanyakan. Namun, ketahuilah bahwa mungkin perlu menyesuaikan kebijakan.
  3. Combat misinformation & disinformation: Dalam lingkungan di mana kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap sains terus meningkat, strategi untuk memerangi misinformasi dan disinformasi secara efektif harus menjadi bagian dari perencanaan standar. Pahami asal muasal, niat, dan pengaruh pelaku kejahatan, dan tingkatkan mekanisme pemantauan untuk melacak insiden, susun rencana untuk segera mengatasi misinformasi, dan pada akhirnya meminimalkan dampaknya terhadap organisasi dan pemangku kepentingan.
  4. Rethink social media engagement: LinkedIn dan X adalah platform yang mapan untuk industri ini, namun platform media sosial lainnya, seperti TikTok, telah muncul sebagai saluran yang menjanjikan sehingga perusahaan dapat secara efektif menjangkau dan mengedukasi khalayak, terutama dalam demografi pasien di AS. Saat mengelola risiko misinformasi dan disinformasi, evaluasi sejauh mana organisasi yang dikelola terlibat dengan beberapa platform baru ini dan sesuaikan strategi yang ada, berdasarkan tahap pengembangan dan filosofi perusahaan. Hal ini dilakukan dengan menyeimbangkan antara aspek keterlibatan platform ini, & penyampaiannya.
  5. Strengthen employee engagement: Secara historis, industri kesehatan dan ilmu hayati telah memuji tenaga kerja yang terlibat secara konsisten, sebagian berkat adanya tujuan yang lebih besar dalam membantu pasien dan mendorong inovasi ilmiah. Namun di dunia pasca-pandemi yang menghadapi pola quiet quitting (berhenti secara diam-diam), coffee-badging (peminum kopi), dan hybrid work (sistem kerja hybrid), karyawan tetap menjadi salah satu audiens yang paling penting dan berpengaruh. Libatkan mereka dan komunikasikan dengan jelas seputar perkembangan, inisiatif, & posisi utama perusahaan. Bersiaplah untuk menangani masalah sosial dan geopolitik jika diperlukan, serta cari & dorong masukan dari tim secara teratur untuk menginformasikan dan menyempurnakan pendekatan tersebut. Basis karyawan yang berpengetahuan luas & terlibat dapat memperkuat reputasi dan kesuksesan organisasi secara signifikan.
  6. Prioritize issues management: Kesiapsiagaan krisis yang proaktif sangat penting, terutama dalam iklim yang ditandai dengan polarisasi isu, misinformasi, dan siklus berita yang semakin tidak menentu. Tinjau kembali dan perkuat rencana kesiapsiagaan krisis, pastikan rencana tersebut kuat, memperhitungkan semua pemangku kepentingan yang relevan, dan dapat beradaptasi dengan berbagai skenario, mulai dari kegagalan uji coba, gangguan rantai pasokan dan pertanyaan tentang kredibilitas ilmiah, hingga penanganan sikap publik terhadap politik, peristiwa global, sosial, keadilan, & berbagai persoalan kritis dan sensitif lainnya.
Baca Juga:  FUNGSI DEPARTMENT/UNIT MARKETING DI RS
[1] John Capodanno, 2023, Strategic Planning for 2024: Enhancing Health & Life Sciences Communications