KEPEMIMPINAN ORGANISASI (Part 1)
Pendahuluan
Kemampuan manajer puncak dalam memimpin organisasi, merupakan salahsatu faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan. Pemimpin yang baik, bukan saja dilihat dari seberapa banyak anggotanya, melainkan bagaimana pemimpin tersebut berhasil menciptakan pemimpin yang baru. Karena itu, kepimipinan dalam organisasi merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut, seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh kepada anggotanya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Organizational leadership merupakan pendekatan manajemen, di mana para pemimpin membantu menetapkan tujuan strategis bagi organisasi, sembari memotivasi individu dalam kelompok untuk berhasil melaksanakan tugas terkait tujuan organisasi. CEO suatu organisasi bisnis misalnya, merupakan contoh yang mewakili dua komponen mendasar dari kepemimpinan organisasi. Pertama, adanya organisasi yang dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang diorganisir untuk mencapai tujuan atau pekerjaan tertentu. Kemudian adanya pemimpin, yaitu orang yang bertanggung jawab untuk mengarahkan atau membimbing kelompok tersebut.
Mengacu pada tulisan yang dikemukakan oleh Bogle (2018)[1], yang berjudul ”What is Organizational Leadership?”, menyoroti 2 hal, yaitu; 1) learning organizational leadership skills and mindsets, & 2) organizational leadership jobs and careers. Kedua hal tersebut akan dipaparkan dibawah ini.
Learning Organizational Leadership Skills and Mindsets
Deborah Gogliettino (faculty lead for human resources at Southern New Hampshire University/SNHU), menyampaikan bahwa apabila tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang dan mempengaruhi organisasi pada tingkat setinggi mungkin, maka manajemen harus belajar tentang kepemimpinan organisasi. Menurut Dr. Linda Ellington (faculty lead for organizational leadership at SNHU), keterampilan dan pola pikir utama kepemimpinan organisasi, meliputi :
- Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
- Berkomunikasi (terutama mendengarkan) secara efektif,
- Hubungan dan pengembangan tim (termasuk mengembangkan potensi kepemimpinan pada orang lain),
- Mengidentifikasi inovasi dan peluang masa depan,
- Memahami lingkungan bisnis dan operasional,
- Menggunakan integritas dan etika,
- Berpikir secara strategis, sistematis, dan holistik,
- Menyebarkan visi organisasi, dan menginspirasi orang lain untuk berbagi dalam visi itu.
Ellington menyampaikan bahwa setiap orang memiliki pengalaman, bakat, dan pengetahuan yang unik. Kemampuan yang dimiliki tersebut, apabila diiringi dengan dorongan, komitmen, dan hasrat untuk belajar tentang kepemimpinan organisasi, maka keterampilan dan pola pikir kepemimpinan organisasi dapat dipelajari sambil mengembangkan bisnis. Beberapa orang belajar keterampilan kepemimpinan organisasi melalui pengalaman dunia nyata. Namun pendidikan baik di tingkat sarjana atau pascasarjana adalah kesempatan untuk mempelajari teori tentang motivasi, strategi dan kepemimpinan. Kemudian menerapkan teori-teori tersebut ke dalam praktik.
Ellington juga menyampaikan bahwa bagaimanapun, praktiknya ini terlihat saat kita membuat kesalahan. Perbedaannya adalah bahwa dalam lingkungan pendidikan, tidak ada yang akan dipecat atau kehilangan perusahaan mereka atau berhutang. Karena terdapat wadah yang aman untuk melakukan uji coba dan mengembangkan kepercayaan pada kemampuan mereka. Idealnya, teori dan praktik berjalan beriringan. Analogi menurut Matthews, seorang dokter pergi ke sekolah kedokteran dan memperoleh gelar mereka. Mereka tahu teorinya, tetapi hanya akan benar-benar tahu sampai melakukan praktik kedokteran dengan pasien. Sebaliknya, tentu saja pasien menginginkan dokter yang juga memiliki pelatihan teori, bukan hanya pengetahuan medis yang berasal dari pembelajaran "dengan melakukan”.
Lanjut pada artikel berikutnya.
[1] Susan Bogle, 2018, What is Organizational Leadership?