MENGEMBANGKAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN
Pendahuluan
Membangun budaya keselamatan pasien merupakan suatu hal yang penting. Peningkatan keselamatan pasien yang sukses dan berkelanjutan sangat bergantung pada budaya organisasi dalam konteks keselamatan pasien, dan hal tersebut mendapatkan dukungan penuh dari pemimpinan terkait sikap, tindakan, kerja tim, dan teknologi di seluruh sistem untuk mengurangi risiko cedera pasien. Perilaku & kemampuan seluruh SDM RS (perawat, dokter, dll) sangat berperan penting dalam konteks keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti, merupakan beberapa contoh yang dapat mengakibatkan pasien terabaikan dan tidak mencerminkan pelaksanaan budaya keselamatan pasien. Prilaku dan kemampuan seperti itu, dapat berisiko untuk terjadinya kesalahan dan dapat mengakibatkan cedera pada pasien.
Tulisan ini akan menjelaskan kerangka kerja sosioteknik dari budaya keselamatan, mengacu pada tulisan Pestotnik (2019)[1], yang berjudul Healthcare Safety Culture: A Seven-Step Success Framework. Dalam tulisan Pestotnik (2019), mengemukakan beberapa hal terkait kerangka kerja sosioteknik dari budaya keselamatan, yaitu; Safety Culture: A Blame-Free Environment that Prioritizes Patient Safety, Cultural Challenges to Improving Patient Safety, Seven Ways a Sociotechnical Framework Improves a Safety Culture, & The Sociotechnical Framework: Combining Culture, Process, and Technology to Improve Patient Safety. Selanjutnya, akan dibahas berikut.
Safety Culture: A Blame-Free Environment that Prioritizes Patient Safety
The Patient Safety Network (PSNET) mendasarkan konsepnya tentang budaya keselamatan pasien pada penelitian di industri bukan perawatan kesehatan yang melakukan pekerjaan kompleks dan berbahaya. Organisasi dengan keandalan tinggi meminimalkan kejadian buruk meskipun terdapat risiko yang melekat di tempat kerja. Dalam perawatan kesehatan, organisasi dengan keandalan tinggi berkomitmen pada budaya keselamatan dengan mengamati empat fitur utama berikut:
-
- Mengakui sifat berisiko tinggi dari aktivitas organisasi dan berkomitmen untuk operasi yang aman secara konsisten.
- Mendukung lingkungan yang bebas dari kesalahan, di mana individu dapat melaporkan kesalahan atau risiko yang merugikan tanpa takut akibatnya.
- Mendorong kolaborasi seluruh sistem untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien.
- Mendedikasikan sumber daya organisasi untuk menangani masalah keselamatan.
Cultural Challenges to Improving Patient Safety
Untuk membangun budaya keselamatan yang efektif dan berkelanjutan, pemimpin organisasi pelayanan kesehatan harus memiliki strategi dan alat untuk menghadapi beberapa tantangan budaya, seperti:
-
- Kejadian keselamatan yang tidak dilaporkan — dokter bagian frontline (terutama mereka yang bukan manajer atau supervisor) tidak secara konsisten melaporkan kejadian keselamatan karena takut disalahkan dan dampak negatifnya.
- Kurangnya komitmen dari pemimpinan senior — pemimpin senior mungkin memiliki komitmen yang tidak memadai terhadap keselamatan pasien dibandingkan dengan supervisor dan dokter bagian frontline.
- Kerja tim dan komunikasi yang tidak memadai — pekerja di ruang operasi memiliki persepsi yang berbeda tentang kerja tim menurut perannya (misalnya ahli bedah versus perawat), yang berpotensi memengaruhi upaya koordinasi keselamatan.
Seven Ways a Sociotechnical Framework Improves a Safety Culture
Budaya keselamatan pasien berdasarkan kerangka kerja sosioteknik memiliki tujuh kekuatan utama, yaitu: 1) Leverages Qualitative and Quantitative Data (Versus Quantitative Safety Scores Alone), 2) Doesn’t Rely on HIMSS Stage Levels to Tell the Complete Safety Picture, 3) Gives Frontline Clinicians a Voice in Decision Making, 4) Makes IT Solutions Accessible to Non-Technical Users, 5) Encourages Frontline Clinicians to Report Safety and Quality Issues, 6) Treats a Safety Issue in One Area as a Potential Systemwide Risk, & 7) Performs Thorough Due Diligence Before Taking Safety IT Solutions Live. Selanjutnya dapat dilihat pada tulisan sebelumnya dengan judul; ”KERANGKA KERJA DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KESELAMATAN DI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN”.
The Sociotechnical Framework: Combining Culture, Process, and Technology to Improve Patient Safety
Dengan menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif, kerangka kerja sosioteknikal budaya, proses, dan teknologi yang disederhanakan, akan memberi sistem kesehatan pedoman yang komprehensif untuk mengukur dan meningkatkan budaya keselamatan. Hal ini termasuk bagaimana menggunakan solusi teknologi informasi pelayanan kesehatan. Organisasi dapat menjaga peningkatan keselamatan pada jalurnya dengan menggunakan kerangka kerja sosioteknik untuk memandu penilaian ulang secara berkala atas pekerjaan dan budaya keselamatan mereka.
[1] Stan Pestotnik, MS, RPh, 2019, Healthcare Safety Culture: A Seven-Step Success Framework