PENTINGNYA KEMAMPUAN (SKILLS) BAGI HEALTHCARE LEADERS (Part 2)
Berikut adalah lanjutan pembahasan dari artikel PENTINGNYA KEMAMPUAN (SKILLS) BAGI HEALTHCARE LEADERS, terkait dengan kemampuan pemimpin organisasi pelayanan kesehatan menurut Balash (2018)[1],
Lima kemampuan pemimpin organisasi pelayanan kesehatan (Lanjutan)
3. Composure
Pelayanan kesehatan merupakan industri yang bergerak cepat dan berisiko tinggi. Setiap keputusan yang diambil praktisi kesehatan di tempat kerja akan mempengaruhi kesejahteraan dan potensi kehidupan pasien. Karena itu, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat bernavigasi dalam lingkungan yang penuh tekanan tanpa menciptakan tekanan tambahan dengan bereaksi secara impulsif. Pemimpin harus mengatahui cara mengelola emosi mereka sendiri dan keseimbangan kehidupan kerja, serta bagaimana mendukung dan melibatkan karyawan.
4. Change Management
Tuntutan akan kecepatan layanan setiap hari, pelayanan kesehatan juga merupakan industri yang terus berkembang. Karena itu, para pemimpin organisasi pelayanan kesehatan harus cukup gesit untuk memahami dan menyusun strategi dalam mengelola perubahan dari semua pihak, termasuk misalnya;
- Kemajuan teknologi dalam diagnostik dan perawatan,
- Persyaratan peraturan baru dan perkembangannya,
- Merger dan integrasi jaringan pemberian layanan kesehatan,
- Pergeseran seismik di pasar asuransi kesehatan,
- Kecanduan opioid dan epidemi kompleks lainnya.
Organisasi layanan kesehatan mengandalkan pemimpin mereka untuk memahami dan beradaptasi dengan perubahan. Mereka harus memandu tenaga kerja, menavigasinya dalam perubahan tersebut. Mereka harus memahami pentingnya menggunakan data untuk mendorong dan menginformasikan perubahan organisasi. Selain itu, pemimpin harus cukup paham dalam memanfaatkan perubahan, sebagai kesempatan untuk memperkuat komunitas praktik.
5. Participative Management
Pemimpin yang kuat dapat menerapkan lebih dari satu strategi. Organisasi layanan kesehatan membutuhkan pemimpin untuk mahir dalam manajemen partisipatif. Para pemimpin layanan kesehatan modern harus tahu kapan dan bagaimana melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan membangun konsensus. Pemimpin yang menghargai manajemen partisipatif juga mendorong karyawan untuk berbagi ide, informasi, reaksi, dan perspektif. Hal ini menandakan adanya rasa hormat dan keterbukaan pikiran, serta komitmen untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal Ini tentunya akan melibatkan karyawan dalam pekerjaan mereka, tim mereka, dan organisasi secara keseluruhan.
Melalui manajemen partisipatif, akan jelas menunjukkan bahwa para pemimpin menghargai kontribusi karyawan dan masukan kontribusinya dalam strategi. Karena, dengan mempertahankan keterlibatan karyawan, organisasi dapat meningkat, menurunkan pergantian dan meningkatkan pengalaman pasien, kualitas perawatan, serta hasil kesehatan.
Recruiting and Developing the Leaders You Need (Balash, 2018)
Semua kompetensi yang disebutkan sebelumnya (lima kompetensi), merupakan soft skill yang sulit dinilai dalam diri seorang kandidat pemimpin. Bagi banyak RS dan organisasi pelayanan kesehatan, strategi yang lebih menjanjikan dapat menjadi investasi dalam menumbuhkan potensi kepemimpinan di RS. Proses peninjauan kinerja dapat menciptakan peluang yang sangat baik untuk mengidentifikasi, melatih, dan membimbing karyawan dengan potensi kepemimpinan yang ditargetkan untuk memperkaya soft skill mereka.
Manajemen kinerja juga memegang kunci untuk mempertahankan keterampilan bagi karyawan yang mengambil peran kepemimpinan, dan bagi para pemimpin yang dimiliki saat ini. Karena itu, pengukuran kinerja pemimpin layanan kesehatan dengan kompetensi ini, secara efektif dapat menciptakan tingkat akuntabilitas yang sama di seluruh organisasi. Selain itu juga, dapat menciptakan lingkungan di mana karyawan dapat memberikan umpan balik berkelanjutan pada pemimpin mereka, sehingga dapat dievaluasi efektivitasnya.
[1] Michelle Balash, 2018, The 5 most important skills for healthcare leaders