KELEMAHAN METODE KONVENSIONAL (SEPERTI DOUBLE DISTRIBUTION) DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN UNIT COST DI RS
Terdapat 2 aliran sistem akuntansi biaya, yaitu sistem akuntansi biaya tradisional dan ABC. Metode double distribution merupakan salahsatu contoh sistem akuntansi biaya tradisional. Pada sistem akuntansi biaya tradisional, jasa atau produk menggunakan sumber daya. Sedangkan pada sistem ABC, jasa atau produk menggunakan aktivitas, kemudian aktivitas menggunakan sumber daya. Bedanya, dalam sistem ABC menekankan pada hubungan sebab akibat. Pemicunya adalah sebab dari aktivitas dan aktivitas menimbulkan pengaruh pada cost driver.
Metode double distribution & kelemahannyaMetode ini merupakan metode pengalokasian biaya pada pusat biaya penunjang ke pusat biaya produksi melalui dua pentahapan, yaitu :
Tahap I : distribusi biaya asli dari pusat biaya penunjang ke pusat biaya penunjang yang lain & seluruh pusat biaya produksi.
Tahap II :mendistribusikan hasil distribusi biaya I pada masing2 pusat biaya penunjang keseluruh pusat biaya produksi.
Apabila kita menyimak cara analisis dalam metode ini maka akan terlihat berbagai keterbatasan yang bisa mengakibatkan hasil analisis akan bias dan jauh dari unsur keakuratan. Asumsi yang terlalu banyak dalam mengalokasi biaya, dasar biaya yang dialokasi tidak real merupakan beberapa kelemahan yang nampak terlihat. Padahal dalam konsep alokasi biaya mensyaratkan agar asumsi diusahakan diperkecil atau bahkan kalau mungkin tidak ada.
Salah satu kelemahan yang sangat krusial dari metode ini adalah cara mengalokasi biaya ke setiap produk atau jasa yang berbasis pada ”Reagent cost”. Seperti diketahui bahwa data biaya secara global (misalnya; biaya penyusutan total, biaya listrik total, dll) hampir dipastikan dapat diperoleh di setiap RS. Namun, apabila biaya ini kita hubungkan langsung dengan produk atau jasa maka perlu dilakukan alokasi. Misalnya biaya penyusutan poli gigi untuk rawat jalan sebesar Rp. 4 juta. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah berapa besar biaya penyusutan untuk tindakan pencabutan gigi di poli gigi? Apabila menggunakan metode double distribution, biaya sebesar Rp. 1 Juta tersebut dibagi berdasarkan penggunaan ”reagent cost” atau biaya bahan terutama bahan medis habis pakai. Kelemahan mengalokasi dengan reagent cost dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Naik turunnya biaya tindakan/pemeriksaan tidak semuanya disebabkan oleh reagent cost; 2. Data reagent cost yang terdapat di RS biasanya bersifat total (perinstalasi atau perpoli) dan tidak pertindakan/pemeriksaan.Relative Value Unit/RVU biasanya dijadikan dasar dalam mengalokasi biaya pada metode double distributian. Berikut ini adalah beberapa kelemahan model alokasi RVU (sekaligus kelemahan metode double): 1) Diasumsikan bahwa setiap RVU menggunakan sumber-daya yang sama persis, 2) Artinya; semua jenis biaya diasumsi akan naik/turun secara seragam bergantung pada dasar RVU, 3) Mis; Jika reagen cost dianggap dasar RVU, maka semua jenis biaya akan naik/turn berbasis naik/turunnya RVU reagen cost.
Kelemahan metode RVU dan konvensional seperti dijelaskan sebelumnya, menunjukkan bahwa sebenarnya konsep ini lebih cocok untuk membuat standar (standar biaya) karena lebih memfokuskan pada hasil akhir dan tidak berorientasi pada perbaikan model alokasi yang justru sangat diperlukan dalam akuntansi biaya. Karena itu hasil analisis metode ini sebenarnya tidak sesuai apabila digunakan untuk pengambilan keputusan manajerial seperti kebijakan tarif, penilaian kinerja instalasi khususnya mengenai efesiensi, dan untuk anggaran RS.
Beberapa kelemahan metode konensional menyebabkan RS harus mulai mengaplikasikan metode Activty Based Cost (ABC) dalam menghitung unit cost. Karena, pada lingkungan yang kompetitif, sistem akuntansi biaya RS harus menyesuaikan dengan efisiensi biaya tanpa menimbulkan pengaruh negatif pada kualitas pelayanan, menyediakan informasi bagi manajemen untuk memaksimalkan sumber daya yang ada, dan membantu kemajuan RS secara terus menerus. Ketiga hal tersebut sudah ada akan dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengimplementasikan sistem biaya berbasis aktivitas (ABC).