PENGARUH COVID-19 PADA SIKLUS PENDAPATAN LAYANAN
Pendahuluan
Industri pelayanan kesehatan merasakan dampak yang paling signifikan akibat terjadinya wabah COVID-19. Dampak yang dirasakan karena wabah ini, disamping berkurangnya pasien (banyak pasien tidak dapat/tidak mau mengunjungi RS), meningkatnya biaya (untuk APD, kapasitas isolasi, dll), dll, RS juga menghadapi tantangan pada siklus pendapatan layanan kesehatannya. Tergangguya siklus pendapatan organisasi pelayanan kesehatan akibat COVID-19, terjadi apabila layanan tersebut belum masuk dalam koding model sistem jaminan nasional suatu negara. Di Indonesia, model pembayaran pasien COVID-19 dibayar negara melalui BPJS mengacu pada KEPMENKES No. 238 tahun 2020.
Tulisan ini akan mengacu pada artikel yang ditulis oleh LaPointe (2020[1]), yang memaparkan beberapa hal seperti; COVID-19 presents revenue cycle challenges, billing and coding for COVID-19, patient financial responsibility, & allocating resources. Berbagai hal yang terjadi di AS seperti disebutkan LaPointe tersebut, akan dipaparkan dibawah ini sebagai pembelajaran.
Covid-19 presents revenue cycle challenges
Penurunan harga saham yang cukup signifikan menurut Wall Street Journal, berimbas pada harga saham sistem RS nirlaba utama termasuk Tenet Healthcare Corporation dan Community Health Systems, yang turun secara signifikan. Sistem RS nirlaba, pusat medis akademik, dan praktik dokter juga menghadapi tantangan keuangan yang berasal dari COVID-19. Banyak RS bahkan sudah kehabisan pasokan medis utama seperti masker & ventilator, serta banyak lagi yang bersiap menghadapi kekurangan alat pelindung diri akibat virus corona. Penyedia layanan kesehatan dengan cepat menerapkan rencana kesiapsiagaan darurat, melakukan tes diagnostik, mengidentifikasi dan melindungi staf, dan banyak lagi. Untuk membantu penyedia menangani tantangan baru, pemerintah dan pembayar membantu meringankan hambatan siklus pendapatan yang disebabkan oleh COVID-19.
Billing and coding for COVID-19
Menjaga penagihan tetap berjalan selama wabah adalah kunci untuk menjaga agar organisasi pelayanan kesehatan tetap survive. Tetapi ini bisa menjadi tantangan, terutama bagi organisasi kecil dengan keuangan terbatas untuk menanggapi permintaan COVID-19. Mengatasi hal tersebut, CMS telah merilis dua kode Healthcare Common Procedure Coding System (HCPCS) yang dapat digunakan laboratorium untuk menagih tes diagnostik COVID-19 tertentu. American Medical Association (AMA) juga mengumumkan bahwa mereka akan melacak cepat pengembangan kode Current Prosedural Terminology (CPT) yang unik untuk melaporkan pengujian virus corona baru. CMS juga telah merilis panduan tentang penagihan dan penggantian untuk mengobati COVID-19. CMS mengingatkan penyedia bahwa Medicare akan membayar evaluasi & manajemen serta layanan lain yang disediakan oleh seorang dokter atau praktisi non-dokter. Medicare juga akan mengganti penyedia untuk banyak layanan non-tatap muka yang digunakan untuk menilai dan mengelola kondisi penerima.
Bagi RS, Medicare akan membayar tarif kelompok terkait diagnostik (DRG) dan semua rincian biaya untuk seluruh masa inap. Ini termasuk pembayaran saat pasien perlu diisolasi atau dikarantina di kamar pribadi. Pemerintah AS juga telah mempertimbangkan penerapan program keadaan darurat untuk membayar RS dan penyedia lain untuk merawat pasien yang tidak diasuransikan namun terinfeksi COVID-19. Program ini membayar penyedia sekitar 110 persen dari tarif Medicare.
Patient financial responsibility
Tanggungjawab keuangan pasien menjadi sorotan pada era pendemi ini. Penyedia layanan kesehatan sudah berjuang untuk mengembangkan strategi pengumpulan tagihan dengan potongan tinggi dan pengaturan pembagian biaya lainnya. Namun, menerapkan strategi baru ini selama keadaan darurat hampir mustahil. America’s Health Insurance Plans (AHIP) mengumumkan bahwa mereka menerapkan solusi untuk menurunkan biaya bagi orang-orang yang akan melakukan pengujian dan pengobatan COVID-19. Salah satu solusi tersebut mencakup pengujian diagnostik. AHIP berjanji untuk "memudahkan jaringan, rujukan, dan persyaratan otorisasi sebelumnya dan/atau melepaskan pembagian biaya pasien" untuk pengujian COVID-19 yang dipesan oleh dokter. Mereka juga akan bekerja dengan penyedia untuk memastikan pengobatan yang efektif tersedia bagi mereka yang terinfeksi. Ini termasuk berbagi informasi, memobilisasi penyedia jaringan, dan mendorong penggunaan telehealth.
Allocating resources
Menurut National Academy of Medicine (NAM), COVID-19 menempatkan banyak permintaan pada sistem perawatan kesehatan, & ini membebani kapasitas RS, bagian gawat darurat, & pusat rawat jalan. Hal ini mengakibatkan kekurangan staf, ruang, dan persediaan yang kritis, yang dapat berdampak negatif pada hasil pasien. Mengalokasikan sumber daya dengan tepat saat permintaan mulai melebihi sumber daya tersebut sangat penting untuk menjaga operasi tetap berjalan bagi pasien yang membutuhkan perawatan.
Para ahli dari Bloomberg School of Public Health menyarankan RS untuk menggunakan protokol kesiapsiagaan sebagai titik awal untuk mengalokasikan sumber daya untuk manajemen COVID-19. Prioritas utama untuk organisasi ini harus:
-
- Perencanaan yang komprehensif dan realistis berdasarkan proyeksi CDC FluSurge dan perencanaan kolaboratif antar rumah sakit di suatu wilayah,
- Membatasi penyebaran virus,
- Mempertahankan, menambah, dan memperluas tenaga kerja,
- Mengalokasikan sumber daya yang terbatas dengan cara yang rasional, etis, dan terorganisir untuk.
Pengambil keputusan di semua tingkatan harus secara aktif menerapkan prioritas ini dengan terlibat dalam kegiatan seperti mendedikasikan seorang praktisi pencegahan infeksi penuh waktu, menimbun alat pelindung diri, membentuk tim, serta mengidentifikasi layanan dan prosedur yang dapat ditunda. NAM juga merekomendasikan agar penyedia layanan kesehatan mengembangkan "strategi proaktif berjenjang dengan menggunakan informasi klinis terbaik yang tersedia dan mengembangkan rencana kapasitas lonjakan yang ada untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya jika wabah saat ini menyebar dan menciptakan permintaan sumber daya yang parah. NAM juga memberikan tip alokasi sumber daya untuk area perawatan lain, termasuk rawat inap, perawatan kritis, dan gawat darurat. RS harus mengambil langkah untuk mengembangkan proses pengambilan keputusan, mengantisipasi kekurangan sumber daya, dan melibatkan staf klinis dalam mengembangkan strategi untuk mengatasi berbagai dampak
[1] Jacqueline LaPointe, 2020, How covid-19 is impacting the healthcare revenue cycle