BEBERAPA KESALAHAN YANG HARUS DIHINDARI, DALAM PROSES PERENCANAAN STRATEJIK DI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN
Pendahuluan
Perencanaan strategis sangat penting dalam organisasi pelayanan kesehatan seperti RS & Puskesmas. Karena itu, dalam 2 tulisan sebelumnya disajikan secara runtut mulai dari enam teknik perencanaan strategis, hingga empat tahapan dalam perencanaan strategis. Kedua tulisan tersebut sebenarnya bertujuan agar manajemen RS & Puskesmas mendapatkan backup informasi dalam menyusun rencana strategis di organisasinya.
Rencana strategis di RS misalnya, merupakan salahsatu tuntutan saat akreditasi. Begitu juga dengan Puskesmas BLUD, dimana Rencana strategi merupakan salahsatu syarat BLUD. Tulisan ini akan membantu agar rencana strategis yang dibuat bukan hanya untuk tujuan tertentu (akreditasi, syarat akreditas, dll), tetapi merupakan arah & kebijakan strategis organisasi pelayanan kesedahatan untuk beberapa tahun kedepan.
Sebagai pelengkap dalam menyusun rencana strategis di organisasi pelayanan kesehatan, dalam tulisan ini akan disajikan beberapa hal yang perlu dihindari dalam proses perencanaan strategis di RS & Puskesmas.
Empat kesalahan yang harus dihindari dalam perencanaan strategis
Menurut Lucco (2018)[1], ada empat hal yang harus dihindari dalam perencanaan strategis di organisasi pelayanan kesehatan, yaitu; 1)be sure you select strategic, not operational KPIs, 2) avoid having too many metrics, 3) don’t pile too much on your strategy office, & 4) clearly define roles and responsibilities of those involved in strategic planning.
1. Be sure you select strategic, not operational KPIs.
Sangat penting untuk memilih KPI (Key Performance Indicator) yang tepat. Karena itu KPI yang dipilih harus dipastikan & bersifat strategis, bukan operasional. Pemilihan indikator kinerja sangat penting & akan berdampak pada strategi. Misalnya, banyak organisasi pelayanan kesehatan menentukan persentase tempat tidur yang ditempati (BOR) untuk mendapatkan kapasitas pasien lebih. Apabila salah satu sasaran strategis yang dipilih adalah meningkatkan jumlah pasien yang memilih RS, maka metrik/indicator BOR ini bisa menjadi strategis. Karena itu, selalu pastikan bahwa indikator yang dipilih benar mengikat dan menginformasikan tujuan.
2. Avoid having too many metrics.
Sangat diperlukan untuk menghindari terlalu banyak metrik/indikator. Seperti diketahui bahwa mayoritas organisasi layanan kesehatan dipimpin oleh SDM dengan latar belakang ilmu pengetahuan tertentu, yang membuatnya sangat mudah melakukan suatu tindakan. Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa terlalu bersemangat mengenai metrik/indikator dan mencoba mengidentifikasi terlalu banyak, dapat menjadikannya sebagai suatu kesalahan.
Apabila metric/indikator yang dipilih terlalu banyak, maka manajemen tidak dapat fokus pada metrik yang benar-benar berdampak pada strategi. Hal ini akan berdampak pada terlalu banyaknya laporan dan pimpinan cenderung tidak akan membacanya. Bahkan akan menyebabkan semakin banyaknya rapat yang akan berlangsung berjam-jam, dan agenda pertemuan tidak cepat selesai. Semua masalah ini dapat dihindari hanya dengan tidak memilih metrik tambahan yang mungkin saja akan menyebabkan fokus manajemen teralihkan.
3. Don’t pile too much on your strategy office.
Strategi sangat diperlukan, tetapi menumpuk strategi juga dapat membingungkan manajemensaat mengimplementasikannya. Buatlah strategi sejelas mungkin. Karena dapat memungkinkan pekerja untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan, rencanakan dan jalankan terkait strategi tersebut. Cara terbaik untuk memastikan perencanaan strategis dan pelaksanaan strategi akan berhasil adalah dengan menjaga agar strategi tetap fokus pada prioritasnya.
4. Clearly define roles and responsibilities of those involved in strategic planning.
Mendefinisikan peran dan tanggung jawab SDM yang terlibat dalam perencanaan strategis secara jelas sangat penting.
[1] Joseph Lucco, 2018, Healthcare Strategic Planning: Step-By-Step Advice [With Examples]