BERBAGAI HAMBATAN TERCIPTANYA ”PERSAINGAN SEHAT” DI INDUSTRI RS
Pendahuluan
Persaingan dalam dunia bisnis merupakan hal biasa dan dalam kondisi normal akan berdampak baik bagi pelanggan. Hal ini juga seharusnya terjadi di industri RS, dimana dengan persaingan sehat, akan membuat RS secara signifikan meningkatkan manajemen dan kualitas perawatan. Melalui persaingan, memungkinkan RS untuk membangun hubungan dokter-pasien secara jangka panjang. Konsekwensi persaingan juga akan berdampak pada terjadinya peningkatan/penurunan jumlah pasien sejumlah RS.
Sebuah penelitian yang ditulis oleh Nicholas Bloom dan Stephan Seiler, profesor di Stanford University (dalam Greenberg, 2015)[1], menunjukkan bahwa persaingan antar RS secara signifikan meningkatkan manajemen dan kualitas perawatan. Melalui persaingan akan tercipta kualitas layanan yang lebih baik dengan harga bersaing. Walaupun demikian, berbagai hambatan sering ditemuai dalam menciptakan persaingan sehat di industri RS AS. Karena itu, tulisan ini akan mengangkat beberapa hambatan dalam meniptakan persaingan sehat di industry RS AS.
Kondisi pasar layanan kesehatan di AS[2]
Keadaan pasar perawatan kesehatan di AS saat ini sangat meresahkan bagi semua orang, mulai dari karyawan di usaha kecil hingga serikat pekerja dan perusahaan-perusahaan. Sebuah laporan terkait tunjangan kesehatan dari Kaiser Family Foundation menemukan bahwa rata-rata premi keluarga pada tahun 2016 naik 3% dibandingkan dengan premi rata-rata 2015, dan premi tahunan rata-rata untuk asuransi kesehatan yang disponsori pimpinan kerja adalah $ 6.435 untuk cakupan tunggal dan $ 18.142 untuk cakupan keluarga. Dengan biaya tinggi ini, tentu saja karyawan tidak puas.
Pada saat yang sama, 51% pengusaha melakukan pengeluaran untuk rencana kesehatan atau asuransi baru pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tahu ada lebih banyak yang dapat mereka lakukan untuk membantu karyawan mendapatkan perawatan yang lebih baik dengan biaya lebih rendah. Meski begitu, bisnis sering tidak memiliki pemahaman yang jelas terkait apa yang sebenarnya mereka dapatkan saat memilih rencana kesehatan untuk ditawarkan kepada karyawan. Asuransi kesehatan yang disponsori pimpinan kerja sering kali merupakan pengeluaran tertinggi bagi sebuah bisnis, namun pemilik bisnis dan pengambil keputusan umumnya hanya memiliki sedikit informasi terkait manfaat kesehatan yang diperoleh.
Hambatan dalam persaingan RS di AS
Berikut ini adalah beberapa hambatan terciptanya persaingan di industry RS AS & dampaknya bagi masyarakat, menurut Schindelman (2017);
- Tidak adanya pasar layanan kesehatan yang transparan,
Tidak adanya pasar layanan kesehatan yang transparan berkontribusi pada ketidakpuasan masyarakat dalam menerima layanan kesehatan. Masih menurut Schindelman, dikatakan bahwa hal ini kintras dengan pengeluaran perawatan kesehatan menyumbang sebagian besar dari ekonomi A.S. Total pengeluarannya diproyeksikan mencapai hampir $ 3,4 triliun pada tahun 2016, dan lebih dari 80% orang dewasa melaporkan bahwa mereka telah melakukan kontak dengan seorang profesional perawatan kesehatan pada tahun lalu.
- Terbatasnya pilihan masyarakat,
Masyarakat yang telah mengikuti asuransi kesehatan tertentu secara otomatis akan mendapatkan layanan dari RS yang bekerjasama denan asuransi kesehatan yang telah dipilih. Hal ini menyebabkan pilihan masyarakat untuk menggunakan layanan RS menjadi terbatas.
- Kurangnya transparansi dan persaingan dapat merugikan individu,
Kurangnya transparansi dan persaingan dalam sistem perawatan kesehatan dapat merugikan individu pengguna perawatan kesehatan, bisnis yang mensponsori asuransi kesehatan, dan para dokter yang unggul dan memberikan nilai terbesar. Karena tidak adanya kompetisi yang transparan, dokter yang unggul dalam hal biaya dan kualitas masih belum dapat secara efektif menarik dan menjaga pasien lebih baik. Hal inilah yang menjadi salahsatu hambatan dan persaingan sehat industri RS di AS.
- Kurangnya transparansi sistem perawatan kesehatan di AS telah menjadi budaya.
Kurangnya transparansi sistem perawatan kesehatan di AS telah menjadi budaya. Akibatnya, saat bisnis tidak tahu persis apa yang mereka beli, mereka tidak menuntut rencana kesehatan yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Tidak ada bisnis yang tidak mengharapkan penurunan biaya atau peningkatan kualitas layanan sebelum memilih suatu produk. Namun dengan minimnya transparansi sistem perawatan kesehatan, kualitas klinis tidak tercerminkan.
[1] Susan H. Greenberg, 2015, Stephan Seiler: Can Hospital Competition Save Lives?
[2] Simeon Schindelman, 2017, The Cure For Health Care Is Competition