PENGELOLAAN KAS DI RS (PART 1)
Oleh; Tubagus Raymond
PENDAHULUAN
Kas diperlukan baik untuk membiayai kegiatan operasional organisasi sehari-hari maupun untuk melakukan investasi baru dalam aktiva tetap. Aliran kas RS terdiri dari dua macam, yaitu aliran kas keluar (cash outflow) dan aliran kas masuk (cash inflow). Aliran kas keluar dapat bersifat terus-menerus atau kontinyu, seperti pengeluaran rutin untuk membayar gaji karyawan, pembelian persediaan, dan lain-lain. Di samping itu juga terdapat aliran kas keluar yang tidak rutin, seperti pembelian aktiva tetap, pembayaran angsuran utang, dan lain-lain. Demikian juga pada aliran kas masuk, terdapat pemasukan yang rutin, seperti penerimaan dari pasien, dan untuk aliran kas masuk yang tidak rutin dapat berupa penerimaan kredit atau pinjaman dari bank, dan sebagainya.
ALIRAN KAS DI RS
Kas di dalam suatu organisasi dapat diibaratkan sebagai “darah” yang terus-menerus mengalir di dalam tubuh organisasi untuk mendukung semua kegiatan operasionalnya yang memungkinkan organisasi tersebut melangsungkan hidupnya. Untuk mempertahankan sukses keuangan RS, manajemen dihadapkan pada beberapa faktor kunci sukses, seperti :
- Keputusan investasi;
- Pembelian peralatan medis;
- Penambahan bangunan; dan
- Diversifikasi kegiatan.
- Keputusan pendanaan;
- Meminjam dari Bank;
- Leasing/sewa beli; dan
- Hutang.
- Keputusan operasional;
- Level pendapatan dan biaya;
- Level modal kerja;
- Manajemen piutang termasuk cara penagihan piutang; dan
- Pembayaran hutang jangka pendek.
Dinamika industri pelayanan kesehatan, membuat RS dihadapkan pada permasalahan dari waktu ke waktu. Menangani pasien BPJS secara tidak langsung akan memberi tekanan bagi RS untuk mengurangi biaya. Di sisi lain, pembayaran secara tempo dalam menangani pasien BPJS akan mempengaruhi arus kas masuk. Padahal, RS harus terus memenuhi kewajiban keuangannya untuk terus mengeluarkan kas dalam hal gaji, fasilitas, dan peralatan yang harus dibayar tepat waktu. Apabila tidak dikelola dengan baik, RS akan mengahadapi permasalahan kas.
Permasalahan arus kas tidak akan menjadi masalah serius jika RS memiliki cadangan kas yang cukup. Kas akan menjadi masalah serius jika RS tidak siap mengantisipasinya yang berisiko tidak dapat memenuhi pembayaran ke pemasok atau bahkan tidak dapat membayar gaji.
MENETAPKAN SALDO KAS MINIMAL
Pengelolaan kas di RS sangat penting dalam usaha menjaga likuiditas. Terganggunya likuiditas akan berpengaruh terhadap kegiatan operasional terutama dalam memberikan pelayanan kepada berbagai pihak. RS berjalan sesuai dengan misinya untuk mempertemukan kebutuhan medis masyarakat tanpa mengabaikan jaminan kelangsungan hidup operasional yang ditentukan oleh sukses keuangan yang berkelanjutan. Sukses keuangan terutama tersedianya kas yang cukup, sangat diperlukan agar organisasi tidak mengalami kesulitan dalam menyediakan pelayanan yang berkualitas dan berkesinambungan.
Risiko yang dihadapi suatu organisasi dengan mempertahankan kas yang relatif kecil adalah terganggunya kegiatan operasional. Oleh karena itu RS harus benar-benar memperkirakan sejumlah uang kas yang hendaknya dipertahankan agar supaya tidak terlalu sedikit namun tidak terlalu banyak yang bisa menyebabkan adanya uang kas yang menganggur. Untuk menentukan berapa besar persediaan kas yang harus dipertahankan memang belum terdapat standar yang umum, tetapi ada beberapa pedoman tertentu untuk menentukan berapa besar kas yang harus dipertahankan. H.G. Guthman menyatakan bahwa jumlah kas yang ada di dalam suatu organisasi hendaknya tidak kurang dari 5-10% dari jumlah aktiva lancar. Jumlah kas dapat juga dihubungkan dengan pendapatan rumah sakit. Perbandingan antara pendapatan RS dengan jumlah kas rata-rata menunjukkan tingkat perputarannya (cash turnover). Semakin tinggi tingkat turnover ini semakin baik karena ini menunjukkan bahwa semakin efisien penggunaan kasnya. Namun jika tingkat turnover ini berlebihan juga tidak baik karena ini menunjukkan bahwa kas yang tersedia terlalu sedikit untuk pendapatannya.
Ada beberapa keuntungan mempertahankan kas yang cukup dalam organisasi, antara lain:
- Dengan memiliki kas yang cukup perusahaan dapat memperoleh potongan pembelian apabila pembayaran dilakukan per kas, yang nantinya diberikan pemasok sehingga menurunkan harga beli input.
- Seringkali perusahaan memperoleh kesempatan pembelian yang lebih baik dengan memiliki kas yang cukup, misalnya ada promosi dari pemasok.
Dalam kas juga terdapat persediaan minimal atau yang sering disebut dengan safety cash balance, yaitu jumlah minimal kas yang harus dipertahankan oleh suatu organisasi agar dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sewaktu-waktu. Persediaan ini merupakan unsur inti kas. Besarnya persediaan minimal ini antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah persediaan minimal ini, antara lain:
- Perimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar. Perimbangan yang dimaksud adalah adanya kesesuaian dalam kuantitas maupun waktu antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar dalam suatu organisasi. Perimbangan dalam RS berarti bahwa utang RS dapat dilunasi dengan kas masuk yang didapat dari pasien.
- Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan. Dalam menjaga likuiditasnya, suatu organisasi perlu melakukan estimasi terhadap aliran kas. Untuk organisasi yang aliran kasnya sesuai degan yang diperkirakan, maka tidak perlu mempunyai persediaan kas minimal yang terlalu besar. Namun untuk organisasi yang aliran kasnya tidak sesuai dengan yang diperkirakan, maka organisasi tersebut harus memerlukan persediaan kas minimal yang cukup besar. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas keluar dapat terjadi karena adanya kebakaran, banjir, maupun bencana alam lainnya, adanya perubahan peraturan pemerintah yang menyebabkan terjadinya pengeluaran ekstra pada RS, dan lain-lain. Sementara penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas masuk dapat ditimbulkan karena banyaknya pasien yang tidak mampu membayar yang memerlukan pembebasan biaya, adanya pasien yang lari, dan sebagainya.
- Adanya hubungan yang baik dengan kreditor. Adanya hubungan antara Direktur Rumah Sakit dengan pihak-pihak kreditor akan dapat mempengaruhi jumlah persediaan kas minimal yang diperlukan. Jika Direktur RS mempunyai hubungan yang begitu baik dengan kreditor (bank), maka akan dapat mengurangi kesulitan rumah sakit jika kasnya dalam keadaan defisit. Jika hubungan ini ada, maka persediaan kas minimal tidak perlu terlalu besar, tetapi jika tidak terdapat hubungan seperti itu, maka rumah sakit harus mempunyai persediaan kas minimal yang cukup.
Jumlah kas yang ada dalam suatu RS harusnya merupakan jumlah optimal yang telah direncanakan dan dianalisis sebelumnya. Hal ini untuk menjaga terjadinya “idle capacity” dalam kas. Walaupun demikian, biasanya ada 3 motif suatu organisasi mempertahankan kas, yaitu:
- Kebutuhan untuk transaksi. Oleh karena aliran kas masuk tidak sama dengan aliran kas keluar, maka diperlukan adanya kas untuk melakukan transaksi usaha, seperti membayar upah tenaga kerja, pajak, pengadaan persediaan dan lain-lain.
- Kebutuhan untuk berjaga-jaga. Oleh karena ketidakpastian aliran kas pada masa datang dan ketidakmampuan organisasi untuk meminjam sejumlah uang untuk menambah kebutuhan dana. Bila perusahaan dapat mengetahui dengan pasti aliran kas-nya maka kebutuhan kas untuk berjaga-jaga akan relatif kecil.
- Kebutuhan untuk spekulasi.
