BEBERAPA HAMBATAN DALAM PROSES PELAYANAN PASIEN

Pendahuluan
Konsep pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien, pada hakekatnya meyakini bawa kebutuhan kesehatan spesifik seseorang dan hasil kesehatan yang diinginkan adalah kekuatan pendorong di balik semua keputusan perawatan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien, penyedia layanan akan merawat pasien tidak hanya dari perspektif klinis, tetapi juga dari perspektif emosional, mental, spiritual, sosial, dan keuangan. Namun, pendekatan tersebut masih terdapat beberapa kendala atau hambatan.
Menurut Drees (2020)[1], hambatan akses pengobatan dimulai dari proses otorisasi awal(PA/prior authorization) yang memberatkan sebelumnya, hingga komunikasi yang buruk di antara tim perawatan. Hal ini secara otomatis akan mengganggu industri pelayanan kesehatan. Karena itu, perlu adanya koordinasi dan dukungan teknis yang tepat, sehingga organisasi pelayanan kesehatan dapat mengatasi masalah ini dan merampingkan proses pengobatan untuk pasien.
Menurut American Medical Association (dalam Drees, 2020), proses otorisasi obat sebelumnya menjadi semakin membebani dokter. Sebagian besar dokter (86 %) percaya bahwa beban kerja mereka yang terkait dengan PA (prior authorization/otoritas) tinggi atau sangat tinggi, sementara 88% mengatakan beban telah meningkat dalam lima tahun terakhir. Drees (2020), kemudian mengemukakan beberapa hambatan dalam akses pengobatan pasien, yaitu; 1) Prior authorization, 2) Lack of price and/or benefit transparency, 3) Delayed communication, 4) Social determinants of health, & 5) Uniting the care team. Kelima hal ini akan dibahas berikut.
Prior authorization (PA)
Mengantisipasi kompleksitas klinis yang dimbulkan oleh proses otorisasi awal (PA), pekerjaan yang terkait dengan proses ini mulai bergeser ke asisten medis, perawat, & spesialis. Mr. Eubanks menyebutkan salahsatunya adalah perawat gastroenterologi di sebuah organisasi yang telah bermitra dengan CoverMyMeds. Sebelum kemitraan, beban PA telah dipindahkan ke perawat, sehingga dokter bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien. Eubanks menambahkan bahwa perawat diminta untuk menjadi ahli untuk membantu mengarahkan proses ini. Padahal, dengan melakukan hal tersebut, perawat akan lebih berfungsi seperti juru tulis bangsal daripada seorang perawat yang berfokus pada pelayanan pasien. Karena itu, agar membantu mengurangi beban PA di antara tim perawatan, RS atau sistem kesehatan harus mendelegasikan & mengoordinasikan tanggung jawab PA, sehingga pasien dapat memperoleh akses yang lebih cepat ke terapi mereka.
Lack of price and/or benefit transparency
Menurut survei 2020 CoverMyMeds, 75% dari penyedia layanan kesehatan mengatakan bahwa biaya pengobatan pasien jarang atau tidak ada dalam resep. Selanjutnya, hanya 10% penyedia yang mengatakan bahwa mereka dapat mengakses informasi harga resep dalam EHR-nya. Padahal, kurangnya akses data dapat mengurangi entry data keuangan pasien terkait resep.
Saat penyedia menulis resep, informasi tentang formularium & cakupan manfaat, bantuan pasien, biaya farmasi & opsi harga tunai, serta obat2an alternatif jarang tersedia di EHR. Eubanks mengatakan bahwa kurangnya transparansi tidak membuat keputusan yang berpusat pada pasien.
Delayed communication
Putusnya hubungan antara tim perawatan, yang disebabkan oleh proses PA atau kurangnya informasi pada resep, dapat mengakibatkan pasien merasa diabaikan. AKibatnya, penyedia harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangani masalah asuransi kesehatan, & mengurangi waktu tatap muka dengan pasien. Menurut survei penyedia CoverMyMeds 2019, penyedia mengurangi waktu tatap muka karena mendedikasikan waktu untuk kegiatan yang terkait dengan asuransi kesehatan.
Hampir sama dengan perawat gastroenterologi, ada dokter yang ingin turun tangan & membantu pasien dengan mengurangi beban PA dan membuat mereka lebih mudah mengakses terapi pengobatan pasien. Namun, dokter ini sering kekurangan semua informasi resep yang diperlukan untuk mengadvokasi pasien saat apotek menghubungi penyedia untuk pengajuan PA.
Social determinants of health
Untuk mendukung kesehatan pasien, penyedia layanan harus memahami & memperhitungkan hambatan sosial & fisik dalam rencana perawatan. Hambatan-hambatan ini, atau penentu sosial kesehatan, dapat mencakup akses ke layanan kesehatan, lingkungan fisik, pekerjaan & kondisi kerja, serta pendapatan. Penentu sosial ini menunjukkan sumber daya pasien & kesehatan secara keseluruhan. Memahami faktor-faktor penentu ini sangat penting dalam menciptakan proses terapi pengobatan yang lebih komprehensif.
Eubanks mengatakan bahwa mereka membutuhkan semua input [data penentu sosial] untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan memberikan panduan yang tepat. Dengan melakukan ini, mereka dapat menjadi penasihat yang baik dan memberikan jawaban yang tepat untuk pasien yang tepat berdasarkan apa yang mereka butuhkan.
Uniting the care team
Tim perawatan modern saat ini telah bergerak lebih dari sekedar penyedia. Semua anggota tim tersebut, memiliki satu tujuan yang sama yaitu meningkatkan kehidupan pasien. Tujuan ini dapat dicapai dengan meningkatkan kolaborasi, agar pasien mendapatkan obat yang mereka butuhkan. Menyatukan penyedia, farmasi, dan pembayar untuk memberikan pendekatan yang lebih berpusat pada pasien dalam proses peresepan dapat membantu merampingkan proses PA, mendorong transparansi, mengurangi hambatan komunikasi pada resep, dan memberi pasien akses yang lebih cepat dan lebih kuat pada obat-obatan.
[1] Jackie Drees, 2020, How patient-centered care can help dissolve medication access barriers