MENJADIKAN MANAJEMEN STRATEJIK BERNILAI
Pendahuluan
Perencanaan telah diterapkan di banyak bidang kehidupan. Melalui perenanaan, akan meminimalisasi risiko dan kemungkinan kegagalan yang terjadi atas usaha yang dijalankan saat ini. Dalam bisnis, perencanaan disebut dengan manajemen strategis. Manajemen strategis akan membantu menentukan strategi dalam kegiatan bisnis dengan tujuan yang lebih jelas. Kemudian organisasi bisnis akan membuat rencana yang jelas dan terdefinisi dengan baik, yang selanjutnya akan digerakkan untuk mencapai tujuan dan menyelaraskan kegiatan bisnis. Hal ini tentunya akan membantu dalam mengalokasikan semua sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Manajemen strategis memberikan arah dan tujuan organisasi. Mengacu pada tulisan dalam situs www.escarus.com, disebutkan bahwa organisasi bisnis yang visioner, memiliki prinsip dasar membangun dan menggunakan bakat yang berbeda untuk menciptakan nilai melalui manajemen strategis yang sukses.
How strategic management creates value (www.escarus.com)
Disamping memberikan arah dan tujuan organisasi, manajemen strategis juga dapat mengembangkan kebijakan dan rencana untuk mencapai tujuan, dan kemudian mengalokasikan fungsi bisnis dalam mengimplementasikan strategi untuk pertumbuhan berkelanjutan. Strategi tersebut menjawab dua pertanyaan dasar yaitu: "bisnis apa yang harus kita jalankan?" dan "bagaimana kita bersaing dalam bisnis ini?"
Saat ini, hampir setiap perusahaan menghadapi tantangan strategis yang besar. Organisasi bisnis yang visioner memiliki prinsip dasar membangun dan menggunakan bakat yang berbeda untuk menciptakan nilai melalui manajemen strategis yang sukses. Berbagai studi penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan tidak berpikir mereka memiliki strategi yang unggul. Mereka juga mengakui bahwa mereka kehilangan peluang besar di pasar, dan tidak memahami strategi mereka secara keseluruhan. Sebenarnya, kekuatan eksternal bukan hanya alasan atas timbulnya masalah ini, tetapi juga bagaimana cara sebagian besar perusahaan dikelola. Dalam hal ini ada kesenjangan yang signifikan antara strategi dan eksekusi di banyak bisnis, yaitu kurangnya koneksi antara tujuan perusahaan. Dalam studi penelitian lain, menunjukkan bahwa hanya sedikit perusahaan yang memiliki proses perencanaan strategis yang kuat dan didukung dengan baik di seluruh organisasi.
Beberapa perusahaan besar terkenal, termasuk Apple, IKEA, Inditex, dan Starbucks, telah menutup kesenjangan strategi dan eksekusi (strategy-to-execution gap). Sejak itu, perusahaan tersebut telah menghasilkan kemampuan yang dapat memberikan keuntungan strategis yang signifikan. Dalam sejarahnya, setiap perusahaan mulai bergeser dari cara berbisnis yang umum. Perusahaan ini menawarkan berbagai macam produk dan layanan di berbagai sektor, tetapi identitas mereka selalu jelas. Semua pemangku kepentingan termasuk pelanggan, karyawan, pemasok, pemegang saham, dan regulator tahu siapa mereka dan apa yang mereka upayakan. Identitas perusahaan yang sukses ditentukan oleh tiga elemen kunci, yaitu: 1) proposisi nilai bagaimana perusahaan membedakan dirinya dari orang lain dalam memberikan nilai kepada pelanggan, 2) sistem kemampuan yang berbeda dan memungkinkan perusahaan untuk memenuhi proposisi nilai, dan 3) portofolio produk dan layanan yang dipilih untuk memanfaatkan kapabilitas tersebut. Saat seluruh perusahaan berfokus pada cara tertentu untuk menciptakan nilai, karyawan tidak mudah terganggu. Mereka dapat berkonsentrasi untuk membedakan perusahaan dengan secara alami dari pesaing.
Perusahaan harus fokus pada beberapa kemampuan yang perlu mendapat perhatian penuh, dan mengupayakannya menjadi unggulan. Para pemimpin bisnis tahu bahwa budaya perusahaan dapat memperkuat atau merusak strateginya, karena budaya tersebut sulit dikendalikan. Pada perusahaan yang terjebak dalam kesenjangan strategi dan eksekusi (strategy-to-execution gap), eksekutif cenderung mempermasalahkan tentang resistensi budaya dan ketidakharmonisan. Hal ini adalah gejala kurangnya fokus strategis. Karena tujuan perusahaan tidak jelas, maka karyawan juga tidak tahu di mana mereka fokus.
Perusahaan yang berhasil secara strategis tidak memperlakukan biaya sebagai sesuatu yang terpisah dari strategi. Manajemen biaya itu sendiri adalah cara untuk membuat pilihan terkait identitas dan arahan perusahaan. Mereka mencari aspirasi yang lebih tinggi untuk menerapkan kemampuan pada serangkaian tantangan yang lebih luas, melayani kebutuhan pelanggan yang paling mendasar, dan akhirnya memimpin industri. Mereka membangun kesuksesan untuk merancang masa mendatang. Praktik-praktik utama yang disebutkan di atas saling terkait, sehingga perusahaan harus mengadopsi semuanya secara bersamaan. Apabila perusahaan tidak dapat menerapkan salah satu praktiknya, perusahaan mungkin akan ketinggalan.
Apabila suatu perusahaan tidak memiliki identitas, maka akan terdapat risiko tujuan yang tidak pasti. Pada saat itu, diperlukan untuk menggeser fokus perusahaan dan bangun kemampuan yang dibutuhkan. Saat perusahaan tidak dapat menemukan cara untuk menerjemahkan rencana strategis ke dalam rutinitas sehari-hari, maka harus mengandalkan fungsi yang ada untuk mencapai tujuan strategis. Oleh karena itu, ada risiko menjadi perusahaan yang bertujuan besar tetapi tidak pernah dapat dicapai.
Apabila perusahaan tidak dapat menciptakan budayanya terintegrasi ke dalam bisnis, maka karyawan merasa dilepaskan. Hal ini dapat menjadi tempat di mana strategi baru gagal karena orang tidak percaya itu akan bertahan lama. Selain itu, apabila perusahaan tidak dapat mengurangi biaya, maka tidak akan dapat mempertahankan fungsi-fungsi penting perusahaan, karena terlalu berlebihan pada apa yang tidak diperlukan. Kompetensi yang kehilangan dukungan dapat secara negatif mempengaruhi perusahaan. Saat perusahaan tidak dapat menentukan masa depan, hal itu menyebabkan risiko tertinggal dari persaingan. Perusahaan dapat kehilangan kesempatan untuk menjadi berpengaruh dan dapat bergantung pada pemain yang lebih dominan dalam kompetisi.